Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penelitian Terdahulu

8 aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan. Sedangkan dalam menganalisis aspek finansial dilakukan dua skenario. Pemilihan skenario ditentukan berdasarkan kapsitas produksi kapasitas mesin. Skenario pertama merupakan usaha yang dijalankan perusahaan saat ini, dimana kapasitas mesin yang digunakan adalah 30 kg. Sedangkan skenario kedua merupakan rencana perusahaan ke depan, dimana perusahaan ingin meningkatkan kapasitas produksi melalui penambahan jumlah ketel suling 100 kg untuk memaksimalkan kapasitas mesin dan penggunaan nilam kering bahan baku yang dihasilkan dari budidaya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1 Bagaimana kelayakan usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan? 2 Bagaimana kelayakan finansial usaha penyulingan nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri, apabila usaha ini dilakukan dalam dua skenario yaitu skenario pertama penyulingan dengan kapasitas mesin 30 kg tanpa penambahan ketel suling dan skenario kedua penyulingan dengan kapasitas mesin 130 kg adanya penambahan ketel suling 100 kg? 3 Bagaimana sensitivitas usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usaha dengan menggunakan metode switching value?

1.3. Tujuan Penelitian

Bedasarkan rumusan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1 Menganalisis kelayakan usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek social ekonomi lingkungan. 2 Menganalisis kelayakan finansial usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri, apabila usaha ini dilakukan dalam dua skenario. 9 3 Menganalisis sensitivitas usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usaha dengan menggunakan metode switching value.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu: 1 Bagi perusahaan, penelitian ini diharapakan dapat memberikan tambahan informasi dalam menentukan langkah-langkah yang tepat dalam keputusan investasi pada usaha penyulingan minyak nilam. 2 Bagi kalangan akademis lainnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya. 3 Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan daya analisis kelayakan usaha berdasarkan konsep studi kelayakan usaha. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Deskripsi dan Pemanfaatan Minyak Nilam Minyak atsiri merupakan minyak yang diperoleh dari daun, batang dan cabang nilam dengan cara penyulingan. Minyak yang dihasilkan terdiri dari komponen bertitik didih tinggi seperti patchouli alcohol, patchoulen, kariofilen dan non patchoulenol yang berfungsi sebagai zat pengikat. 12 Menurut Romansyah 2002, minyak nilam yang terdapat pada daun adalah yang terbaik, oleh karena itu daun nilam merupakan bagian terpenting dan berharga dari tanaman nilam. Bila daunnya diremasdihaluskan, maka akan keluar bau harum dan khas. Ini yang menyebabkan banyak masyarakat desa secara tradisonal memanfaatkannya sebagai bahan pewangi ketika mandi atau mencuci pakaian sebagai pengganti sabun. Minyak nilam dapat digunakan secara langsung sebagai parfum, pada selendang, tenunan, pakaian, karpet, industri sabun, kosmetik, dupa, dan lainnya sebagai pewangi. Selain itu, fraksi minyak nilam nilam juga banyak digunakan sebagai zat pengikat fiksatif zat pewangi lainnya karena minyak nilam memiliki titik didih yang tinggi sehingga tidak mudah menguap. Industri yang menggunakan fraksi minyak nilam diantaranya industri parfum pewangi ruangan, rosephix, cologne, spray fixative , dan lain-lain; industri kosmetik kosmetik untuk mandi, kosmetik wangi-wangian, kosmetik tradisional, dan lain-lain; industri obat-obatan obat kulit, obat anti bau badan, dan lainnya; industri makanan dan minuman permen, minuman, dan lainnya; serta industri sabun sabun cuci, sabun mandi, sabun cuci piring, dan lainnya. 