IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkasa Primatama Mandiri yang berlokasi di Desa Hutarimbaru, Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing
Natal, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja purposive dengan pertimbangan Sumatera Utara sebagai sentra produksi nilam
kelima terbesar dan PT. Perkasa Primatama Mandiri merupakan perusahaan baru dan satu-satunya yang melakukan penyulingan minyak nilam dengan
menggunakan teknologi modern heater di Sumatera Utara. Penelitian di lapangan dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2009.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, pemberian
kuisioner, dan wawancara dengan manajer perusahaan dan pengumpul minyak nilam yang ada di daerah tersebut. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
beberapa instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten Mandailing Natal, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Mandailing Natal, Departemen
Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Badan Pusat Statistik, Perpustakaan IPB, serta studi literatur dari buku, bahan bacaan dari internet, dan
penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian ini.
4.3. Metode Pengolahan Data
Analisis data secara kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha penyulingan minyak nilam berdasarkan kriteria kelayakan
investasi, yaitu NPV, IRR, Net BC, dan PP. Data kuantiatif ini diolah dengan menggunakan komputer program Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk
tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi data yang ada serta mempermudah dalam melakukan analisis data. Selain itu pengolahan data juga menggunakan
minitab14 untuk memperoleh trend pertumbuhan produksi dan ekpor nilam.
Sedangkan analisis kualitatif yang digunakan untuk menilai kelayakan aspek non finansial disajikan dalam bentuk uraian secara deskriptif. Untuk menghitung pajak
31
yang akan dibayarkan oleh unit penyulingan diperlukan perhitungan mengenai penyusutan dari mesin yang digunakan. Metode penyusutan yang digunakan
adalah metode penyusutan garis lurus.
4.3.1. Analisis Kelayakan Finansial
Untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha penyulingan nilam digunakan alat ukur kelayakan finansial melalui pendekatan Net Present Value NPV,
Internal Rate of Return IRR, Net Benefit-Cost Ratio Net BC, dan Payback
Period PP.
4.3.1.1. Net Present Value NPV
Net Present Value NPV adalah manfaat bersih sekarang yang diperoleh
selama umur proyek. Dengan demikian, NPV merupakan selisih antara nilai sekarang present value dari manfaat benefit dari biaya cost pada tingkat suku
bunga tertentu. Secara sistematis, NPV dirumuskan sebagai berikut Kadariah,1999:
Keterangan : Bt = penerimaan usaha penyulingan nilam yang merupakan perkalian antara
harga minyak nilam dengan jumlah minyak nilam yang dihasilkan pada tahun ke-t
Ct = biaya usaha penyulingan nilam pada tahun ke-t. Biaya ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional.
i = tingkat suku bunga yang ditetapkan. n = umur ekonomis usaha penyulingan nilam.
Kriteria kelayakan finansial berdasarkan NPV, yaitu: 1
NPV nol, berarti usaha penyulingan nilam layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya.
32
2 NPV = nol, berarti secara finansial usaha penyulingan nilam mengembalikan
nilai yang sama sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal.
3 NPV nol, berarti usaha penyulingan nilam tidak layak untuk dilaksanakan
karena hanya akan mendatangkan kerugian.
4.3.1.2. Internal Rate of Return IRR
IRR merupakan presentase tingkat pengembalian investasi yang diperoleh selama umur proyek. IRR berupa tingkat suku bunga yang menjadikan nilai NPV
suatu investasi sama dengan nol. IRR juga merupakan tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan dan biasanya dinyatakan dalam satuan
persen. Biasanya dalam menentukan nilai IRR dicari nilai i-nya tidak dapat
dipecahkan secara langsung, namun dilakukan dengan cara interpolasi mencoba- coba. Prosedurnya adalah sebagai berikut Kadariah,1999:
1 Dipilih nilai discount rate i yang dianggap dekat dengan nilai IRR yang
benar, lalu hitung NPV dari arus benefit dan biaya. 2
Jika hasil NPV tersebut negatif, hal ini berarti nilai percobaan i terlalu tinggi benefit di waktu yang akan dating di-discount rate dengan terlalu berat yang
membuat present value biaya melebihi present value benefit. Jadi dipilih nilai percobaan i baru yang lebih rendah.
