57
6. Kadar Proksimat
Analisis    proksimat  adalah  suatu  metode  analisis  kimia  untuk mengidentifikasi  kandungan  gizi  bahan  pangan.  Pada  penelitian  ini  dilakukan
analisis  proksimat  pada  tepung  kentang  yang  memiliki  kondisi  penyimpanan maksimum yaitu kondisi penyimpanan yang dapat mempertahankan kecerahan
warna  tepung  kentang  dan  kondisi  minimum  yaitu  yang  tidak  dapat mempertahankan kecerahan warna tepung kentang.
Tabel 7. Karakteristik tepung kentang pada akhir masa penyimpanan 12 minggu
Karakteristik Kemasan
PP 20
o
C LDPE 20
o
C
Kadar air 6.84
7.65 Kecerahan L
97.28 95.39
Indeks pencoklatan 0.022
0.180 Kadar protein
6.39 7.52
Kadar lemak 0.11
0.12 Kadar abu
1.27 1.21
Karbohidrat by difference 85.39
83.50 Kondisi  yang  dipilih  adalah  kondisi  penyimpanan  suhu  20
o
C  dengan kemasan  PP  dan  kondisi  penyimpanan  suhu  40
o
C  kemasan  LDPE. Berdasarkan  data  pada  tabel  di  atas  dapat  dilihat  bahwa  kadar  air  tepung
kentang  kemasan  PP  sebesar  6.84  dan  kemasan  LDPE  7.65.  Hal  ini menunjukkan  bahwa  kadar  air  tepung  kentang  tidak  melampaui  batas  kadar
air menurut SNI 3751:2009 untuk tepung terigu yaitu maksimal 14. Kadar abu tepung kentang kemasan PP sebesar 1.27 dan kemasan LDPE sebesar
1.21 sedangkan batas maksimal kadar abu tepung adalah 0.7. Akan tetapi kadar protein tepung kentang pada kemasan PP tidak memenuhi standar yang
berlaku untuk tepung terigu. Kadar  protein  tepung  kentang  yang  dikemas  dengan  kemasan  PP
sebesar 6.36 dan kemasan LDPE sebesar 7.52 sedangkan standar nasional yang  berlaku  untuk  kadar  protein  tepung  terigu  adalah  7.  Namun,  hal
40
58
tersebut  tidak  dapat  dijadikan  standar  penolakan  tepung  kentang  karena belum adanya aturan baku mengenai standar kandungan gizi tepung kentang.
Oleh  karena  itu,  dilakukan  pula  uji  penerimaan  dari  konsumen  untuk mengetahui penerimaan tepung kentang di pasaran.
7. Evaluasi Sensori
Secara  umum  penilaian  mutu  produk  tidak  hanya  cukup  dianalisis berdasarkan  sifat-sifat  objektif  melainkan  juga  sifat-sifat  indrawinya.
Subjektivitas  sifat  indrawi  bertingkat-tingkat.  Yang  paling  tinggi  tingkat subjektivitas  ialah  sifat  hedonik,  yaitu  sifat  yang  menyatakan  disukai,
disenangi, enak, atau tidak disukai Anonim d 2006. Evalusi  sensori  yang  dilakukan  pada  penelitian  ini  meliputi  warna,
konsistensi,  dan  penerimaan  umum.  Atribut  tersebut  merupakan  faktor  yang mempengaruhi  penerimaan  konsumen  terhadap  produk  tepung  kentang.
Evaluasi sensori dilakukan melalui uji hedonik. Hasil dari penilaian kesukaan oleh panelis selanjutnya dianalisis secara statistika melalui uji nonparametrik
dengan tipe Friedman.
7.1 Warna
Warna  merupakan  salah  satu  atribut  penting  dari  tepung  kentang karena  atribut  ini  yang  menjadi  pembeda  diantara  produk  tepung  lainnya.
Selain itu warna merupakan faktor yang menjadi penilaian awal konsumen terhadap  suatu  produk.  Naik  atau  turunnya  nilai  mean  selama  masa
penyimpanan  dapat  dipengaruhi  oleh  penilaian  subjektif  panelis  terhadap kesukaannya pada tiap sampel. Warna merupakan faktor mutu yang sangat
penting dalam menilai produk-produk makanan. Berdasarkan  penelitian,  warna  kecerahan  tepung  kentang  semakin
menurun  selama  penyimpanan.  Perubahan  warna  tersebut  mempengaruhi penerimaan panelis terhadap tepung kentang. Panelis lebih menyukai tepung
kentang yang relatif lebih cerah selama masa penyimpanan. Tepung kentang
41
59
dengan  warna  yang  menarik  dan  lebih  putih  dan  stabil  pada  masa  simpan yang lebih lama akan lebih menarik bagi industri pengguna.
