26 ekonomi  yang  melanda.  Membantu  orang  tua  termasuk  membiayai  sendiri
biaya sekolah menjadi salah satu alasan mereka bekerja di jalan.
c.
Children  Vulnerable  to  Be  on  the  Street  yaitu  kelompok  anak  yang  berteman atau  bergaul  dengan  2  tipe  sebelumnya  dan  terkadang  ikut-ikutan  turun  ke
jalan.  Kelompok  anak  kategori  ini  melihat  “asyiknya”  gaya  hidup  di  jalanan yang  bebas  dan  punya  uang.  Anak  tersebut  tinggal  menunggu  the  “crash”
moment  puncak  peristiwa  yang  tidak  diinginkan  seperti  dipukul  orang  tua, perceraian,  bencana  kebakaran,  penggusuran,  banjir,  dsb  untuk  masuk  ke
dalam kategori pertama atau kedua.
Pendapat  tersebut  tidak  jauh  berbeda dengan  pendapat  Bagong Suyanto Suyanto  1999:  41  yang  membagi  anak  jalanan  dalam  tiga  kategori  sebagai
berikut: a.  Children On the Street anak jalanan  yang bekerja di jalanan,  yakni anak-
anak  yang  mempunyai  kegiatan  ekonomi  sebagai  pekerja  anak  di  jalanan. Namun  masih  mempunyai  hubungan  yang  kuat  dengan  orang  tua  mereka.
Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga  ekonomi  keluarganya  karena  beban  atau  tekanan  kemiskinan
yang  mesti  ditanggung  tidak  dapat  diselesaikan  sendiri  oleh  kedua orangtuanya.
b.  Children of the street anak jalanan yang hidup di jalanan, yakni anak-anak yang  berpartisipasi  penuh  di  jalanan  baik  secara  sosial  maupun  ekonomi.
Beberapa  diantara  mereka  masih  mempunyai  hubungan  dengan  orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak diantara
mereka  adalah  anak-anak  yang  karena  suatu  sebab  lari  atau  pergi  dari
27 rumah.  Berbagai  penelitian  menunjukkan  bahwa  anak-anak  pada  kategori
ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial-emosional dan fisik maupun seksual.
c.  Children from families of the street atau children in street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Salah satu ciri penting dari
kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi bahkan  sejak  masih  dalam  kandungan.  Di  Indonesia  kategori  ini  dengan
mudah  ditemui  di  berbagai  kolong  jembatan,  rumah-rumah  liar  sepanjang rel kereta api.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa klasifikasi anak jalanan secara garis besar terbagi menjadi tiga kategori
yaitu: children on the street, children of the street dan children in street.
4.  Faktor Penyebab Munculnya Anak Jalanan
Banyak  faktor penyebab  munculnya  anak  jalanan,  Tata  Sudrajat  dalam Mulandar,  1996:  12  menyebutkan  ada  tiga  tingkat  yang  menyebabkan
munculnya fenomena anak jalanan, yaitu: a.  Tingkat  mikro  immediate  causes,  yaitu  faktor-faktor  yang  berhubungan
dengan situasi anak dan keluarganya seperti kondisi ekonomi keluarga yang rendah, ketidakharmonisan keluarga, kekerasan dalam keluarga.
b.  Tingkat  meso  underlying  causes,  yaitu  faktor-faktor  yang  ada  di masyarakat  tempat  anak  dan  keluarga  berada  seperti  tinggal  di  tempat
kumuh dan juga lingkungan pergaulan anak.
28 c.  Tingkat makro basic causes, yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan
struktur  makro  dari  masyarakat  ekonomi,  politik  dan  kebudayaan  seperti krisis moneter, konflik antar suku, kerusuhan dan bencana alam.
Bagong  Suyanto  1999:  48  mengemukakan  bahwa  banyak  faktor  yang menyebabkan  anak-anak  terjerumus  dalam  kehidupan  di  jalanan  seperti
kesulitan  keuangan  keluarga  atau  tekanan  kemiskinan,  ketidakharmonisan rumah  tangga  orang  tua  dan  masalah  khusus  menyangkut  hubungan  anak
dengan orang tua. Kombinasi dari faktor-faktor ini sering memaksa anak-anak mengambil inisiatif mencari nafkah atau hidup mandiri di jalanan. Kadang kala
pengaruh  teman  atau kerabat  juga  ikut  menentukan  keputusan  untuk  hidup di jalanan.  Kebanyakan  anak  bekerja  di  jalanan  bukanlah  atas  kemauan  sendiri,
melainkan sekitar 60 diantaranya karena dipaksa oleh orang tuanya. Menurut Soekanto 2006: 320, fenomena anak jalanan tidak terlepas dari
faktor-faktor yang menyebabkan anak turun ke jalan diantaranya yaitu: a.  Faktor ekonomi kemiskinan
Akibat  kemiskinan  atau  faktor  ekonomi,  anak  terpaksa  mencari  nafkah untuk  membantu  memenuhi  kebutuhan  hidup  keluarganya  atau  untuk
kebutuhan pribadinya, sehingga banyak anak  yang putus sekolah dan turun kejalanan  untuk  bekerja  sebagai  pengamen,  pengemis  dan  sebagainya.
