Pelarutan Protein Mujoo PROSEDUR ANALISIS

19

3.3 PROSEDUR ANALISIS

3.3.1 Analisis Kadar Air Metode Oven SNI, 1992 yang Dimodifikasi

Sejumlah sampel 1-2 g dimasukkan ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya. Kemudian cawan dimasukkan ke dalam oven bersuhu 105 o C hingga diperoleh berat yang konstan. Perhitungan kadar air dilakukan berdasarkan berat basah menggunakan rumus : Kadar air = a - b c ×100 Dimana : a = berat cawan dan sampel awal g b = berat cawan dan sampel akhir g c = berat sampel awal g

3.3.2 Analisis Kadar Protein Metode Kjeldahl AOAC, 1995 yang Dimodifikasi

Sejumlah sampel 100-250 mg ditimbang ke dalam labu Kjeldahl. Kemudian ditambahkan 1.9 ± 0.1 g K 2 SO 4 , 40 ± 10 mg HgO dan 2 ± 0.1 ml H 2 SO 4 . Sampel dididihkan selama 1-1.5 jam dengan kenaikan suhu secara bertahap sampai cairan menjadi jernih, lalu didinginkan. Sejumlah kecil akuades diteteskan secara perlahan lewat dinding labu, kemudian labu digoyang pelan agar kristal yang terbentuk larut kembali. Isi labu kemudian dipindahkan ke dalam alat destilasi dan labu dibilas 5-6 kali dengan 1-2 ml akuades. Selanjutnya ditambahkan 8-10 ml larutan 60 NaOH-5 Na 2 S 2 O 3 ke dalam alat destilasi. Erlenmeyer yang berisi 5 ml H 3 BO 3 dan 2 tetes indikator metilen red-metilen blue diletakkan di bawah kondensor dengan kondisi ujung kondensor terendam di bawah larutan H 3 BO 3 . Destilasi dilakukan hingga diperoleh destilat sebanyak ± 15 ml. Destilat yang diperoleh selanjutnya diencerkan hingga ± 50 ml dan dititrasi dengan HCl terstandar sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Perhitungan kadar protein dilakukan dengan rumus : N = mL HCl - mL blanko mg sampel × N HCl ×14.007 ×100 Kadar protein g 100 g bahan basah = N × Faktor konversi

3.3.3 Analisis pH dan Transmitan

Whey Pres Moizuddin et al., 1999 Tingkat keasaman whey hasil pengepresan curd diukur menggunakan pH meter pada suhu ruang, sedangkan transmitan T whey diukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang 400 nm.

3.3.4 Pelarutan Protein Mujoo

et al., 2003 yang Dimodifikasi Pelarutan atau ektraksi protein terhadap tepung kedelai dan curd dilakukan setelah penghilangan kandungan lemak yang terdapat dalam sampel. Sebanyak 20 mg sampel tepung kedelai atau curd yang telah dihilangkan lemaknya dilarutkandiekstraksi menggunakan pelarut protein Buffer Tris [Trishydroxymethylaminomethane] pH 8.4 yang mengandung 0.02 M β- mercaptoethanol dalam tiga tahap sehingga diperoleh larutan atau supernatan protein. Sampel diekstrak dengan 500 µL larutan pengekstrak, kemudian divorteks dan diinkubasi dengan water bath Napco ® pada suhu 80 o C selama 1 jam. Selama proses inkubasi, larutan divorteks selama 1 menit tiap 10 menit. Setelah itu larutan disentrifugasi Hettich Zentifugen, mikro 22R dengan kecepatan 15000 rpm selama 20 menit pada suhu 25 o C. Supernatan yang diperoleh kemudian dimasukkan ke 20 dalam tabung mikro sebagai larutan stok protein. Sisa protein yang belum terekstrak endapan diekstraksi kembali pada tahap 2 dan 3. Diagram alir ekstraksi protein dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Diagram alir ekstraksi protein modifikasi Mujoo et al. 2003 0.5 mL pelarut buffer Tris pH 8.4 yang mengandung 0.02 M 2-Merkaptoetanol 0.5 mL pelarut buffer Tris pH 8.4 yang mengandung 0.02 M 2-Merkaptoetanol 0.5 mL pelarut buffer Tris pH 8.4 yang mengandung 0.02 M 2-Merkaptoetanol 20 mg sampel bebas lemak Homogenisasi vorteks, 1 menit Inkubasi pada penangas air suhu 80 o C selama 1 jam vorteks setiap 10 menit selama 1 menit Sentrifugasi 20 menit, 25 o C, 15000 rpm Endapan Homogenisasi vorteks, 1 menit Inkubasi pada penangas air suhu 80 o C selama 1 jam vorteks setiap 20 menit selama 1 menit Sentrifugasi 20 menit, 25 o C, 15000 rpm Endapan Homogenisasi vorteks, 1 menit Inkubasi pada penangas air suhu 80 o C selama 40 menit vorteks setiap 20 menit selama 1 menit Sentrifugasi 20 menit, 25 o C, 15000 rpm Endapan Supernatan Larutan Stok Supernatan Supernatan 21

3.3.5 Analisis Kadar Protein Metode Bradford Bradford, 1976