132
2. Siswa aktif dalam proses pembelajaran karena terdapat diskusi dan
beberapa permainan. 3.
Kepercayaan diri siswa dapat meningkat karena siswa sudah tidak malu pada proses kegiatan presentasi dan bermain peran.
4. Siswa mampu menceritakan pengalaman atau aktivitas siswa sehari lewat
tulisan. 5.
Siswa dapat lebih termotivasi melalui poster-poster yang sudah dan akan ditempelkan di dinding kelas.
6. Terjalin kerjasama antara siswa pada saat diskusi dalam menyusun struktur
kalimat. 7.
Siswa lebih memiliki inisiatif dalam bertanya mengenai materi yang masih dirasa sulit dipahami
K. Pembahasan Hasil Penelitian Peningkatan Kemampuan Menyusun
Struktur Kalimat pada Siswa Tunarungu
Tindakan dalam penelitian ini berupa penggunaan model quantum learning untuk meningkatkan kemampuan menyusun struktur kalimat pada
siswa tunarungu kelas VI SLB Wiyata Dharma 1 Sleman Yogyakarta. Tindakan tersebut dilaksanakan dalam dua siklus. Setelah dilakukan tes
kemampuan awal, siswa diberikan tindakan berupa penerapan model quantum learning berdasarkan prinsip TANDUR. Penggunaan media pembelajaran
berupa potongan-potongan kata, foto-foto aktivitas siswa, dan gambar- gambar berguna untuk mempermudah pemahaman siswa mengenai struktur
133
kalimat pada proses pembelajaran. Data tes kemampuan menyusun struktur kalimat pada siklus I menunjukan bahwa kemampuan ARW dapat meningkat
dan telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 75. Pada siklus I, SDF belum mencapai kriteria keberhasilan meskipun
telah menunjukkan adanya peningkatan konsep S,P,O,K dalam struktur kalimat.
Peningkatan kemampuan menyusun struktur kalimat pada subyek ARW dapat dilihat dari kemampuan subyek dalam menyebutkan dan
membedakan antara Subyek, Predikat, Obyek dan Keterangan. ARW juga sudah mampu menyusun struktur kalimat sederhana dengan benar. Pada
proses pembelajaran, ARW lebih mau memperhatikan dibandingkan SDF. Meskipun ARW dalam mencatat dan mengerjakan tugas terbilang lebih
lambat dari pada SDF, ARW lebih sungung-sungguh dan tidak asal-asalan. ARW selalu bersemangat pada kegiatan menyusun struktur kalimat
menggunakan potongan-potongan kata. ARW dalam mengikuti pembelajaran menyusun struktur kalimat menggunakan prinsip TANDUR tidak mengalami
masalah. Pada kegiatan Namai yang diisi dengan kegiatan diskusi, menyebutkan S,P,O,K serta menyusun struktur kalimat menggunakan media
potongan kata, ARW tidak mengalami masalah meskipun masih mendapat bimbingan guru. Akan tetapi pada kegiatan Ulangi, subyek belum mau
mengutarakan atau bertanya kepada guru mengenai kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran.
134
Peningkatan kemampuan menyusun struktur kalimat pada subyek SDF dapat dilihat dari kemampuan subyek dalam menyebutkan dan
membedakan antara Subyek, Predikat, Obyek, dan Keterangan. Kemampuan SDF dalam menyusun struktur kalimat belum meningkat secara signifikan.
SDF masih sering mengalami kesulitan dalam menyusun struktur kalimat, meskipun kalimat tersebut pendek dan sederhana. SDF dalam mengikuti
pembelajaran menyusun struktur kalimat menggunakan prinsip TANDUR masih belum optimal. Pada kegiatan Namai, SDF masih sering asal-asalan
dan tidak berpikir dahulu. Pada kegiatan Demonstrasikan SDF kurang percaya diri dalam mempresentasikan atau membacakan hasil pekerjaannya.
Selain itu, pada keiatan Ulangi SDF juga belum mau bertanya untuk mengutarakan kesulitan yang dialami.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tindakan siklus I diketahui bahwa setiap subyek telah mengalami peningkatan, tetapi subyek SDF belum
mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diberikan tindakan siklus II. Tindakan siklus II dilakukan
berdasarkan hasil refleksi siklus I dan dilakukan guna memperbaiki permasalahan-permasalahan yang ada pada siklus I. Permasalahan-
permasalahan tersebut antara lain masih ditemukan kesulitan dalam menyusun struktur kalimat, siswa masih sering salah dalam menyusun kata
berupa kepemilikan, salah satu siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Selain itu, ada pula siswa dari kelas lain yang tiba-tiba masuk sehingga
mengganggu proses pembelajaran.