3 Jika yang terjadi adalah sebaliknya, hasil present value tersebut positif, hal
ini berarti percobaan i terlalu rendah benefit di waktu yang akan dating belum di-discount dengan berat untuk disamakan dengan present value
biaya. Jadi dipilih nilai percobaan i baru yang lebih tinggi. 4
Nilai discount rate pada percobaan pertama dilambangkan dengan i
1
dan i
2
untuk percobaan kedua. Nilai percobaan pertama untuk NPV dilambangkan dengan NPV
1
dan NPV
2
untuk percobaan kedua., asalkan salah satu dari kedua perkiraan NPV tidak terlalu jauh dari nol yang merupakan nilai NPV
yang benar apabila i=IRR, maka perkiraan IRR yang dekat akan diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut ini:
33
Keterangan: i
’
= discount rate
yang menghasilkan NPV positif i
“
= discount rate
yang menghasilkan NPV negatif NPV
’
= nilai bersih sekarang yang bernilai positif
NPV
”
= nilai bersih sekarang yang bernilai negatif
Kriteria kelayakan berdasarkan IRR, yaitu: a
IRR tingkat suku bunga yang ditetapkan, berarti investasi penyulingan nilam layak untuk dilaksanakan.
b IRR = tingkat suku bunga yang ditetapkan, berarti investasi penyulingan
nilam tidak menguntungkan dan tidak merugikan juga. c
RR tingkat suku bunga yang ditetapkan, berarti investasi penyulingan nilam tidak layak untuk dilaksanakan.
4.3.1.3. Net Benefit-Cost Ratio Net BC
Net BC merupakan besarnya tingkat tambahan manfaat dari setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Net BC dapat dirumuskan sebagai
perbandingan antara nilai NPV yang bernilai positif sebagai pembilang, dengan NPV yang bernilai negatif sebagai penyebut. Untuk menghitung nilai Net BC
terlebih dahulu dihitung benefit bersih yang telah di-discount factor untuk setiap tahun t.
Secara umum rumus yang digunakan adalah sebagai berikut Kadariah, 1999:
34
Keterangan: B
t
= penerimaan usaha penyulingan nilam yang diterima pada tahun ke-
t. C
t
= biaya usaha penyulingan nilam yang dikeluarkan pada tahun ke-t.
i = tingkat suku bunga yang ditetapkan.
n = umur ekonomis usaha penyulingan nilam.
Kriteria kelayakan berdasarkan Net BC, yaitu: 1
Net BC 1, maka investasi penyulingan nilam menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan.
2 Net BC = 1, maka investasi penyulingan tidak menguntungkan dan
tidak merugikan. 3
Net BC 1, maka investasi penyulingan nilam tidak layak untuk dilaksanakan karena hanya mendatangkan kerugian.
4.3.1.4. Payback Period PP
Payback Period PP adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Metode Payback Period
ini merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu periode pengembalian investasi suatu usaha. Secara sistematis adalah sebagai berikut:
Kriteria penilaiannya, yaitu jika payback period lebih pendek dari maksimum payback period-nya, maka usaha penyulingan nilam dapat diterima.
Namun jika payback period lebih lama dari maksimum payback period-nya, maka usaha penyulingan nilam ditolak.
4.3.2. Metode Penyusutan Garis Lurus
Untuk menjaga kontinuitas usaha dari proyek yang direncanakan perlu dihitung besarnya biaya penyusutan pada setiap tahun. Sebuah perusahaan yang
sehat pada umumnya mempunyai cadangan penyusutandepresiasi untuk menjaga
35
kontinuitas dari kegiatan usaha, disamping menjaga kualitas produk dan memudahkan dalam mengikuti perubahan aset dengan adanya perubahan
teknologi. Besar kecilnya biaya penyusutan tergantung pada harga aset, umur ekonomis, serta metode yang digunakan dalam penyusustan. Metode penyusutan
yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penyusutan garis lurus. Secara matematis, rumus penyusutan garis lurus dirumuskan sebagai berikut Ibrahim,
2003:
Keterangan: P
= jumlah penyusutan per tahun
B =
harga beli aset S
= nilai sisa
N =
umur Ekonomis
4.3.3. Analisis Nilai Pengganti Switching Value
Analisis nilai pengganti switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan pada nilai penjualan dan nilai variabel yang akan
menghasilkan keuntungan normal, yaitu NPV sama dengan nol atau mendekati, IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku , dan Net BC sama dengan 1.