Tabel 8. Nilai mean dan SD uji hedonik terhadap kecerahan tepung kentang minggu
ke parameter
PP 20
o
C PP
30
o
C PP
40
o
C LDPE
20
o
C LDPE
30
o
C LDPE
40
o
C 2
Mean 3,23  3,10
3,10 3,70
3,70 3,30
SD 0,56  0,31
0,31 0,65
0,47 0,47
4 Mean
3,43  3,33 3,60
3,87 3,70
3,50 SD
0,57  0,48 0,5
0,51 0,47
0,51 6
Mean 3,13  3,13
3,57 3,83
3,70 3,50
SD 0,35  0,35
0,50 0,46
0,47 0,51
8 Mean
3,03  3,13 3,60
3,53 3,70
3,50 SD
0,18  0,35 0,50
0,51 0,47
0,51 10
Mean 3,37  3,13
3,13 3,47
3,30 3,33
SD 0,49  0,35
0,79 0,51
0,47 0,55
12 Mean
3.03  2,97 2,43
3,03 2,93
2,53 SD
0,18  0,18 0,50
0,18 0,25
0,50 Penurunan  kesukaan  ini  disebabkan  oleh  pencoklatan  warna  tepung
kentang  akibat  proses  pencoklatan  enzimatis  maupun  non  enzimatis  dan pengaruh  suhu  penyimpanan.  Proses  pencoklatan  tersebut  menyebabkan
penampakan  warna  tepung  menjadi  tidak  cerah.  Panelis  tidak  menyukai warna tepung kentang karena mulai dianggap tidak cerah lagi.
7.2 Konsistensi
Konsistensi  tepung  dapat  mempengaruhi  penerimaan  konsumen. Konsistensi  merupakan  salah  satu  atribut  khas  produk  tepung.  Apabila
konsistensi  tepung  berbeda  dari  yang  diharapkan  konsumen  maka  sering kali  diidentifikasikan  telah  terjadinya  penurunan  kualitas.  Tepung  kentang
mengalami  perubahan  selama  masa  penyimpanan  sehingga  menimbulkan perubahan pada konsistensi tepung yang ada.
42
60
Konsistensi  tepung  kentang  selama  penyimpanan  mengalami perubahan akibat perubahan kadar air tepung kentang selama penyimpanan.
Perubahan  kadar  air  tepung  kentang  dipengaruhi  oleh  suhu  penyimpanan dan  kemasan  yang  digunakan.  Makin  tinggi  permeabilitas  suatu  bahan
kemasan maka makin tinggi jumlah uap air yang dapat bertransmisi melalui kemasan tersebut Thompson 1998.
Berdasakan  hasil  uji  organoleptik  tepung  kentang  pada  kemasan  dan suhu  penyimpanan  berbeda  didapat  bahwa  terjadi  penurunan  tingkat
kesukaan  dengan  semakin  lamanya  penyimpanan.  Nilai  4  menunjukkan tingkat  kesukaan  tinggi  sedangkan  angka  2  menunjukkan  tingkat  kesukaan
yang rendah atau dikategorikan dalam skala tidak suka. Penurunan kesukaan pada tepung kentang yang disimpan pada suhu 20
o
C dan 30
o
C lebih rendah dibandingkan  pada  penyimpanan  suhu  40
o
C  Tabel  9.  Pada  penyimpanan minggu  kesepuluh  didapat  penolakan  pada  tepung  kentang  yang  disimpan
pada suhu 40
o
C. Hal ini terlihat dari hasil mean pada tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Nilai  mean  dan  SD    uji  hedonik  terhadap  konsistensi  tepung
kentang minggu
ke parameter
PP 20
o
C PP
30
o
C PP
40
o
C LDPE
20
o
C LDPE
30
o
C LDPE
40
o
C 2
Mean 3,87  3,77
3,33 3,97
3,30 3,17
SD 0,68  0,43
0,48 0,41
0,47 0,38
4 Mean
3,87  3,77 3,37
3,97 3,50
3,10 SD
0,68  0,43 0,49
0,41 0,51
0,31 6
Mean 3,70  3,60
3,33 3,90
3,00 3,00
SD 0,60  0,48
0,50 0,37
0,00 0,00
8 Mean
3,17  3,50 3,37
3,43 3,00
3,10 SD
0,46  0,51 0,49
0,50 0,00
0,31 10
Mean 3,13  3,50
3,23 3,43
3,00 2,77
SD 0,35  0,51
0,50 0,50
0,00 0,43
12 Mean
3,03  3,17 2,67
3,07 3,00
2,50 SD
0,18  0,38 0,48
0,25 0,00
0,51
43
61
7.3 Penerimaan Umum
Penyimpanan  produk  tepung  kentang  sangat  berkaitan  dengan penerimaan  konsumen  terhadap  produk  ini.  Penyimpanan  yang  baik  akan
mencegah  terjadinya  reaksi  yang  dapat  menurunkan  mutu  produk. Pencoklatan yang tidak dapat dicegah dapat menyebabkan perubahan warna
tepung  kentang  menjadi  gelap  sehingga  konsumen  tidak  menyukai  produk tersebut.  Penurunan  kualitas  terhadap  warna  dan  konsistensi  menyebabkan
penilaian  umum  konsumen  terhadap  produk  tersebut  juga  turut  menurun hingga terjadi penolakan.