135
Tindakan pada siklus II guna memperbaiki permasalahan- permasalahan tersebut antara lain memberikan cara yang lebih mudah kepada
siswa dalam menyusun struktur kalimat, memperbaiki kalimat-kalimat yang sering salah diucapkan oleh siswa, memberikan reward kepada siswa agar
lebih termotivasi dan mau memperhatikan penjelasan guru, serta selalu mengunci pintu kelas agar siswa dari kelas lain tidak mudah masuk. Selain
itu, memberikan bimbingan lebih kepada SDF yang memiliki skor di bawah ketuntantasan minimum. Bimbingan yang diberikan kepada SDF berupa
pendampingan pada saat menyebutkan dan menyusun struktur kalimat. SDF juga lebih sering diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan guru. Berdasarkan hasil tes tindakan siklus II, diketahui semua subyek telah
mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditentukan yaitu sebesar 75. Peningkatan kemampuan menyusun struktur kalimat dapat dilihat pada
kemampuan subyek dalam menyebutkan S,P,O,K serta kemampuan subyek dalam menyusun struktur kalimat lebih baik dibandingkan pada siklus I.
Proses pembelajaran menyusun struktur kalimat menggunakan prinsip TANDUR pada siklus II tidak mengalami masalah. SDF pada kegiatan
Demonstrasikan berupa bermain peran pada awalnya kurang percaya diri dan tidak mau melakukan, akan tetapi setelah adanya dorongan dari ARW, SDF
mau melakukan kegiatan bermain peran. Penerapan model quantum learning dalam pembelajaran menyusun
struktur kalimat mampu menciptakan suasana menyenangkan sehingga siswa
136
dapat lebih mudah dalam memahami struktur kalimat. Terdapat enam strategi penerapan
quantum learning
yaitu Tumbuhkan,
Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan sering disingkat dengan istilah TANDUR. Kegiatan tumbuhkan dilakukan dengan pemberian apersepsi
terkait dengan materi yang akan dipelajari. Sugiyanto 2010: 74 menyatakan bahwa apersepsi dapat menarik serta memfokuskan perhatian siswa. Pada
kegiatan almai dilakukan untuk menggali hal-hal yang diketahui siswa melalui tanya jawab dan peragaan terkait materi yang akan dipelajari. Hal ini
sesuai dengan salah satu saran pengajaran bagi tunarungu yang dikemukan Haenudin 2013: 109 yaitu guru jangan ragu-ragu meminta siswa tunarungu
untuk menjelaskan pengetahuan yang dimiliki secara lisan. Kegiatan namai meliputi menyebutkan S,P,O,K dan menyusun
struktur kalimat menggunakan media atau alat peraga berupa foto, gambar- gambar dan potongan-potongan kata yang berwarna-warni sesuai dengan
strategi bagi tunarungu yang dikemukakan Frieda Mangunsong 2009: 83 yaitu strategi pembelajaran siswa tunarungu harus bersifaat visual dan
memanfaatkan penglihatan siswa. Kegiatan demonstrasikan dilakukan dengan mempresentasikan atau membacakan hasil pekerjaan. Salah satu karaketristik
anak tunarungu adalah lebih sering menggunakan isyarat dan memiliki pengucapan kata yang kurang jelas Meita Sandra, 2012: 34. Kegiatan
presentasi bertujuan untuk membiasakan siswa menggunakan bahasa oral sekaligus melatih pengucapan siswa. Karakteristik lain yaitu anak tunarungu
memiliki sifat kurang percaya diri Haenudin, 2013: 67. Untuk itu, pada
137
demonstrasikan dilakukan kegiatan bermain peran sebagai upaya melatih kepercayaan diri siswa.
Kegiatan ulangi berupa mereview pembelajaran secara menyeluruh, menanyakan kesulitan yang dialami siswa, serta mengulang materi yang
dirasa sulit bagi siswa. Hal ini sesuai dengan salah satu saran pengajaran tunarungu yaitu guru harus bertanya langsung kepada siswa tunarungu guna
mengetahui perhatian dan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru di kelas Haenudin, 2013: 111. Kegiatan rayakan berupa pemberian motivasi,
pujian, serta reward kepada siswa sesuai dengan pernyataan Suparno 2001: 15 bahwa pada umumnya siswa tunarungu memiliki motivasi yang tinggi
untuk belajar, mereka juga sangat senang dipuji atas prestasinya. Berdasarkan hasil skor tes pada siklus II, menunjukkan bahwa kemampuan menyusun
struktur kalimat melalui model quantum learning dapat mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditentukan yaitu sebesar 75.
L. Keterbatasan Penelitian