Faktor  ekonomi  orang  tua  sangat  berdampak  terhadap  kelangsungan  hidup anak-anaknya yang pada akhirnya merelakan anak-anaknya terjun langsung
ke jalanan untuk mencari nafkah.
29 b.  Disorganisasi keluarga perpecahan keluarga
Disorganisasi  keluarga  merupakan  salah  satu  faktor  penyebab  anak-anak turun  ke  jalanan,  sehingga  memiliki  peran  yang  cukup  besar  dalam
meningkatkan  anak  jalanan.  Anak  sering  dijadikan  pelampiasan  atas masalah  yang  tengah  dihadapi  orang  tua,  sehingga  anak  stres  dan  tidak
betah dirumah, maka anak akan melarikan diri dan mencari  kehidupan lain kemudian terjebak dalam kehidupan jalanan yang keras.
c.  Urbanisasi perpindahan penduduk Kebanyakan orang berharap bisa merubah taraf  hidupnya dengan  hijrah  ke
kota,  namun  hanya  segilintir  orang  yang  beruntung  dan  sisanya  mereka terjebak  di  kota  besar  dengan  dihadapkan  pada  situasi  yang  suit  dan
mendorong  mereka  untuk  terjun  ke  jalanan  yakni  menjadi  anak  jalanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hal  ini  berarti  latar  belakang  penyebab  turunnya  anak  jalanan  tersebut merupakan  landasan  bagi  anak-anak  untuk  selalu  ada  dijalanan,  sulitnya
memenuhi segala kebutuhan hidup, keadaan keluarga  yang tidak kondusif dan korban  urbanisasi  yang  pada  akhirnya  memaksa  anak  pada  situasi  yang  sulit
menjadi anak jalanan. Berdasarkan  uraian  di  atas  menunjukkan  bahwa  faktor  penyebab
munculnya  anak  jalanan  secara  garis  besar  terbagi  menjadi  tiga  yaitu:  a tingkat  mikro  immediate  causes,  yaitu  faktor-faktor  yang  berhubungan
dengan  situasi  anak  dan  keluarganya,  b  tingkat  meso  underlying  causes, yaitu  faktor-faktor  yang  ada  di  masyarakat  tempat  anak  dan  keluarga  berada,
30 dan  c  tingkat  makro  basic  causes,  yaitu  faktor-faktor  yang  berhubungan
dengan struktur makro dari masyarakat
C. Masa Remaja 1.  Pengertian Masa Remaja
Menurut  Sarwono  Sarlito  2011: 12,  remaja  adalah  suatu masa  dimana 1  individu  berkembang  dari  saat  pertama  kali  menunjukkan  tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, 2 individu mengalami  perkembangan  psikologis  dan  pola  identifikasi  dari  kanak-kanak
menjadi  dewasa,  dan  3  terjadi  peralihan  dari  ketergantungan  sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Pendapat lain dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat dalam Sofyan, 2008: 22  remaja  adalah  usia  transisi  dimana  seorang  individu  telah  meninggalkan
usia  kanak-kanak  yang  lemah  dan  penuh  ketergantungan,  akan  tetapi  belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab terhadap dirinya maupun
terhadap  masyarakat.  Sementara  Kartini  Kartono  2000:12  mengungkapkan bahwa  adolesence  masa  remaja  merupakan  periode  antara  pubertas  dan
kedewasaan.  Usia  yang  diperkirakan  12  sampai  dengan  21  tahun  untuk  anak gadis  yang  lebih  cepat  matang  daripada  anak  laki-laki,  dan  antara  13  sampai
dengan 22 tahun bagi anak laki-laki. Dari  berbagai  pendapat  diatas  mengenai pengertian  remaja,  maka  dapat
disimpulkan  bahwa  remaja  adalah  peralihan  dari  masa  kanak-kanak  menuju dewasa,  berkisar  antara  usia  12  sampai  dengan  21  tahun  dan  pada  masa
tersebut  terjadi  proses  pematangan  baik  secara  fisik,  psikologis  serta  menuju
kepada kematangan ekonomi.