31
Testing ASLT adalah kondisi penyimpanan dilakukan dengan cara mempercepat laju reaksi deteriorasi selama penyimpanan. Arpah dan Syarief 2000.
Model yang diterapkan pada penelitian akselerasi ini menggunakan dua cara pendekatan yaitu: 1 pendekatan kadar air kritis dengan bantuan teori difusi, yaitu
suatu cara pendekatan yang diterapkan untuk produk kering dengan menggunakan kadar air kritis atau afinitas air sebagai kriteria kadaluarsa dan 2 pendekatan semi
empiris  dengan  bantuan  persamaan  Arrhenius,  yaitu  suatu  cara  pendekatan  yang menggunakan teori kinetika yang pada umumnya mempunyai ordo reaksi nol atau
satu untuk produk pangan.
1. Reaksi Ordo Nol
Tipe  kerusakan  yang  mengikuti  kinetika  reaksi  orde  nol  mencangkup  reaksi kerusakan  enzimatis,  pencoklatan  enzimatis,  dan  oksidasi  lemak.  Menurut
Labuza  1982,  kerusakan  bahan  pangan  dapat  mengikuti  pola  dimana  n=0 yang  menunjukkan  suatu  penurunan  konstan  ditunjukkan  dengan  persamaan
1.1 berikut :
-dA dt
=
k 1.1
Secara  matematika,  bila  persamaan  tersebut  diintegralkan  dapat  diperoleh persamaan  1.2  untuk  menghitung  umur  simpan  dengan  menggunakan
persamaan orde nol.
dA
At Ao
= - k
A = Ao – kt
t
= 1.2
keterangan : t
= waktu Ao
= konsentrasi awal Ac
= konsentrasi kritis k
= laju reaksi Plot antara perubahan konsentrasi [A] dengan waktu [t] untuk reaksi orde nol
memberikan garis lurus dengan nilai kemiringan slope = k
14
32
2. Reaksi Ordo Satu
Menurut  Labuza  1982,  umur  simpan  pada  beberapa  kasus    tidak  mengikuti degradasi dengan kecepatan konstan. Kerusakan bahan pangan dapat mengikuti
pola  dimana  n=1  yang  menunjukkan  suatu  penurunan  eksponensial  kecepatan kerusakan  sebagai  penurunan  mutu.  Maka  untuk  menghitung  umur  simpan
dengan menggunakan persamaan orde satu dapat dilakukan dengan persamaan 1.3 berikut ini:
dA dt
= k[A]
= - k ln
= - kts
ln A – ln Ao = -kt ln A = -kt + ln Ao
t
ln A - ln A k
1.3 keterangan :
t = waktu
Ao = konsentrasi awal
Ac = konsentrasi kritis
k = laju reaksi
Plot antara perubahan logaritma konsentrasi [A] dengan waktu [t] untuk reaksi orde satu memberikan garis lurus dengan slope = - k
Tipe-tipe kerusakan yang mengikuti orde satu adalah 1.
Ketengikan 2.
Pertumbuhan mikroba dan kematian mikroba 3.
Produksi off-flavor oleh mikroba 4.
Kerusakan vitamin 5.
