Perumusan Masalah Analisis kelayakan usaha penyulingan minyak nilam (patchouli oil) PT Perkasa Primatama Mandiri Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara

5 satu faktor penting yang harus diperhatikan. Kualitas minyak nilam dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan aromanya. Ordinary dan medium merupakan minyak nilam hasil sulingan dari Indonesia dan Singapura. Special dan extra special merupakan minyak nilam hasil sulingan Prancis dan Inggris yang dilakukan secara tidak langsung. Maksudnya, sebelum penyulingan, diadakan pemilihan daun terlebih dulu. 8 Terkait dengan kualitas minyak nilam, Dewan Standardisasi Nasional telah menetapkan standar produk dengan nama Standar Nasional Indonesia SNI 06- 2385-1991, meliputi syarat mutu, pengujian mutu dan pengemasan, definisi, jenis mutu, pengambilan contoh, serta rekomendasi. Dalam SNI tersebut, minyak nilam didefinisikan sebagai minyak yang dihasilkan dengan cara penyulingan dari tanaman pogostemon cablin Benth. Minyak nilam digolongkan hanya dalam satu jenis mutu, yaitu patchouli oil. Minyak nilam yang hendak diekspor harus memenuhi sejumlah persyaratan, antara lain 1 minyak dikemas dalam drum aluminium atau drum dari pelat timah putih atau drum besi galvanis atau drum dilapisi timah putih atau drum besi dilapisi cat enamel, 2 setiap drum berisi 50 kilogram netto atau 170 kilogram netto. Drum tersebut tidak boleh diisi penuh, tetapi harus diberi rongga 5 persen- 10 persen dari volume drum. Selanjutnya pada bagian luar drum harus dicantumkan merek dalam bahasa Inggris dengan cat, misal product of Indonesia, nama barang, negara tujuan, serta berat netto dan bruto, 3 sebelum dikapalkan, isi setiap drum wajib diambil sedikit sebagai contoh untuk diperiksa petugas pengujian mutu. 9

