Penentuan Jumlah Koagulan yang Ditambahkan

28 whey semakin meningkat dengan semakin lamanya waktu penyimpanan. Tabel 6 menunjukkan pH whey umur 1, 2, dan 3 hari berturut-turut adalah 3.81, 3.83, dan 3.87. Analisis ragam Lampiran 6 menunjukkan bahwa pH ketiga koagulan whey berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95. Nilai pH yang semakin meningkat dengan lamanya penyimpanan dikarenakan terjadinya pemecahan protein dan asam amino menjadi NH 3 . Adanya NH 3 ini diketahui dari terciumnya amonia pada saat pengamatan bau. Foto whey pabrik ‘Diazara Tresna’ dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12 . Koagulan whey tahu pabrik ‘Diazara Tresna’ berumur 1, 2, dan 3 hari Tabel 6. Profil pH koagulan whey tahu biang tahu ‘Diazara Tresna’ Umur whey hari pH 1 3.81 ± 0.0147 a 2 3.84 ± 0.0256 b 3 3.87 ± 0.0210 c Nilai rataan dengan superskrip yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata p0.05

4.1.4 Penentuan Jumlah Koagulan yang Ditambahkan

Whey atau biang tahu yang digunakan sebagai koagulan merupakan whey hasil samping pembuatan tahu yang disimpan dan mengalami fermentasi selama penyimpanan secara alami. Proses fermentasi pada umumnya akan menghasilkan asam dan menurunkan pH. Jumlah whey yang ditambahkan sebagai koagulan akan berpengaruh terhadap tekstur curd yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu ditentukan jumlah whey yang harus ditambahkan sebagai koagulan agar hanya umur whey yang diharapkan akan berpengaruh terhadap tekstur curd. Penentuan jumlah koagulan whey yang ditambahkan dilakukan dengan mengamati proses koagulasipenggumpalan yang terjadi akibat penambahan whey berumur 3 hari mulai dari 5 sampai 50 vv dari susu kedelai, seperti terlihat pada Tabel 7. Whey berumur 3 hari dipilih karena memiliki tingkat keasaman yang paling rendah dan menghasilkan kondisi pH koagulasi paling jauh dari titik isoelektrik protein kedelai jika dibandingkan dengan whey berumur 1 dan 2 hari. Sedangkan whey yang lebih asam umur 1 dan 2 hari menghasilkan kondisi pH koagulasi yang lebih mendekati titik isoelektrik protein kedelai sehingga diasumsikan lebih mudah mengkoagulasikan protein dibandingkan dengan koagulan whey berumur 3 hari. Berdasarkan trial yang dilakukan selama penelitian, proses koagulasi protein kedelai mulai terjadi dengan penambahan whey berumur 3 hari sebanyak 15 vv dari susu kedelai. Jumlah whey sebanyak 15 vv dari susu kedelai menghasilkan matriks curd yang renggang dan mudah hancur. Menurut Obatulu 2007, jumlah koagulan yang kurang juga akan menghasilkan pembentukan struktur matriks curd yang renggang karena tidak sempurnanya pengendapan, akibatnya curd yang terbentuk terlalu lunak. Dengan mempertimbangkan hasil koagulasi dan untuk mempermudah 29 perhitungan maka dipilih jumlah whey sebanyak 20 vv dari susu kedelai untuk pembuatan curd pada tahap berikutnya. Tabel 7 . Trial jumlah whey tahu yang ditambahkan sebagai koagulan Jumlah whey yang ditambahkan vv susu kedelai Penggumpalan Keterangan 5 - whey keruh 10 - whey keruh 15 + curd tidak sempurnaa 20 + curd halus optimal 30 + curd kasar 40 + curd sangat kasar 50 + curd sangat kasar Ket : - tidak terjadi penggumpalan + terjadi penggumpalan Blazek 2008 juga menyebutkan bahwa kurangnya jumlah koagulan yang digunakan untuk koagulasi akan menyebabkan pengendapan protein menjadi tidak sempurna serta menyulitkan pemisahan whey pres dan curd. Sebaliknya, kelebihan jumlah koagulan akan membuat tekstur curd kedelai menjadi keras dan mengurangi palatabilitas. Oleh karena itu, penentuan banyaknya whey biang tahu yang harus ditambahkan perlu dilakukan untuk menghasilkan tahu dengan mutu yang baik. .

4.1.5 Penentuan Suhu dan Waktu Koagulasi serta Jumlah Pengadukan