13 Minyak nilam yang baik umumnya memiliki kadar PA di atas 30 persen, berwarna kuning jernih, dan memiliki wangi yang khas dan sulit dihilangkan. Minyak nilam jenis ini diperoleh dengan menggunakan teknik penyulingan uap 12 Manoi F. Perkembangan Teknologi Pengolahan dan penggunaan Minyak Nilam serta Pemanfaatan Limbahnya. http:balittro.litbang.deptan.go.id index.php ?option=com_ contenttask=viewid=94Itemid=44. [18 Januari 2009] 13 Loc.cit 11 kering yang dihasilkan mesin penghasil uap boiler yang diteruskan ke dalam tangki reaksi autoklaf selanjutnya uap akan menembus bahan baku nilam kering dan uap yang ditimbulkan diteruskan ke bagian pemisahan untuk dilakukan pemisahan uap air dengan uap minyak nilam dengan sistem penyulingan. Minyak nilam yang baik dihasilkan dari tabung reaksi dan peralatan penyulingan yang terbuat dari baja tahan karat stainless steel dan peralatan tersebut hanya digunakan untuk menyuling nilam. 14 Produksi minyak nilam banyak terdapat di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Daerah lain yang sedang mengembangkan komoditi ini di antaranya adalah Bengkulu, Lampung dan beberapa daerah di Jawa seperti Purwokerto, Madiun, Malang, Garut, Ciamis, Tasikmalaya. Lebih dari 80 persen minyak nilam Indonesia dihasilkan dari Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat, yang sebagian besar produksinya di ekspor ke negara-negara industri. 15 2.1.2. Kriteria Kandungan Minyak Nilam Pada prinsipnya, kualitas minyak nilam produksi Indonesia secara umum sudah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh Essential Oils Association of USA EOA. Essential Oils Association of USA EOA menetapkan standar kualitas internasional untuk menggolongkan minyak nilam berdasarkan kategori wujud, warna, dan aroma. Berdasarkan bentuk, minyak nilam berwujud cairan kental, sedangkan warnanya kuning muda dan bernuansa hijau hingga merah yang menjurus ke coklat tua. Aroma spesifik nilam mirip jeruk nipis atau kamfer. Minyak ini mengandung coerulein, persenyawaan biru terang yang terdapat dalam matricaria , worm wood, dan minyak lainnya. Minyak nilam mengandung beberapa senyawa antara lain benzaldehid 2,34 persen, kariofilen 17,29 persen, patchoulien 28,28 persen, buenesen 11,76 persen, dan PA content 40,04 persen Mangun, 2005. 14 Wikipedia. Nilam dan Minyak Nilam. http:id.wikipedia.orgwikiNilam. [11 Januari 2009] 15 Petani Indonesia. 2009. Minyak Nilam. http:www.petaniindonesia.com20090106minyak- nilam. [18 Januari 2009] 12 Sementara kriteria kandungan minyak nilam menurut ISO 3757 2002, dan yang selama ini dapat diterima oleh eksportir dan pihak pabrikan di luar negeri pihak importir dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kriteria Kandungan Minyak Nilam Menurut ISO 3757 2002 Parameter Mutu Persyaratan Warna Kuning – coklat kemerahan Bobot Jenis 25 o C25 o C 0,9485 – 0,9715 Indeks Bias 25 o C 1,5030 – 1,5130 Putaran Optik -40 o – -60 o Kelarutan dalam etanol 90persen Larutan jernih perbandingan 1:10 Bilangan Asam Maksimum 5,0 Bilangan Ester Maksimum 10,0 Analisis kromatografi gas 27 persen – 35 persen Sumber: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, 2007

2.1.3. Proses Penyulingan Minyak Nilam

