E. PATI
1. Amilosa dan Amilopektin
Pati  merupakan  salah  satu  polisakarida  yang  paling  sederhana  di alam.  Pati  biasa  berbentuk  sebagai  partikel  diskret  yang  disebut  granula
Munarso  1998.  Pati  dapat  berikatan  dengan  iodine  membentuk kompleks pati iodine yang berwarna biru. Sifat ini dapat digunakan untuk
menganalisa  adanya  pati.  Warna  biru  yang  terbentuk  disebabkan  oleh molekul pati yang berbentuk spiral. Struktur bentuk spiral yang terdapat
dalam  pati  merupakan  karakteristik  amilosa  dalam  larutan.  Bila  pati dipanaskan,  spiral  akan  meregang,  molekul-molekul  iodine  terlepas  dan
warna biru akan menghilang Winarno 1992. Amilosa dan amilopektin merupakan komponen  utama pati  yang
berperan  sebagai  rangka  struktur  pati.  Kedua  molekul  tersebut  tersusun oleh  beberapa  unit  glukosa  yang  saling  berikatan.  Amilosa  merupakan
molekul  linear  polisakarida  dengan  ikatan  α-1,4  dengan  derajat polimerasi  DP  beberapa  ratus  unit  glukosa,  sedangkan  amilopektin
mempunyai  struktur  amilosa  pada  rantai  lurus,  namun  memiliki konfigurasi  bercabang  yang  terdapat  pada  setiap  20–25  residu  glukosa
dengan  ikatan  α-1,6  Whistler  dan  Daniel  1984,  diacu  dalam  Munarso 1998.
Amilosa memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen atau  untuk  mengalami  retrogradasi.  Semakin  banyak  amilosa  pada  pati
akan  membatasi  pengembangan  granula  dan  mempertahankan  integritas granula.  Semakin  tinggi  kadar  amilosa  maka  semakin  kuat  ikatan
intramolekulernya.  Viskositas  pasta  amilosa  memiliki  hubungan  linier dengan  konsentrasi.  Pada  selang  konsentrasi  amilosa  0-0.6,
peningkatan  konsentrasi  amilosa  akan  meningkatkan  viskositasnya Ulyarti 1997.
Sifat amilosa yang penting jika dibandingkan dengan amilopektin adalah  amilosa  lebih  mudah  keluar  dari  granula  dan  memiliki
kemampuan  untuk  mudah  berasosiasi  dengan  sesamanya.  Seperti  pada umumnya  polimer  linear,  amilosa  mampu  membentuk  film  dan  serat
fibers  dengan  kekuatan  mekanik  yang  tinggi  sehingga  memungkinkan untuk  dipergunakan  sebagai  pelapis  makanan  yang  transparan  sekaligus
dapat dimakan Ulyarti 1997. Struktur  cabang  pada  amilopektin  merupakan  salah  satu  hasil
mekanisme  enzim  yang  memecah  rantai  linier  yang  panjang.  Hasil pecahan  berupa  rantai-rantai  pendek  dengan  25  unit  glukosa  yang
kemudian bergabung membentuk struktur  yang berantai banyak Ulyarti 1997.
Derajat polimerasi
amilopektin sangat
bervariasi. Bila
dibandingkan  dengan  amilosa  yang  hanya  memiliki  derajat  polimerisasi sebesar  500–2.000  unit  glukosa,  derajat  polimerisasi  amilopektin  sangat
besar  yaitu  lebih  dari  50.000  unit  glukosa  yang  berarti  berat  molekul amilopektin  ±  10
7
Dalton.  Amilopektin  merupakan  komponen  pati  yang membentuk  kristalinitas  granula  pati.  Viskositas  pasta  amilopektin  akan
meningkat  apabila  konsentrasinya  dinaikkan  0–3.  Akan  tetapi hubungan  ini  tidak  linier  sehingga  diperkirakan  terjadi  interaksi  atau
pengikatan secara acak di antara molekul-molekul cabang Ulyarti 1997. Amilopektin yang memiliki rantai cabang lebih panjang memiliki
kecenderungan  yang  kuat  untuk  membentuki  gel.  Adanya  amilopektin pada  pati  akan  mengurangi  kecenderungan  pati  dalam  membentuk  gel.
Karakteristik seperti tekstur, viskositas, dan stabilitas dipengaruhi secara nyata  oleh  kadar  dan  berat  molekul  amilosa  dan  amilopektin  Luallen
1988,  diacu  dalam  Munarso  1998.  Perbandingan  amilosa  dan amilopektin dapat menentukan tekstur, pera tidaknya nasi, cepat tidaknya
mengeras  dan  lekat  tidaknya  nasi  Winarno  1981.  Berdasarkan  pada kadar amilosa dan amilopektinnya, beras dapat dibedakan menjadi empat
jenis yaitu: -
Beras ketan: dengan kadar amilosa 1 – 2 -
Beras pulen: dengan kadar amilosa 7 – 20 -
Beras sedang: dengan kadar amilosa 20 – 25 -
Beras pera: dengan kadar amilosa lebih dari 25
2. Gelatinisasi dan Retrogradasi