Penentuan Kadar Air Kritis

keadaan setimbang dengan lingkungan akan semakin lama. Laju difusi uap air untuk mencapai keadaan setimbang antara crackers dan lingkungan penyimpanan akan diimbangi dengan penurunan peningkatan kadar air crackers. Kadar air kesetimbangan ini masing-masing diplotkan dengan kelembaban relatifnya atau aktivitas airnya sehingga akan membentuk suatu kurva yang disebut sebagai kurva sorpsi isotermis. Kurva sorpsi isotermis produk crackers hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 24. Pada gambar terlihat bahwa kurva mempunyai bentuk sigmoid bentuk huruf S meskipun tidak sigmoid sempurna. Gambar 24 Kurva sorpsi isotermis produk crackers.

c. Penentuan Kadar Air Kritis

Penyebab utama kerusakan crackers telah ditetapkan yaitu kehilangan kerenyahan saja. Penurunan kerenyahan crackers dipengaruhi oleh bertambahnya kadar air crackers akibat dari penyerapan uap air dari lingkungan. Oleh karena itu, dalam hal ini kadar air kritis diartikan sebagai kadar air dimana kerenyahan produk sudah tidak dapat diterima lagi oleh konsumen. Penentuan kadar air kritis crackers dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyimpan crackers tanpa kemasan pada suhu kamar di ruangan terbuka dengan kisaran RH 80-90 selama 5 hari. Uji organoleptik yang dilakukan dalam penentuan kadar air kritis ini adalah uji hedonik dan rating tekstur terhadap kerenyahan crackers selama penyimpanan dengan menggunakan 30 panelis semi terlatih. Selain itu, juga ditanyakan sejauh mana perbedaannya terhadap kontrol yang diberikan produk crackers yang tidak mengalami perlakuan penyimpanan, apakah masih bisa diterima atau tidak. Metode ini merupakan metode yang relatif baru, dimana biasanya penentuan kadar air kritis dilakukan dengan menyimpan produk pada beberapa RH tertentu selama waktu tertentu dan diujikan tingkat kerenyahannya pada panelis. Namun, prinsip yang digunakan sama dengan penentuan kadar air kritis yang telah biasa dilakukan, yaitu kadar air kritis akan tercapai pada saat panelis mulai tidak menerima produk secara organoleptik. Alasan pemilihan metode ini adalah karena metode ini dianggap lebih cepat dan mudah Fitria 2007. • Uji rating hedonik Berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap produk crackers yang dapat dilihat pada Gambar 25, skor kesukaan hedonik panelis terhadap kerenyahan crackers akan menurun dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Panelis masih menyukai kerenyahan sampel crackers hasil penelitian pada penyimpanan hari pertama dengan skor kesukaan rata-rata 4.53 yaitu dari netral hingga agak suka dan sudah tidak dapat lagi menerima kerenyahan crackers saat sampel disimpan pada hari kedua dengan skor rata-rata 3.13 yaitu agak tidak suka. Skor terendah dimiliki oleh crackers yang telah mengalami penyimpanan selama 5 hari. Gambar 25 Hubungan lama penyimpanan crackers dengan skor kesukaan. Kadar air kritis crackers ditentukan pada saat kerenyahan crackers tidak dapat diterima oleh konsumen. Kondisi tersebut ditetapkan pada saat kesukaan panelis berada pada taraf agak tidak suka skor 3. Taraf agak tidak suka digunakan sebagai batas minimal penolakan konsumen terhadap kerenyahan crackers. Hal ini disebabkan karena pada kondisi ini produk dianggap sudah mulai ditolak konsumen dan kondisi ini harus diwaspadai untuk menjamin kepuasan dan kenyamanan konsumen serta meminimalkan risiko kerusakan produk. Penentuan kadar air kritis crackers didasarkan pada linierisasi kurva hubungan kadar air crackers dengan skor kesukaan panelis seperti yang terlihat pada Gambar 26. Berdasarkan hasil penelitian, kadar air kritis crackers dengan uji rating hedonik adalah 0.0990 g H 2 Og bk. Rekapitulasi penentuan kadar air kritis dengan uji hedonik dapat dilihat pada Lampiran 16. Gambar 26 Penentuan kadar air kritis crackers uji rating hedonik. • Uji rating tekstur Berdasarkan hasil uji organoleptik, skor rating kerenyahan crackers akan semakin menurun sebanding dengan lama penyimpanan crackers Gambar 27. Pengujian rating terhadap kerenyahan produk menunjukkan bahwa panelis masih dapat menerima kerenyahan pada penyimpanan hari pertama dengan skor rata-rata 4.57 yaitu netral sampai agak renyah. Panelis tidak dapat menerima kerenyahan produk pada saat sampel telah mengalami penyimpanan selama 2 hari dengan skor rata-rata 3.2 yaitu agak tidak renyah. Hal ini serupa dengan hasil uji hedonik terhadap kerenyahan produk crackers dimana panelis tidak menyukai kerenyahan produk pada penyimpanan hari kedua. Skor terendah dimiliki oleh crackers yang telah mengalami penyimpanan selama 5 hari. Gambar 27 Hubungan lama penyimpanan crackers dengan skor rating tekstur. Kadar air kritis crackers ditentukan pada saat kerenyahan crackers tidak dapat diterima oleh konsumen. Kondisi tersebut ditetapkan pada saat skor ratingnya adalah 3 agak tidak renyah. Penentuan kadar air kritis crackers didasarkan pada linierisasi kurva hubungan kadar air crackers dengan skor rating kerenyahan seperti yang terlihat pada Gambar 28. Berdasarkan hasil penelitian, kadar air kritis crackers dengan uji rating tekstur adalah 0.0990 g H 2 Og bk. Data uji hedonik dan uji rating tekstur crackers dapat dilihat pada Lampiran 17. Rekapitulasi penentuan kadar air kritis dengan uji rating tekstur dapat dilihat pada Lampiran 18. Kadar air kritis berdasarkan uji hedonik dan uji rating tekstur pada penelitian ini mempunyai nilai yang tidak berbeda. Gambar 28 Penentuan kadar air kritis crackers uji rating tekstur. Pada pengujian organoleptik juga ditanyakan penilaian panelis terhadap sampel yang dibandingkan dengan kontrol yang diberikan terhadap parameter kerenyahan. Hasil penilaian menunjukkan bahwa sampel mulai tampak adanya perbedaan yang sudah mulai tidak dapat diterima pada perlakuan penyimpanan hari kedua Lampiran 19. Pada saat kadar air kritis, crackers mencapai nilai kerenyahan 699.9 gf. Hal ini menandakan bahwa semakin lama penyimpanan pada produk crackers hasil penelitian, gaya yang dibutuhkan untuk mendeformasi produk lebih besar produk menjadi lebih alot karena adanya penyerapan uap air.

d. Model Sorpsi Isotermis