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan data BPS tahun 2003-2006, ekspor minyak nilam mengalami peningkatan dari 1.127 ton dengan nilai sebesar US 19.165.000 hingga 2.832 ton dengan nilai sebesar US 43.984.000. Rata-rata pertumbuhan volume dan nilai ekspor mengalami peningkatan dari tahun ke tahun masing-masing sebesar 40 persen dan 35 persen per tahun. Peningkatan ekspor minyak nilam dapat disebabkan karena adanya peningkatan permintaan minyak nilam oleh industri- 8 Bexi. Pasar Ekspor Minyak Nilam Seharum Aromanya. http:www.bexi.co.idimages_resBN33_KomoditasPasarEkspor.pdf. [11Januari 2009] 9 Loc.cit 6 industri parfum, kosmetik, dan farmasi. Seiring dengan peningkatan tersebut, maka prospek agribisnis dan agroindustri nilam di Indonesia sangat terbuka lebar. Pasar dunia membutuhkan 1.200-1.400 ton minyak nilam setiap tahun dan volume tersebut cenderung terus meningkat, sedangkan produksi yang tersedia baru mencapai 1.000 ton per tahun. 10 Pada tahun 2003-2008 produksi nilam di Indonesia mengalami penurunan dari 2.382 ton menjadi 1.490 ton. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata pertumbuhannya, produksi nilam mengalami penurunan sebesar 0,5 persen per tahun. Hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi petani dan produsen minyak nilam Indonesia, mengingat Indonesia merupakan salah satu eksportir minyak nilam terbanyak dengan pangsa pasar 85 persen dari pasar dunia. Adanya peningkatan produksi nilam dengan luas areal yang tetap maka akan meningkatkan produktivitas nilam. Namun pada kenyataannya yang terjadi adalah luas areal nilam mengalami peningkatan sedangkan produksi nilam menurun sehingga produktivitas dari nilam menurun. Produksi nilam yang mengalami penurunan menyebabkan bahan baku untuk penyulingan minyak nilam berkurang sehingga produksi minyak nilam juga berkurang. Selain itu, teknologi yang digunakan dalam penyulingan nilam masih sederhana sehingga mutu minyak nilam yang dihasilkan sering tidak stabil dan tidak sesuai dengan permintaan pasar. Harga minyak nilam yang berfluktuatif juga merupakan permasalan yang dihadapi produsen minyak nilam Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2003- 2006, harga minyak nilam berada pada kisaran US13,08-US17,01kg atau Rp130.000-Rp170.000kg. Akibatnya para produsen minyak menekan harga beli bahan baku dari para petani. Kondisi tersebut membuat petani tidak bergairah lagi dalam membudidayakan nilam sehingga terjadi kelangkaan terhadap nilam. Kelangkaan bahan baku nilam tersebut mengakibatkan pada akhir 2007 harga minyak nilam meningkat hingga mencapai Rp 1 juta per kg. 11 Hal tersebut menyebabkan banyak para petani yang membudidayakan nilam sehingga harga kembali ke titik normal dan apabila petani yang membudidayakan nilam terus 10 Kapan lagi.com. 2007. Harga Minyak Nilam Bertahan Rp 1 juta. http:www.kapanlagi.comh 0000199284.html- 19k. [11 Januari 2009] 11 Trubusid. 2008. Bedah Dulu Supaya Aman. http:www.trubus-online.co.idmod.php?mod= Publisherop=viewarticlecid=1artid=1481. [22 Februari 2009] 7 bertambah sementara teknologi pengolahan yang digunakan masih sederhana maka akan terjadi kelebihan bahan baku sehingga harga minyak nilam menjadi rendah. Produksi dan mutu minyak nilam yang tidak stabil karena teknologi pengolahan yang digunakan masih belum berkembang dengan baik masih sederhana juga merupakan salah satu faktor harga minyak nilam berfluktuatif. Menurut Ketua The Indonesian Essential Oil Trade Association Indessota T.R. Manurung, harga normal minyak nilam adalah sebesar Rp 250.000 per kg. Selama tahun 2008 harga minyak nilam terus berfluktuasi hingga mencapai level tertinggi sebesar Rp1,2 juta per kg dan level terendah sebesar Rp250.000 per kg. Selain ketersediaan bahan baku serta mutu dan minyak nilam yang tidak stabil, harga minyak nilam yang berfluktuatif juga dapat disebabkan oleh pengaruh kurs rupiah terhadap dollar karena pasar minyak nilam terbesar adalah untuk ekspor. Kabupaten Mandailing Natal merupakan salah satu sentra produksi nilam yang terdapat di Sumatera Utara. Keadaan iklim dan tanahnya sangat mendukung untuk ditanami nilam. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang menanami lahannya dengan tanaman nilam. Selama ini pengusahaan nilam di Kabupaten Mandailing Natal masih dalam bentuk perkebunan rakyat dengan luas areal tanam yang relatif kecil. Selain itu, penyulingan nilam yang dilakukan juga masih tradisional yaitu dengan menggunakan mesin yang sederhana. Akibatnya mutu minyak yang dihasilkan rendah sehingga harga yang diterima petani juga rendah. Melihat prospek pasar minyak nilam yang cerah dan potensi yang ada di Kabupaten Mandailing Natal, maka ada keinginan dari PT. Perkasa Primatama Mandiri untuk membuka usaha yang bergerak dalam bidang perkebunan dan penyulingan minyak nilam di kabupaten tersebut. PT. Perkasa Primatama Mandiri merupakan perusahaan baru dan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam usaha penyulingan minyak nilam yang menggunakan teknologi modern di Sumatera Utara. Mengingat dalam pembukaan usaha penyulingan minyak nilam yang menggunakan teknologi modern membutuhkan investasi yang besar, maka perlu dilakukan analisis kelayakan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan perusahaan menguntungkan atau tidak. Analisis kelayakan yang dilakukan dilihat dari dua aspek yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Analisis aspek non finansial dilihat dari beberapa aspek, diantaranya aspek pasar, 8 aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan. Sedangkan dalam menganalisis aspek finansial dilakukan dua skenario. Pemilihan skenario ditentukan berdasarkan kapsitas produksi kapasitas mesin. Skenario pertama merupakan usaha yang dijalankan perusahaan saat ini, dimana kapasitas mesin yang digunakan adalah 30 kg. Sedangkan skenario kedua merupakan rencana perusahaan ke depan, dimana perusahaan ingin meningkatkan kapasitas produksi melalui penambahan jumlah ketel suling 100 kg untuk memaksimalkan kapasitas mesin dan penggunaan nilam kering bahan baku yang dihasilkan dari budidaya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1 Bagaimana kelayakan usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan? 2 Bagaimana kelayakan finansial usaha penyulingan nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri, apabila usaha ini dilakukan dalam dua skenario yaitu skenario pertama penyulingan dengan kapasitas mesin 30 kg tanpa penambahan ketel suling dan skenario kedua penyulingan dengan kapasitas mesin 130 kg adanya penambahan ketel suling 100 kg? 3 Bagaimana sensitivitas usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usaha dengan menggunakan metode switching value?

1.3. Tujuan Penelitian