Menurut Manoi 2007, dalam www.balittro.litbang.deptan.go.id pengolahan minyak nilam dilakukan dengan proses penyulingan. Proses penyulingan adalah suatu proses perubahan minyak yang terikat di dalam perenchym cortex daun, batang dan cabang tanaman nilam menjadi uap kemudian didinginkan sehingga berubah kembali menjadi zat cair yaitu minyak nilam. Daun + batang + cabang nilam Tanpa dijemur Dengan dijemur 4 jam Pengeringan di dalam ruangan 6 hari Penyulingan 8 jam Pemisahan minyak Pengemasan Minyak nilam siap dipasarkan Gambar 1. Diagram Alir Proses Penyulingan Minyak Nilam Sumber : www.balittro.litbang.deptan.go.id, 2007 13 Menurut Mangun 2005, mutu minyak nilam serta rendemen yang sesuai kriteria sangat dipengaruhi oleh jenis mesin dan sistem penyulingan yang digunakan. Selain itu, sanitasi lingkungan tempat penyulingan, gudang tempat penyimpanan daun, dan kedekatan lokasi penyulingan dengan lahan perkebunan juga berpengaruh. Oleh sebab itu, peralatan mesin yang digunakan harus memiliki kelebihan secara teknis agar diperoleh rendemen minyak yang tinggi. Adapun tata cara penyulingan berdasarkan jenis mesin penyuling yang sering digunakan adalah sebagai berikut. 1 Penyulingan Dengan air Penyulingan dengan air termasuk cara yang paling sederhana dibandingkan dengan cara penyulingan lain. Bahkan, bahan ketel yang digunakan oleh penyuling berasal dari bekas drum aspal atau oli. Pengolahan dilakukan dengan memasak daun kering dalam air hingga menidih dalam satu tangki atau ketel penyuling. Komposisi air dan daun nilam dibuat hampir berimbang, tergantung kapasitas muat ketel tersebut. Uap perebusan mengalami proses kondensasi hingga menjadi air dan minyak. Air dan minyak kemudian ditampung pada bak pemisah melalui sebuah pipa yang berhubungan dengan tabung pendingin untuk memilah antara minyak dan air. Proses penyulingan dengan cara ini sangat membutuhkan waktu lama karena bahan yang disuling tercampur menjadi satu dengan air sehingga proses pergerakan bahan menjadi uap air juga bergerak lambat. Cara ini kurang disukai karena minyak yang dihasilkan kurang banyak dan mutunya kurang baik. 2 Penyulingan Dengan Uap Langsung Uap dan Air Penyulingan dengan uap langsung banyak digunakan oleh para petani penyuling dan tersebar hampir di seluruh wilayah yang memiliki lahan nilam, baik Sumatera, Jawa, maupun Kalimantan. Proses pengolahan dengan cara ini mudah dan sangat sederhana. Prinsip dasar dari cara penyulingan sistem ini yaitu menggunakan tekanan uap rendah. Adapun mekanisme pengolahannya yaitu bahan yang akan disuling dikukusdi-steam dengan tekanan rendah dalam satu ketel atau tabung. Namun penempatan air dan daun yang disuling dilakukan secara terpisah atau tidak berhubungan langsung dengan air. Selanjutnya, 14 kandungan minyak dalam daun akan terbawa bersama uap air melalui pipa dan selanjutnya masuk ke ketel pendingin. Penggunaan cara penyulingan dengan sistem ini mempunyai kelebihan tersendiri yaitu uap air yang dihasilkan selalu dalam kondisi jernih. Selain itu, suhu yang dihasilkan tidak terlalu panas sehingga tingkat kegosongan minyak lebih terkendali. Namun, dibalik kelebihannya terdapat suatu kelemahan, yaitu tekanan uap yang dihasilkan relatif rendah sehingga belum bisa menghasilkan minyak dengan waktu yang cepat. Untuk menghasilkan rendemen minyak yang banyak serta tingkat persentase patchouli alkohol tinggi diperlukan waktu cukup panjang, yaitu lebih dari 8 jam dalam setiap sekali suling. 3 Penyulingan Dengan Uap Tidak Langsung Prinsip dasar sistem penyulingan dengan uap tidak langsung adalah penggunaan uap bertekanan tinggi. Tabung pendidih dipisahkan dari tabung penyulingan. Artinya, tabung air tersendiri dan tabung tempat bahan yang disuling juga tersendiri. Jumlah tabung bahan dapat ditempatkan beberapa buah secara terpisah, sesuai kapasitas dari keteltabung air dengan kapasitas ketel tempat bahan atau daun kering. Metode ini menghasilkan minyak berkualitas dengan rendemen tinggi. Selain itu, proses penyulingan berjalan relatif lebih cepat. Untuk menghasilkan jumlah minyak lebih banyak, pembuatan mesin suling dapat dilakukan dengan melakukan pemisahan beberapa tabung bahan dua atau tiga buah dengan kapasitas yang sesuai dengan kemampuan tabung atau ketel uap.