Variabel yang akan dianalisis merupakan variabel yang dianggap signifikan dalam usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan oleh
perusahaan, yaitu 1 jumlah minyak nilam yang dihasilkan, 2 tingkat harga minyak nilam, 3 tingkat harga nilam. Dengan analisis ini akan dicari jumlah
minimum minyak nilam yang dihasilkan, tingkat harga penjualan minimum, dan biaya bahan baku nilam maksimum yang masih membuat usaha pengolahan ini
layak untuk dijalankan. Faktor yang dapat mempengaruhi penurunan jumlah minyak nilam yang
diproduksi adalah penurunan pasokan bahan baku nilam akibat penurunan hasil panen. Hasil panen ini akan menurun jika terjadi perubahan pada kondisi
agroklimat. Sedangkan faktor yang dapat menyebabkan harga nilam meningkat
36
yaitu adanya penurunan tingkat produksi hasil panen akibat adanya perubahan
kondisi agroklimat. 4.4. Asumsi Dasar
Analisis kelayakan penyulingan minyak nilam ini menggunakan beberapa asumsi dasar, yaitu:
1 Dilakukan dua skenario yaitu skenario pertama penyulingan dengan
kapasitas mesin 30 kg tanpa penambahan ketel suling dan skenario kedua penyulingan dengan kapasitas mesin 130 kg adanya penambahan ketel
suling 100 kg. 2
Umur proyek adalah 10 tahun, didasarkan pada umur ekonomis mesin suling ketel suling.
3 Modal yang digunakan adalah modal yang berasal dari investor. Dimana
terdapat tiga investor dan modal terdiri dari saham-saham. 4
Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat dividen yang diterima masing-masing investor dari keuntungan perusahaan yaitu sebesar 33,3
persen. 5
Inflow dan outflow merupakan proyeksi berdasarkan pada penelitian dan informasi yang didapatkan pada bulan April tahun 2009.
6 Nilam yang diusahakan adalah jenis nilam madina nilam yang dihasilkan
dari daerah sekitar. Umur nilam diasumsilan maksimum 3 tahun. 7
Lahan nilam yang dimilki perusahaan adalah 10 ha dengan kebutuhan bibit sebanyak 240.000 batang. Pembibitan dilakukan satu kali dalam tiga tahun
dengan jumlah bibit yang sama selama umur proyek. 8
Harga input dan output yang digunakan diasumsikan sama dari awal proyek hingga akhir proyek.
9 Biaya yang dikeluarkan untuk usaha penyulingan minyak nilam ini terdiri
dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-1 dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan yang telah
habis umur ekonomisnya. Biaya operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan usaha. Biaya operasional terdiri dari biaya
tetap dan variabel.
37
10 Panen pertama dilakukan pada saat nilam berumur 7 bulan, sedangkan panen
berikutnya dapat dilakukan setiap 3 bulan. Hasil panen diperkirakan 25 ton daun basah atau 6,25 ton daun kering per ha.
11 Penyulingan dilakukan 4 kali dalam satu hari sesuai dengan kapasitas ketel
suling 30 kg. Jumlah hari kerja dalam seminggu adalah 6 hari. Hasil penyulingan dalam satu kali proses produksi adalah 0,9 kg minyak nilam.
12 Nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan menggunakan
metode garis lurus dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis. Sedangkan harga tanah diasumsikan harga beli sama dengan harga jual pada
akhir proyek. 13
Perhitungan pajak melalui analisis rugi laba berdasarkan Undang- Undang No. 17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan badan usaha, yaitu:
a Penghasilan ≤ Rp 50 juta, dikenakan pajak sebesar 10 persen.
b Penghasilan antara Rp 50 juta-Rp 100 juta dikenakan pajak sebesar 10
persen serta ditambah selisih pendapatan setelah dikurang Rp 50 juta dikenakan pajak sebesar 15 persen.
c Penghasilan ≥ Rp 100 juta dikenakan pajak sebesar 10 persen, ditambah
Rp 50 juta dikenakan pajak sebesar 15 persen serta ditambah selisih pendapatan setelah dikurang Rp 100 juta dikenakan pajak sebesar 30
persen.
