66 Mengenai  sumber  informasi  yang  mendukung  perilaku  seksual  yang
dilakukan  selama  menjadi  anak  jalanan  menurut  WY  17  tahun  pada  hasil wawancara tanggal 28 September 2012 mengungkapkan bahwa:
“Saya  mengetahui  mengenai  resiko  perilaku  seksual  dari  teman  karena ada  teman  saya  dulu  yang  melakukan  hubungan  seksual  di  luar  nikah
yang akhirnya berujung pada kehamilan”.
Keterangan  tersebut  juga  sama  dengan  yang  dikemukakan  oleh  BG  17 tahun  bahwa  “saya  tahu  dari  teman  dan  lingkungan”.    AA  18  tahun  juga
mengemukakan hal  yang sama pada hasil wawancara tanggal 8 Oktober 2012 bahwa  “dari  lingkungan”.  Subyek  lain  seperti  SB  16  tahun  mengungkapkan
sumber  informasi  yang  mendukung  perilaku  seksual  yang  dilakukan  selama menjadi anak jalanan yaitu “dari lingkungan”.
Pendapat  lain  dikemukakan  oleh  TL  16  tahun  yang  mengungkapkan sumber  informasi  yang  mendukung  perilaku  seksual  yang  dilakukan  selama
menjadi anak jalanan  yaitu “dari teman, media massa seperti melihat film atau gambar  foto  porno  dan  orang  tua”.  Hal  ini  berarti  banyak  sumber  informasi
yang mendukung perilaku seksual anak jalanan  yaitu faktor orang tua, teman, lingkungan dan media massa.
Dengan  demikian  adanya  perilaku  seksual  yang  tidak  sehat,  subjek penelitian menyebutkan beberapa sumber informasi  yang mendukung perilaku
seksual yang dilakukan selama menjadi anak jalanan dengan perincian sebagai berikut:
67 Tabel 8. Sumber Informasi Perilaku Seksual Anak Jalanan
No Nama
Inisial Sumber Informasi
1 WY
Teman 2
BG Teman, Lingkungan
3 TL
Teman, Orang tua, media massa 4
AA Lingkungan
5 SB
Lingkungan
Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sumber informasi perilaku seksual  anak  jalanan  di  RSB  Diponegoro  meliputi  faktor  teman,  faktor
lingkungan, faktor orang tua dan faktor media massa. Dengan  demikian  dapat  disimpulkan  bahwa  faktor  yang  mempengaruhi
perilaku  seksual  anak  jalanan  di  RSB  Diponegoro  meliputi:  a  kurang memadainya  pengetahuan  mengenai  perilaku  seksual  dan  kesehatan
reproduksi, b pengaruh teman, c pengaruh lingkungan, d pengaruh orang tua, dan e media massa.
8.  Upaya  RSB  Diponegoro  Untuk  Meminimalisir  Perilaku  Seksual  Anak Jalanan
RSB Diponegoro berkomitmen sebagai  kawasan bagi anak-anak  jalanan menuju  kehidupan  secara  normal  dan  tidak  melakukan  perilaku-perilaku
seksual  yang tidak sehat dan merugikan anak jalanan.  Menurut FS 38 tahun selaku  pengurus  di  RSB  Diponegoro  tentang  perilaku  seksual  anak  jalanan
adalah sebagai berikut:
68 “Untuk  lingkungan  di  rumah  singgah  ada  yang  berpacaran  tetapi
mereka  juga  masih  dalam  pengawasan  pengurus karena  di  RSB untuk kaum  perempuan  tidak  diperbolehkan  menginap  di  sini,  kalopun  ada
perempuan yang berkunjung ke RSB diusahakan untuk tidak berada di kamar  mereka,  diperbolehkan  di  ruang  tamu,  dulu  pernah  ada  kasus
kehamilan  di  lingkungan  RSB  tetapi  karena  hal  itu  diluar  fokus  atau kemampuan  kami  sehingga  kami  bukanlah  menjadi  sumber  informasi
untuk  itu,  setahu  kami  anak  dari  perempuan  itu  menjadi  atau  diasuh oleh ibunya” hasil wawancara pada tanggal 12 Oktober 2012.
Pendapat  lain  dikemukakan  oleh  NV  34  tahun  mengenai  perilaku seksual anak jalanan yaitu:
“Perilaku  seksual  yang  berimbas  kepada  pencemaran  nama  baik sebaiknya tidak dilakukan di dalam lingkungan RSB, karena mengenai
perilaku seksual itu sendiri sebenarnya bukan fokus pembinaan RSB itu sendiri.  Tetapi  terkadang  ada perempuan  yang  masuk  ke dalam  kamar
tetapi  hal  itu  cukup dihindari  dengan peneguran  sebaiknya  bertamu di ruang tamu saja” hasil wawancara pada tanggal 13 Oktober 2012.