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha nilam. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Romansyah 2002, tentang Studi Pengembangan Agroindustri Minyak Nilam Skala Kecil di Kabupaten Asahan Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian yaitu identifikasi profil agroindustri minyak nilam pada tingkat pedesaan di Kabupaten Asahan; menentukan tipe dan operasionalisasi pengembangan agroindustri minyak nilam tingkat pedesaan Kabupaten Asahan; dan menganalisis kelayakan finansial pengembangan agroindustri minyak nilam tingkat pedesaan di Kabupaten Asahan. Metode yang digunakan adalah metode AHP Analisis Hierarki Proses, metode komparasi, dan analisis finansial. 15 Proses pengembangan agroindustri skala kecil di Kabupaten Asahan harus diikuti dengan perubahan teknik dari teknologi suling uap langsung uap dan air menjadi teknologi suling uap tidak langsung . Pengembangan agroindustri skala kecil tersebut layak untuk dilakukan. Sedangkan dari analisis finansialnya diperoleh besaran-besaran yang sesuai untuk kriteria usaha yang layak antara lain: IRR sebesar 64,97 persen, NPV sebesar Rp 189.146.239,39, PBP selama 2,91 tahun, dan Net BC sebesar 1,342. Modal keseluruhan yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha tersebut sebesar Rp 21.154.520 dan biaya variabel sebesar Rp 147.360.000. Peningkatan biaya sampai 50 persen secara agregat masih memberikan hasil yang layak bagi pengembangan usaha kecil ini. Hasil perhitungan marjin keuntungan petani menunjukkan usaha pengembangan agroindustri minyak nilam skala kecil di Kabupaten Asahan lebih menjanjikan dibandingkan kondisi sekarang. Hal ini dapat dilihat dari perolehan yang didapat petani dari kegiatan usaha sebesar Rp 735.861,67 per bulan, disamping komponen biayan tenaga kerja sebesar Rp 250.000 sehingga total yang diterima petani per bulannya sebesar 985.861 atau jika dilihat dari hasil kumulatif tahun ke-6 masing- masing akan memperoleh dana sebesar Rp 63.554.652,44 atau rata-rata Rp 10.592.442,02 per tahunnya. Wijaya 2002, melakukan penelitian tentang rekayasa model sistem penunjang keputusan investasi perkebunan inti rakyat komoditi minyak atsiri. Hasil penelitian memberikan keputusan bahwa komoditi yang diunggulkan adalah minyak nilam. Hasil estimasi menunjukkan bahwa rata-rata permintaan ekspor 1.237.036 kg setiap tahun dengan persentase target produksi 0,6 persen dan diperoleh produksi minyak nilam adalah 453 kgtahun. Usaha kebun tanaman nilam menggunakan SKIM KKPA dengan investasi Rp 12.453.248, IDC 16 persen selama satu tahun masa tenggang, bunga 18 persen selama lima tahun masa perlunasan, dan harga jual produk Rp 5.000kg menghasilkan NPV Rp 5.229,199, IRR 27,88 persen, PBP 7,15 tahun dan Net BC Ratio 1,38. Kelayakan minimum biaya panen Rp 93,78kg, biaya angkut Rp 108,30kg, harga jual daun kering Rp 5.000kg dan biaya pengeringan daun Rp 83,3kg. Usaha penyulingan nilam menggunakan SKIM kredit umum dengan tingkat suku bunga 24 persen per tahun selama satu tahun masa tenggang dan 16 empat tahu masa pelunasan, harga bahan baku Rp 5.000kg , harga jual minyak nilam rata-rata Rp 190.000kg dan 25 persen modal sendiri investasi Rp 461.424.409 diperoleh NPV Rp 924.828.165, IRR 65,97 persen, Net BC 1,42 dan PBP 2,42 tahun. Kelayakan minimum berada pada posisi bahan baku Rp 8.660kg dan harga jual Rp 189.865kg. Atas dasar nilai BC ratio harga daun kering tanaman nilam masih dapat ditingkatkan hingga Rp 5.000kg dan pada kondisi ini nilai BC rasio kedua pola usaha sebesar 1,40. Encep 2002, penelitian mengenai sistem agribisnis nilam di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Tujuan penelitian yaitu mengkaji sistem agribisnis nilam dan prospeknya mencakup subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem usahatani, dan subsistem pemasaran nilam; menganalisis tingkat pendapatan dan tingkat efisiensi usahatani nilam; menganalisis marjin pemasaran dan share harga yang diterima petani pada tiap pola pemasaran terna nilam; dan mengetahui struktur pasar terna nilam yang terbentuk. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis pendapatan keuntungan usahatani; analisis marjin pemasaran dan share harga petani; dan analisis struktur dan perilaku pasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem agribisnis nilam di Kabupaten Sukabumi tatanannya masih baru dan pemasarannya pun masih dilakukan secara sederhana. Dalam hal pengadaan sarana produksi, petani nilam di Kabupaten Sukabumi terbagi menjadi dua kelompok yaitu petani nilam yang memperoleh sarana produksi dengan melakukan kemitraan dengan eksportir. Dalam upaya pengembangan nilam sebaiknya disertai dengan upaya pemasyarakatan tanaman nilam melalui bantuan penyediaan sarana produksi maupun permodalan dan faktor lainnya kepada petani sehingga upaya peningkatan produksi nilam untuk peningkatan pendapatan daerah disertai peningkatan pendapatan dan kesjahteraan petani dapat dicapai. Triwagia 2003, melakukan penelitian mengenai Analisis Kelayakan dan Peranan pemerintah dalam usaha agroindustri penyulingan nilam di Pabrik Mitra Usaha Jaya, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya-Jawa Barat. Tujuan penelitian yaitu: menganalisis kelayakan pabrik nilam Mitra Usaha Jaya berdasarkan aspek-aspek kelayakan usaha mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek keuangan finansial; mengukur kepekaan atau 17 sensitivitas usaha terhadap perubahan tingkat harga hasil produksi, biaya produksi, dan produktivitas nilam; dan mengetahui peranan pemerintah Kabupaten Tasik terhadap pengembangan agroindustri penyulingan nilam. Metode dan analisis data yang digunakan adalah analisis pasar, teknis, manajemen dan keuangan; harga pokok produk HPP; ROI; NPV, IRR, Net BC, Payback Period , analisis sensitivitas dan switching value. Return on investment yang dihasilkan perusahaan terus meningkat yang berarti investasi yang ditanamkan pada usaha ini dapat memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan. ROI rata-rata yang dihasilkan adalah 0,4701 yang berarti setiap Rp 100 dari total aktiva yang diinvestasikan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 47,01. Adanya peningkatan ROI disebabkan oleh peningkatan laba bersih berkaitan dengan nilai penjualan pabrik. Berdasarkan perhitungan NPV bahwa selama 10 tahun berturut-turut usaha penyulingan minyak nilam memberikan keuntungan sebesar Rp 763.880.851 menurut nilai waktu sekarang. Sedangkan hasil NBCR menunjukkan bahwa setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan penerimaan bersih sebesar Rp 1,7086. Kemudian nilai IRR 28 persen sehingga proyek usaha penyulingan nilam dinyatakan layak dilaksanakan. Maka lebih menguntungkan bagi perusahaan untuk melaksanakan usaha penyulingan nilam tersebut dibandingkan bila modal yang diinvestasikan tersebut di depositokan di bank. Periode pengembalian investasi akan diperoleh setelah 3 tahun 11 bulan, kurang dari umur proyek yang ditentukan yaitu 10 tahun, maka investasi pada penyulingan minyak nilam ini layak untuk dilaksanakan. Penelitian yang dilakukan oleh Wulansari 2005 dengan judul Analisis Kelayakan Ekonomi Usahatani Nilam Kasus Desa Jatiwangi, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut. Penelitian ini betujuan untuk mempelajari kergaan usahatani nilam di Desa Jatiwangi; menganalisa tingkat kelayakan ekonomi usahatani nilam; dan menganalisa tingkat kepekaan sensitivitas dalam kelayakan ekonomi usahatani nilam terhadap perubahan tingkat harga output dan perubahan biaya produksi secara bersamaan serta perubahan tingkat suku bunga. Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif untuk menggambarkan secara deskriptif mengenai teknik budidaya usahatani nilam. Kriteria yang 18 digunakan dalam penelitian ini adalah NPV, IRR, dan Net BC. Dilakukan analisis sensitivitas terhadap penuruan harga output sebesar 10-20 persen, peningkatan harga input pupuk dan tenaga kerja sebesar 10-40 persen akibat dinaikkannya harga pupuk dan BBM oleh pemerintah dan kombinasi kedua perubahan tersebut. Berdasarkan karakteristik wilayah, maka nilam relevan untuk tumbuh dan berkembang di Desa Jatiwangi karena ketinggian tempat berada pada ketinggian ideal yaitu 600 m dpl. Hal ini didukung oleh jumlah bulan hujan 6-7 bulan dan suhu rata-rata 35 C yang baik untuk menghasilkan pH minyak menurut standar perdagangan yaitu 2,5-4 persen. Akan tetapi ditinjau dari penerapan teknik budidayanya maka petani nilam di Desa Jatiwangi belum mampu menerapkan teknik budidaya yang baik dan benar. Jarang dilakukan penyulaman karena petani tidak mau mengeluarkan biaya dua kali, penyiangan yang dilakukan tidak bersih, pemupukan yang dilakukan tidak pada saat yang tepat, kadang-kadang pupuk hanya disebar tidak sistematik, waktu panen yang dilakukan belum teratur dan tidak pada umur tanaman yang layak, petani kurang melakukan pemeliharaan pada kegiatan pemangkasan karena akan mempengaruhi produksi minyak, jarang dilakukan pembasmian hama dan penyakit tanaman karena dianggap petani tidak perlu. Bagi petani yang menjual nilam kering, jarang melakukan pengeringan yang sempurna sehingga daunranting nilam akan mengurangi produksi minyak nilam. Hasil analisis kelayakan menunjukkan bahwa usahatani nilam di Desa Jatiwangi layak untuk dijalankan pada tingkat diskonto 12,51 persen, yang diambil berdasarkan tingkat suku bunga deposito karena petani nilam Desa Jatiwangi tidak menggunakan modal pinjaman. Hasil NPV sebesar Rp 4.180.266,575 menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh petani selam umur proyek adalah sebesar Rp 4.180.266,575. IRR sebesar 229,04 persen artinya bahwa keuntungan bersih yang diperoleh akan bernilai nol pada tingkat suku bunga atau diskonto 229,04 persen dan Net BC sebesar 4,137 bahwa setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan penerimaan bersih sebesar Rp 4,137. Namun secara riil bahwa dengan keuntungan tersebut belum mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup petani sehari-hari dengan tanggungan keluarga umumnya sebanyak 3-5 orang. 19 Hasil sensitivitas menunjukkan bahwa usahatani nilam lebih sensitif terhadap penurunan harga jual output disertai peningkatan harga pupuk dan upah tenaga kerja secara bersamaan, dibandingkan hanya dengan peningkatan harga pupuk dan upah tenaga kerja. Berdasarkan hasil wawancara bahwa perubahan pada kedua variabel yaitu pupuk dan tenaga kerja merupakan hal yang paling penting dalam usahatani nilam, karena diperlukan penambahan hara pada tanah mengingat nilam merupakan tanaman yang banyak menghabiskan unsur hara tanah, sedangkan tenaga kerja dibutuhkan untuk pemeliharaan yang intensif dalam penerapan teknik budidaya yang baik dan benar. Walaupun komoditi yang diteliti penulis sama dengan kelima peneliti terdahulu di atas yaitu nilam, tetapi terdapat perbedaan perusahaan tempat penelitian ini dilakukan. Selain itu, peneliti hanya melakukan penelitian yang fokus untuk menganalisis kelayakan satu perusahaan baru yang bergerak pada penyulingan minyak nilam dengan menggunakan dua skenario yaitu skenario pertama penyulingan dengan kapasitas mesin 30 kg tanpa penambahan ketel suling dan skenario kedua penyulingan dengan kapasitas mesin 130 kg adanya penambahan ketel suling 100 kg. III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek