12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Perilaku Seksual 1. Pengertian Perilaku Seksual
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Dalam hal
ini perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan,
bercumbu dan bersenggama Sarlito Sarwono, 2011: 174. Sementara Mu’tadin 2002: 34 mengungkapkan bahwa perilaku seksual adalah segala macam
tindakan seperti bergandengan tangan, berciuman sampai dengan bersenggama yang dilakukan dengan adanya dorongan hasrat seksual yang dilakukan oleh
individu. Pendapat lain dikemukakan oleh Eny Kusmiran 2011: 33 bahwa
perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perubahan dan perkembangan
perilaku seksual yang terjadi pada masa remaja dipengaruhi oleh berfungsinya hormon-hormon seksual testosteron untuk laki-laki dan progesteron untuk
perempuan. Hormon tersebut yang berpengaruh terhadap dorongan perilaku seksual.
Menurut Wahyudi 2000: 25, perilaku seksual merupakan perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan
kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Perilaku seksual yang sehat dan dianggap normal adalah cara heteroseksual, vaginal, dan dilakukan
13 suka sama suka. Sedangkan yang tidak normal menyimpang antara lain
sodomi, homoseksual. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
perilaku seksual adalah segala macam tingkah lakutindakan yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis
mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama.
2. Bentuk Perilaku Seksual
Menurut Duvall, E.M Miller, B.C dalam Mury, 2009: 45, bentuk perilaku seksual pranikah mengalami peningkatan secara bertahap. Adapun
bentuk-bentuk perilaku seksual tersebut adalah:
a. Touching yaitu berpegangan tangan dan berpelukan.
b. Kissing yaitu berkisar dari ciuman singkat dan cepat sampai kepada ciuman
yang lama dan lebih intim.
c. Petting yaitu menyentuh atau meraba daerah erotis dari tubuh pasangan
biasanya meningkat dari meraba ringan sampai meraba alat kelamin. d. Sexual intercourse yaitu hubungan kelamin atau senggama.
Sarlito Sarwono 2011: 175 mengungkapkan bentuk-bentuk perilaku seksual secara berurutan meliputi: a berkencan, b berpengangan tangan, c
mencium pipi, d berpelukan, e mencium bibir, f memegang buah dada di atas baju, g memegang buah dada dibalik baju, h memegang alat kelamin di
atas baju, i memegang alat kelamin di bawah baju, j melakukan senggama. Pendapat lain dikemukakan oleh Wahyudi 2000: 25 bahwa perilaku
seksual secara rinci dapat berupa: