46
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan  keabsahan data digunakan untuk mengecek  kebenaran data  yang  dihasilkan  oleh  peneliti  sehingga  diperoleh  data  yang  valid  dan  dapat
dipertanggungjawabkan  keabsahannya.  Teknik  pemeriksaan  keabsahan  yang digunakan  peneliti  yaitu  triangulasi,  perpanjangan  pengamatan  dan  peningkatan
ketekunan. Penjelasannya sebagai berikut: 1.  Triangulasi
Triangulasi  yaitu  membandingkan  data  yang  diperoleh  dalam  wawancara dengan  data  observasi,  artinya  adalah  membandingkan  apa  yang  dikatakan
orang  di  depan  umum  dengan  apa  yang  dikatakannya  secara  pribadi, membandingkan  apa  yang  dikatakan  orang-orang  tentang  situasi  dengan  apa
yang dikatakan sepanjang waktu, membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen  yang  berkaitan  Usman,  2004:  330.  Penelitian  ini  menggunakan
triangulasi teknik  dilakukan  dengan  cara  mengecek  data  kepada  sumber  yang sama dengan teknik yang berbeda.
2.  Perpanjangan pengamatan Menurut  Susan  Stainback  dalam  Sugiyono,  2012:  270,  perpanjangan
pengamatan  berarti  peneliti  kembali  ke  lapangan  melakukan  pengamatan, wawancara  lagi dengan  sumber data  yang pernah ditemui maupun  yang baru.
Dengan  perpanjangan  pengamatan,  hubungan  peneliti  dengan  nara  sumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab tidak ada jarak lagi, semakin
terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.  Bila  terbentuk  rapport,  maka  telah  terjadi  kewajaran  dalam  penelitian,
dimana kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang dipelajari.
47
3.  Peningkatan ketekunan. Meningkatkan  ketekunan  berarti  melakukan  pengamatan  secara  lebih  cermat
dan  berkesinambungan  Sugiyono,  2012:  272.  Dengan  cara  tersebut  maka kepastian  data  dan  urutan  peristiwa  akan  dapat  direkam  secara  pasti  dan
sistematis.
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1.  Gambaran Umum Rumah Singgah dan Belajar RSB Diponegoro
Rumah  singgah  merupakan  lembaga  yang  memfasilitasi  anak  jalanan untuk  dapat  berhubungan  dengan  keluarganya  atau  pihak-pihak  yang  dapat
memberikan  manfaat  bagi  diri  anak  jalanan.    Selain  itu,  rumah  singgah berperan  sebagai  lembaga  pelayanan  sosial  yang  memberikan  proses
pembinaan  yang  bersifat  kekeluargaaan  kepada  anak  jalanan  mengenai  nilai dan  norma  yang  berlaku  di  masyarakat.  Departemen  Sosial  RI  merumuskan
delapan  fungsi  rumah  singgah,  yaitu:  sebagai  tempat  pertemuan  meeting point  pekerja  sosial  dengan  anak  jalanan,  pusat  asesmen  dan  rujukan,
fasilitator, perlindungan, pusat informasi, kuratif-rehabilitatif, akses terhadap pelayanan  dan  resosialisasi.  Salah  satu  rumah  singgah  yang  ada  di
Yogyakarta yaitu rumah singgah dan belajar Diponegoro. Rumah Singgah dan Belajar RSB Diponegoro yang beralamat di Jalan
Utara  Nomor  6  B  Pugeran  Maguwo  Depok  Sleman  Yogyakarta  55281 merupakan  lembaga  yang didirikan sebagai sayap lembaga Yayasan Pondok
Pesantren  Diponegoro  yang  menangani  anak-anak  jalanan,    dengan  akte notaris
Yayasan Pondok
Pesantren Diponegoro
No.21JuliYPPP Diponegoro1999Muhammad  Agus  Hanafi,  S.H.  Kemudian  pada  Februari
2008  RSB  Diponegoro  memperkokoh  diri  menjadi  lembaga  belajar  anak jalanan di Yogyakarta.
49 Rumah  singgah  ini  merupakan  Lembaga  Swadaya  Masyarakat  LSM
yang  mempunyai  7  staf  dan  sukarelawan  dengan  sumber  dana  yang  berasal dari swadaya dan donatur. Mengenai profil staf di RSB Diponegoro disajikan
pada tabel berikut ini: Tabel 4. Profil Staf RSB Diponegoro
No Nama
Inisial Jenis
Kelamin Usia
Tahun Tingkat
Pendidikan Profesi
Lain 1
FS Laki-laki
38 S1
Guru SD 2
NV Perempuan
34 S1
Wiraswasta 3
BD Laki-laki
45 D3
Wiraswasta 4
WT Perempuan
36 SLTA
IRT 5
SPR Laki-laki
30 SLTA
Wiraswasta 6
DWT Laki-laki
33 S1
Guru SD 7
AGL Laki-laki
28 S1
Guru SMP
Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa staf yang ada di RSB Diponegoro sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 5 orang,
sedangkan  yang  berjenis  kelamin  perempuan  sebanyak  2  orang.  Sementara jika dilihat dari usia staf RSB Diponegoro antara 28-45 tahun. Hal ini berarti
staf  RSB Diponegoro masih berusia produktif  yakni seseorang  yang mampu bekerja dengan optimal untuk melaksanakan tugas sebagai pendamping anak
jalanan  di  RSB  Diponegoro.  Selanjutnya  tingkat  pendidikan  staf  RSB Diponegoro  sebagian  besar  S1  sebanyak  4  orang,  sisanya  memiliki  tingkat
pendidikan  D3  sebanyak  1  orang  dan  SLTA  sebanyak  2  orang.  Dengan demikian  staf  RSB  Diponegoro  memiliki  tingkat  pendidikan  yang  cukup
memadai.  Selain  sebagai  pengurus,  staf    RSB  Diponegoro  juga  memiliki profesi lain yaitu guru, wiraswasta dan ibu rumah tangga IRT.