Berdasarkan  uraian  di  atas  dapat  diketahui  bahwa  berdasarkan keterangan  dari  pengurus,  anak  jalanan  di  RSB  Diponegoro  melakukan
perilaku seksual yang tidak sehat. Kemudian  upaya  yang  dilakukan  pihak  RSB  Diponegoro  dalam
meminimalisir  perilaku  seksual  pada  anak  jalanan  FS  38  tahun  selaku pengurus di RSB Diponegoro mengungkapkan sebagai berikut:
“Untuk meminimalisir perilaku seksual diadakan piket setiap hari untuk mengontrol serta monitoring anak jalanan, dilakukan kegiatan kegiatan
ketrampilan  serta  pengajian  yang  dilaksanakan  rutin  setiap  kamis malam.  Untuk  perempuan  tidak  diperbolehkan  menginap  di  RSB  serta
apabila  bertamu  disarankaan  siang  hari  serta  tidak  berada  di  kamar berduaan.  Selain  itu,  untuk  pendampingan  masing  masing  pengurus
memiliki anak binaan sendiri-sendiri biasanya masing-masing pengurus mempunyai  19-25  anak  binaan.  Dilakukan  pelatihan  juga  untuk  anak
jalanan.
Pelatihan itu
sendiri untuk
waktu pelaksanaannya
menyesuaikan atau tidak pasti tapi ada seperti pembuatan kerajinan dari acrylic,  kayu,  kain  serta  bahan  lainnya  khususnya  bahan  yang  tidak
terpakai.  Selain  itu  juga  adanya  konseling,  biasanya  mereka  bercerita mengenai  masalah  kehidupan  sosialnya  ataupun  masalah keluarganya”
hasil wawancara pada tanggal 12 Oktober 2012.
69 Pendapat  tersebut  juga  didukung  oleh  NV  34  Tahun  yang
mengemukakan bahwa: “Untuk  meminimalisir  perilaku  seksual  anak  jalanan  di  RSB
Diponegoro diadakannya kegiatan-kegiatan untuk mengisi waktu luang mereka serta dilakukan peneguran terhadap siapa saja  yang melanggar
norma.  Pendampingan  masing-masing  pengurus  disini  sudah  memiliki anak  binaan  masing  masing.  Anak  jalanan  dilakukan  pelatihan  seperti
pembuatan  kerajinan  bunga  dari  kertas,  hiasan  pot  bunga,  rak  sepatu dari kain untuk kerajinan pelaksanaannya bisa dikatakan sesuai dengan
peserta  serta  kemauan  peserta  karena  tidak  semua  peserta  mengikuti serta  tidak  setiap  waktu  mereka  mau  melakukan  hal  tersebut  bisa
dikatakan  tergantung  mood.  Selain  itu,  konseling  biasanya  dilakukan secara  pribadi  dan  mereka  kebanyakan  mau  bercerita  mengenai
problematikanya  hanya  kepada  pengurus-pengurus  tertentu  yang  dia anggapnya  sudah  menjalin  hubungan  kedekatan.  Selain  itu,  ada
pengajian  dan  pembelajaran  setiap  hari  sabtu  sore  dilakukan  acara belajar  bersama  hal  ini  dilakukan  situasional  sehingga  dilaksanakan  di
tempat seadanya biasanya di pinggiran jalan ataupun lampu merah dan dengan media yang seadanya.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa upaya  yang dilakukan oleh pihak pengurus RSB Diponegoro dalam meminimalisir perilaku seksual
pada anak jalanan adalah sebagai berikut: a.  Memberikan pendampingan secara intensif.
b.  Mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat mengisi waktu luang pada anak jalanan seperti pelatihan keterampilan, pengajian dan pembelajaran.
c.  Memberikan  layanan  konseling  kepada  anak  jalanan  mengenai permasalahan-permasalahan yang dialami.
d.  Melakukan  peneguran  dan  sanksi  bagi  anak  jalanan  yang  melakukan pelanggaran peraturan yang berlaku di RSB Diponegoro.
70
B. Pembahasan 1.  Perilaku Seksual Anak Jalanan Di RSB Diponegoro
Anak  jalanan  merupakan  anak-anak  yang  berumur  dibawah  18  tahun yang  tinggal  yang  menghabiskan  waktunya  di  jalanan.  Keberadaan  anak
jalanan  ada  tiga  motif  yaitu  motif  untuk  bekerja,  motif  hidup  di  jalanan,  dan motif  karena  keluarga  yang  hidup  di  jalanan.  Hal  ini  sebagaimana  yang
dikemukakan  oleh  Bagong  Suyanto  1999:  41  yang  membagi  anak  jalanan menjadi  tiga  yaitu  children  on  the  Street,  children  of  the  street,  dan  children
from  families  of  the  street.  Keberadaan  anak  jalanan  tidak  terlepas  dengan perilaku seksual.
Perilaku  seksual  merupakan  segala  tingkah  laku    yang  didorong  oleh hasrat  seksual,  baik  dengan  lawan  jenisnya  maupun  dengan  sesama  jenis.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak jalanan di  RSB  Diponegoro  pernah  melakukan  perilaku-perilaku  seksual  mulai  dari
berpegangan tangan,
berpelukan, berciuman,
meraba, bersenggama,
masturbasionani  dan  oral  seks.  Terutama  untuk  anak  jalanan  yang  berjenis kelamin  perempuan  untuk  perilaku  seksual  awal  mulanya  cenderung  karena
adanya unsur paksaanancaman dari orang lain baik dari pacar maupun sesama anak jalanan sebagaimana yang di alami oleh TL 15 tahun dan SB 16 tahun.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mury 2009: 1  yang  menyimpulkan  bahwa  secara  umum perilaku  seksual  anak  jalanan  di
Kabupaten Jember Jawa Timur dalam kategori beresiko sebanyak 51,6, yang