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Perkasa Primatama Mandiri merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang jasa dan perdagangan umum yang terletak di Jl. T. Amir Hamzah No.
48 Medan, Sumatera Utara. Namun pada tanggal 13 Mei 2008 perusahaan membuka cabang usaha yang bergerak pada bidang perkebunan dan penyulingan
nilam di Desa Hutarimbaru, Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal. Pembukaan cabang usaha ini dilatarbelakangi karena adanya keinginan dari adik
salah satu investor yang ingin membuka usaha di bidang perkebunan nilam, yaitu Bapak Jhon S. Daeli, S.Kom yang sekarang menjabat sebagai manajer
perusahaan. Dilihat dari latar belakang pendidikannya keinginan tersebut sangat bertolak belakang dengan pendidikan yang diperolehnya selama perkuliahan.
Namun dengan tekad yang bulat dan banyak belajar, Bapak Jhon berhasil membuka suatu perkebunan nilam dengan luas lahan sekitar 50 ha. Tetapi dari
luas lahan tersebut baru 10 ha yang ditanami nilam, sedangakan sisanya ditanami dengan berbagai macam tanaman lainnya.
Pemilihan lokasi didasarkan atas kondisi alam di Kabupaten Mandailing Natal khususnya Kotanopan yang sangat mendukung untuk ditanami nilam. Selain
itu penanaman dan penyulingan nilam yang ada di Kecamatan tersebut masih dalam skala kecil atau masyarakat. Jenis bibit nilam yang ditanami perusahaan
bukan merupakan bibit unggul seperti nilam aceh atau nilam sidikalang, melainkan nilam yang berasal dari daerah tersebut, yang sering dijuluki dengan
nilam Madina. Berdasarkan hasil wawancara nilam madina memiliki rendemen
minyak yang mirip dengan nilam aceh yaitu 2,5 persen – 5 persen. Bibit diperoleh
dari masyarakat sekitar dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Walaupun dalam bidang perkebunan dan penyulingan perusahaan masih tergolong baru, namun proses penyulingan yang dilakukan perusahaan sudah
menggunakan mesin suling dengan teknologi canggih yaitu mesin suling yang menggunakan heater. Jika dibandingkan dengan mesin suling yang masih
menggunakan kayu bakar atau batu bara, penggunaan heater memilki keunggulan yaitu proses penyulingan yang lebih cepat serta risiko kecelakaan yang
39
ditimbulkan kecil. Sistem penyulingan yang dilakukan oleh perusahaan adalah sistem penyulingan uap tidak langsung. Daun nilam yang akan disuling diperoleh
dari hasil perkebunan perusahaan serta dari masyarakat pengumpul. Dengan penggunaan teknologi dalam sistem penyulingannya perusahaan dapat
menghasilkan minyak nilam yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan konsumen dan standar yang berlaku di pasar dalam maupun luar negeri.
Sejak awal berdiri PT. Perkasa Primatama Mandiri selalu mengutamakan kepuasan pelanggan yaitu dengan menyediakan produk-produk yang berkualitas,
memberikan pelayanan terbaik serta melakukan perbaikan secara terus menerus terhadap mutu dari minyak nilam yang dihasilkan mengikuti standar yang berlaku
di pasar dalam maupun luar negeri. Beberapa upaya yang dilakukan manajemen PT. Perkasa Primatama Mandiri dalam mengimplementasikan sistem manajemen
mutu dan lingkungan ialah : 1
Menyediakan sarana dan sumber daya untuk menunjang penerapan suatu sistem manajemen mutu maupun lingkungan.
2 Penerapan target dan pelaksanaannya dengan mengadakan monitoring secara
ketat. 3
Sosialisasi kepada seluruh karyawan tentang manfaat sistem manajemen mutu dan lingkungan bagi perusahaan yang merupakan tanggungjawab
seluruh karyawan. 4
Mendisplinkan dan membiasakan karyawan bekerja sesuai dengan standar sistem yang berlaku.
Sebagai perusahaan yang telah lama bergelut di bidang perdagangan, perusahaan tidak memiliki kesulitan dalam mencari pasar dari produk-produknya.
