4.4.3 Hasil Analisis Consumer Decision Model CDM
Informasi yang dilihat oleh konsumen tentang es krim Wall’s Magnum dari status konsumen lain di social media memberikan
pengaruh yang cukup efektif, jika dilihat dari variabel-variabel yang diukur dengan analisis regresi sederhana hingga terjadinya pembelian
nyata dengan metode Consumer Decision Model CDM. Namun, belum cukup efektif jika dilihat dari analisis regresi berganda dan variabel
antara. Hasil analisis regresi yang dilakukan pada konsumen mahasiswi
menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai hubungan yang signifikan dengan keseluruhan nilai korelasi di atas 0,5 tetapi tidak
semua variabel bertindak sebagai variabel antara. Adapun variabel yang menjadi variabel antara pada konsumen mahasiswi adalah variabel
kepercayaan konsumen C, sikap konsumen A dan pengenalan merek B, sedangkan yang bukan merupakan variabel antara adalah niat beli
I. Niat beli I tidak bertindak sebagai variabel antara bagi kepercayaan konsumen C dengan pembelian nyata P maupun bagi
sikap konsumen A dengan pembelian nyata P. Sehingga dapat diketahui bahwa Informasi yang dilihat di social media F berpengaruh
secara langsung terhadap variabel pengenalan merek B, kepercayaan konsumen C, dan sikap konsumen A. Variabel pengenalan merek B
berpengaruh langsung terhadap kepercayaan konsumen C dan sikap konsumen A. Variabel informasi yang dilihat di social media F
memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap pembelian nyata melalui variabel antara, yaitu pengenalan merek B, kepercayaan
konsumen C dan sikap konsumen A. Oleh karena itu, Informasi yang dilihat di social media F tidak dapat meningkatakan pembelian es
krim Wall’s Magnum jika menonjolkan niat beli konsumen I karena informasi di social media yang banyak memperlihatkan niat beli
konsumen I ternyata kurang berhasil menaikkan penjualan produk karena kepercayaan konsumen C dan sikap konsumen A mampu
membangun niat beli konsumen I tetapi variabel niat beli I tidak
mampu membangun terjadinya pembelian nyata P es krim Wall’s Magnum. Hal ini berarti bahwa model CDM pada konsumen mahasiwi
cukup efektif sampai terjadi niat beli. Namun, tidak mendorong terjadi pembelian nyata P es krim Wall’s Magnum. Hasil gambaran analisis
CDM selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 19.
C
Gambar 19. Hasil Consumer Decision Model CDM Es Krim Wall’s Magnum Konsumen Mahasiswi
Pada konsumen mahasiswa, variabel kepercayaan konsumen C menjadi variabel antara informasi yang dilihat di social media F dan
niat beli I. Variabel pengenalan merek B merupakan variabel antara informasi yang dilihat di social media F dan sikap konsumen A
tetapi bukan variabel antara Informasi yang dilihat di social media F dan kepercayaan konsumen C. Variabel sikap konsumen A bukan
merupakan variabel antara informasi yang dilihat di social media F dengan niat beli I. Niat beli I bukan merupakan variabel antara sikap
konsumen A dengan pembelian nyata P dan kepercayaan konsumen C dengan pembelian nyata P. Informasi yang dilihat di social media
F menjadi lebih efektif mempengaruhi pembelian konsumen melalui satu variabel perantara saja, yaitu kepercayaan konsumen C. Dengan
demikian, informasi yang dilihat di social media tidak meningkatkan pembelian es krim Wall’s Magnum jika menonjolkan sikap konsumen
A dan niat beli konsumen I karena informasi yang dilihat di social media
F yang banyak menonjolkan sikap konsumen dan niat beli konsumen kurang berhasil meningkatkan pangsa pasarnya es krim
F B
I
Berpengaruh Tidak Berpengaruh
A P
Wall’s Magnum. Hal ini menunjukkan bahwa model CDM cukup efektif sampai pada variabel sikap konsumen A dan tidak mendorong
terjadi niat beli pada konsumen. Namun, jika informasi yang dilihat di social media
melewati kepercayaan konsumen C dapat mendorong niat beli I dan mendorong terjadi pembelian nyata es krim Wall’s
Magnum. Hasil analisis consumer decision model CDM es krim Wall’s Magnum pada konsumen mahasiswa selengkapnya dapat dilihat
pada Gambar 20.
Gambar 20. Hasil Consumer Decision Model CDM Es Krim Wall’s Magnum Konsumen Mahasiswa
4.5. Analisis Korelasi Kanonik