Rata-rata  mean  penerimaan  umum  terhadap  sampel  hingga  minggu kesepuluh  bernilai  lebih  besar  dari  3.  Nilai  tersebut  menujukkan  bahwa
panelis masih menyukai atau menerima produk tersebut. Pada penyimpanan minggu ke-12 penilaian panelis mulai menurun untuk tepung kentang yang
disimpan  dalam  suhu  penyimpanan  40
o
C  yaitu  berkisar  2.5  seperti  yang terlihat pada tabel 10.
Tabel  10.  Nilai  mean  dan  SD  uji  hedonik  terhadap  penerimaan  umum tepung kentang
minggu ke
parameter PP
20
o
C PP
30
o
C PP
40
o
C LDPE
20
o
C LDPE
30
o
C LDPE
40
o
C 2
Mean 3,73  3,77
3,17 3,70
3,40 3,10
SD 0,58  0,63
0,38 0,53
0,67 0,31
4 Mean
3,73  3,77 3,67
3,70 3,40
3,10 SD
0,58  0,63 0,48
0,53 0,67
0,31 6
Mean 3,13  3,77
3,57 3,50
3,40 3,07
SD 0,43  0,63
0,50 0,51
0,67 0,25
8 Mean
3,30  3,87 3,03
3,70 3,17
3,97 SD
0,60  0,35 0,32
0,53 0,38
3,18 10
Mean 3,60  3,23
2,57 3,57
3,13 2,57
SD 0,56  0,43
0,50 0,57
0,35 0,50
12 Mean
2,97  2,97 2,57
2,93 3,00
2,57 SD
0,18  0,18 0,50
0,25 0,00
0,50
44
62
8. Pendugaan Umur Simpan Tepung Kentang
1. Penentuan Orde Reaksi
Perubahan  mutu  produk  dapat  berlangsung  secara  konstan  atau  tidak. Jika  berlangsung  secara  konstan,  maka  perubahannya  mengikuti  kurva  linier
dan menunjukkan orde reaksi 0 atau kurva eksponensial dan menunjukkan orde 1. Menurut Labuza 1982, tipe-tipe kerusakan yang mengikuti kinetika reaksi
orde  nol  mencangkup  reaksi  kerusakan  enzimatis,  pencoklatan  enzimatis  dan oksidasi lemak.
Tabel 11 Orde reaksi tepung kentang selama penyimpanan. parameter mutu
kemasan suhu
R
2
orde yang dipilih
orde 0 orde 1
warna kecerahan
LDPE 20
0.973 0.973
30 0.870
0.870 40
0.930 0.932
PP 20
0.961 0.960
30 0.944
0.944 40
0.814 0.815
kadar air LDPE
20 0.978
0.967 30
0.885 0.893
40 0.307
0.316 PP
20 0.954
0.941 30
0.954 0.930
40 0.581
0.593
indeks pencoklatan
LDPE 20
0.895 0.929
30 0.914
0.918 40
0.969 0.846
PP 20
0.982 0.803
30 0.978
0.964 40
0.957 0.804
45
63
Langkah pertama dalam penentuan orde reaksi adalah dengan membuat kurva dari data yang telah dihasilkan. Pada orde reaksi nol nilai  x pada kurva
adalah  waktu  penyimpanan  tepung  kentang  sedangkan  pada  sumbu  y  adalah nilai parameter yang diamati. Kemudian dibuat garis regresi linear grafik untuk
melihat nilai R
2
Lampiran 17. Pada  orde reaksi satu nilai x pada kurva adalah waktu penyimpanan tepung kentang sedangkan pada sumbu y adalah nilai ln y
parameter  yang  diamati.  Kemudian  dibuat  garis  regresi  linear  grafik  antara  x dan ln y untuk melihat nilai R
2
Lampiran 17. Pada parameter kadar air, orde yang  digunakan  adalah  orde  nol.  Pemilihan  orde  dilakukan  dengan  melihat
nilai R
2
terbesar.
2. Penentuan Nilai Kritis