Minyak nilam yang dihasilkan perusahaan akan dipasarkan ke beberapa kota seperti Medan dan Jakarta. Selain itu perusahaan juga akan berencana untuk
memasarkan minyak nilamnya ke luar negeri seperti Singapura, China, Jepang, dan Korea.
40
5.2. Struktur Organisasi
PT. Perkasa Primatama Mandiri mempunyai struktur organisasi formal yang terdiri dari komisaris, direktur, manajer, bagian produksi, bagian accounting,
bagian personalia, bagian purchasing, bagian marketing, mandor, dan operator. Dalam pelaksanaannya telah terdapat pembagian tugas yang jelas antara
pengelola dan karyawan. Struktur organisasi PT. Perkasa Primatama Mandiri dapat dilihat pada lampiran 7. Berdasarkan struktur organisasi tersebut, setiap
bagian mempunyai tugas masing-masing diantaranya: 1
Komisaris a
Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan dan mengkoordinir semua bagian.
b Mengkoordinasi manajemen untuk pengembangan dan kebijakan bisnis.
c Menandatangani sertifikat mutu.
2 Direktur
a Mendukung dan mempersiapkan pengembangan program bisnis.
b Mengelola sumber daya manusia perusahaan.
3 Manager
a Mengawasi kinerja perusahaan .
b Merencanakan, mengorganisir, serta mengawasi kegiatan serta hasil
kerja dari masing-masing bagian yang ada dibawahnya. c
Membawahi semua bagian yang ada di perusahaan. 4
Kepala Bagian Personalia a
Merekrut karyawan yang akan diterima di perusahaan. b
Bertanggung jawab atas penilaian karyawan dari masing-masing bagian.
c Menandatangani surat-surat penting.
5 Kepala Bagian Produksi
a Memberikan atau membuat rencana kerja kepada kepala Mandor.
b Mengontrol hasil produksi.
c Bertanggung jawab atas pembuatan laporan hasil produksi kepada
Manager.
41
6 Kepala Bagian Purchasing
a Bertanggung jawab atas penyediaan barang untuk keperluan perusahaan
b Mengadakan transaksi pembelian dengan perusahaan lain atau barang-
barang yang akan diperlukan oleh perusahaan. c
Membuat laporan hasil pembelian. 7
Kepala Bagian Accounting a
Mengawasi pencatatan akuntansi perusahaan. b
Menyiapkan laporan keuangan perusahaan. c
Menyiapkan dan menerbitkan standar-standar yang mengkoordinasikan pelaksanaan sistem dalam perusahaan termasuk metode pencatatan,
pelaporan prosedur-prosedur. 8
Kepala Bagian Marketing a
Mengelola kegiatan tim marketing untuk mencapai target pemasaran. b
Menerapkan dan memonitor pelaksanaan kebijakan marketing. c
Melaporkan dan mengkoordinasi informasi dan marketing ke manajemen
9 Kepala Mandor
a Membuat rencana kerja untuk anggota dan karyawan.
b Memperbaiki mutu produksi.
c Membuat laporan hasil mutu produksi yang disahkan oleh kepala
bagian produksi.
10 Mandor Pembibitan
a Mengatur anggota sesuai dengan rencana kepala mandor.
b Menjaga mutu bibit dalam melakukan pembibitan yang disahkan oleh
Kepala bagian produksi dan kepala mandor. 11
Mandor Pembukaan Lahan a
Mengatur anggota sesuai dengan rencana kepala mandor. b
Menjaga mutu lahan dalam melakukan pembabatan dan pembersihan lahan.
12 Mandor Penanaman
a Mengatur anggota sesuai dengan rencana kepala mandor.
42
b Menjaga mutu tanaman dalam melakukan penanaman dilahan supaya
tanaman bisa tumbuh dengan baik. 13
Mandor Pemanenan dan Pemeliharaan a
Mengatur anggota sesuai dengan rencana kepala mandor. b
Menjaga mutu panen tetap baik agar pada saat pemanenan berikutnya tetap bagus.
14 Mandor Penyulingan
a Mengatur anggota sesuai dengan rencana kepala mandor.
b Menjaga mutu minyak dalam melakukan penyulingan sampai menjadi
minyak nilam yang siap di pasarkan.
VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL
6.1. Aspek Pasar Aspek pasar digunakan untuk mengkaji potensi pasar minyak nilam baik