Kerusakan mutu protein
15
33
3. Model Arrhenius
Suhu  merupakan  faktor  yang  berpengaruh  terhadap  perubahan  mutu  produk pangan.  Apabila  keadaan  suhu  penyimpanan  tetap  atau  dianggap  tetap  maka
perumusan  masalahnya  bisa  sederhana  yaitu  untuk  menduga  laju  penurunan mutu  cukup  dengan  menggunakan  persamaan  Arrhenius  1.4  Syarief  dan
Halid, 1993. k
= ko e
–ERT
ln k = ln ko – ER1T
1.4 Dimana :
k =  konstanta penurunan mutu
ko =  konstanta tidak tergantung pada suhu
E =  Energi aktivasi
R =  Konstanta gas 1.986 kalmol
K T
=  Suhu mutlak C+273
Asumsi-asumsi  untuk  menggunakan  model  Arrhenius  adalahSyarief  dan Halid 1993 : perubahan faktor mutu hanya ditentukan oleh satu macam reaksi
saja,  tidak  terjadi  faktor  lain  yang  mengakibatkan  perubahan  mutu,  proses perubahan  mutu  dianggap  bukan  merupakan  akibat  dari  proses-proses  yang
terjadi sebelumnya, dan suhu selama penyimpanan tetap atau dianggap tetap. Keuntungan  dari  metode  akselerasi  adalah  waktu  pengujian  yang
dibutuhkan relatif singkat, namun memiliki ketepatan dan akurasi yang tinggi. Pendekatan  Arrhenius  dilakukan  dengan  menunjukkan  kertergantungan
konstanta  laju  reaksi  terhadap  suhu.  Ketergantungan  reaksi  terhadap  suhu tersebut dapat dilihat dari nilai Ea energi aktivasi.
Energi  aktivasi  dari  beberapa  reaksi  kimia  digolongkan  menjadi  tiga golongan. Golongan pertama adalah golongan dengan nilai Ea rendah 2 – 15
Kkalmol.  Kedua,  golongan  nilai  Ea  sedang  15  –  30  Kkalmol.  Ketiga, golongan dengan nilai Ea tinggi 50 – 100 Kkalmol. Reaksi pencoklatan baik
Maillard,  perubahan  pigmen,  dan  pembentukan  pigmen  tergolong  dalam golongan reaksi dengan nilai Ea sedang dan dapat berlangsung baik pada suhu
ruang Arpah dan Syarief 2000. 16
34
III. METODELOGI PENELITIAN
A. ALAT DAN BAHAN
Alat  yang  digunakan  untuk  penelitian  ini  adalah  peralatan  proses  seperti alat blansir, slicer, rak-rak pengering, tray dryer, hammer mill, spektrofotometer,
chromameter,  oven,  desikator,  tanur  listrik,  neraca  analitik,  jangka  sorong digital,  ekstraksi  soxhlet,  alat  destilasi,  timbangan,  pembakar  bunsen,  plastik
wadah,  baskom,  labu  Kjeldahl  30  ml,  labu  lemak,  cawan  alumunium,  cawan porselen kertas saring, termometer, dan aneka alat gelas.
Bahan  yang  digunakan  pada  penelitian  ini  terdiri  atas  bahan  baku  berupa umbi  dari  varietas  kentang  Atlantik  yang  diambil  dari  Pengalengan  dan  Garut,
bahan  kimia  untuk  pengolahan  tepung  seperti  larutan  sodium  bisulfit,    bahan kimia  untuk  analisis  mutu  yaitu  K
2
SO
4,
HgO,  H
2
SO
4,
H
3
BO
4,
Larutan  NaOH- Na
2
S
2
O
3,
HCl  0,02  N,  H
2
SO
4,
2,  aseton,  alkohol  80,  buffer  phospat  50mM pH  6,6,  larutan  pirogalol  0,2  M,  NaOH  1N,  pelarut  heksan,  aquades,  indikator
fenol red, indikator phenolftalin.
B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai dari bulan Desember  2009  hingga  bulan  Maret  2010.  Penelitian  akan  dilakukan  di
Laboratorium  Balai  Besar  Penelitian  dan  Pengembangan  Pasca  Panen, Cimanggu, Bogor dan Laboratorium SEAFAST Center, LPPM IPB.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian  ini  dibagi  menjadi  beberapa  tahapan  yaitu  tahap  persiapan sampel,  tahap  simulasi  penyimpanan,  penentuan  nilai  kritis,  dan  tahap
pendugaan  umur  simpan.  Setiap  tahap  dilakukan  dengan  menggunakan  sampel duplo dan dua kali ulangan.