Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial Skenario I dan II Perbandingan Hasil Analisis Switching Value Skenario I dan II

83 harga jual dan produksi merupakan faktor yang berpengaruh besar terhadap kelayakan usaha pada skenario II.

7.5. Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial Skenario I dan II

Kedua skenario usaha penyulingan minyak nilam ini layak untuk dijalankan. Namun pada skenario I daun kering belum digunakan secara maksimal dalam penyulingan sehingga penerimaan yang diperoleh dari penjualan daun nilam kering lebih besar daripada penjualan minyak nilam. Hal ini disebabkan karena kapasitas ketel suling yang digunakan sangat kecil yaitu 30 kg. Oleh sebab itu peningkatan kapasitas produksi dengan penambahan jumlah ketel suling yang dilakukan pada skenario II merupakan salah satu alternatif agar daun nilam kering yang dihasilkan perusahaan dapat dimanfaatkan dengan maksimal sehingga dapat menghasilkan keuntungan maksimal juga. Untuk melihat jenis pengusahaan yang paling menguntungkan untuk dijalankan, dapat dilihat dari perbandingan hasil kelayakan finansial ketiga skenario pada tabel 23. Tabel 23. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Skenario I dan II Kriteria Skenario I Skenario II Net Present Value Rp 563.632.317 967.063.500 Net Benefit and Cost Ratio 2,93 4,18 Internal Rate of Return 119,64 164,42 Payback Periode Tahun 1,99 1 tahun 11 bulan 26 hari 1,73 1 tahun 8 bulan 24 hari Tabel di atas menunjukkan bahwa skenario II merupakan skenario yang memberikan keuntungan paling besar dibandingkan dengan skenario I. Berdasarkan hasil analisis finansial, nilai NPV skenario II lebih besar daripada skenario I. Demikian juga dengan nilai Net BC dan IRR, skenario II menghasilkan Net BC dan IRR yang lebih besar daripada kedua skenario yang lain. Sedangkan masa pengembalian biaya investasi payback periode skenario II relatif lebih cepat dibanding skenario I.

7.6. Perbandingan Hasil Analisis Switching Value Skenario I dan II

Perbandingan tingkat sensitivitas usaha penyulingan minyak nilam pada ketiga skenario dapat dilihat dari hasil analisis switching value. Berikut adalah 84 tabel perbandingan hasil switching value pada ketiga skenario penyulingan minyak nilam. Tabel 24. Perbandingan Hasil Switching Value Skenario I dan II Perubahan Skenario I Skenario II Penurunan harga jual minyak nilam dan daun kering 18,94 26,38 Penurunan jumlah produksi minyak nilam dan daun kering 18,94 26,38 Hasil analisis switching value antara skenario I dan II di atas dapat diketahui bahwa skenario I merupakan skenario yang paling sensitif terhadap perubahan. Batas maksimal perubahan terhadap penurunan harga jual dan jumlah produksi yang masih memberikan keuntungan pada skenario I masing-masing adalah sebesar 18,94 persen. Sedangkan untuk skenario II masing-masing sebesar 26,38 persen. Berdasarkan hasil analisis switching value, dapat disimpulkan bahwa penurunan harga jual dan jumlah produksi adalah faktor yang lebih berpengaruh terhadap kelayakan kedua skenario. Jadi berdasarkan analisis di atas skenario yang paling menguntungkan untuk diusahakan dan memiliki tingkat sensitivitas yang kecil terhadap perubahan adalah skenario II yaitu usaha dengan peningkatan kapasitas produksi melalui penambahan jumlah ketel suling kapasitas 100 kg. VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil analisis kelayakan non finansial yaitu analisis aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial ekonomi dan lingkungan, usaha penyulingan minyak nilam yang dijalankan oleh PT. Perkasa Primatama Mandiri layak untuk dijalankan. 2. Usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan pada kedua skenario layak untuk dijalankan. Dari kedua skenario tersebut, skenario II merupakan skenario yang memberikan keuntungan paling besar. Hal ini dilihat dari hasil analisis finansial yang menunjukkan bahwa NPV skenario II NPV skenario I, begitu pula dengan nilai Net BC dan IRR nya. Sama halnya dengan payback period , skenario II lebih cepat dalam hal pengembalian biaya investasi dibandingkan dengan skenario I. 3. Berdasarkan hasil analisis switching value, skenario I yaitu usaha penyulingan minyak nilam yang saat ini dijalankan adalah jenis usaha yang lebih sensitif terhadap perubahan baik penurunan harga jual maupun penurunan jumlah produksi. Batas maksimal penurunan harga jual dan jumlah produksi minyak nilam dan daun kering yang masih memberikan keuntungan pada skenario I masing-masing adalah 18,94 persen. Penurunan harga jual dan jumlah produksi minyak nilam dan daun kering merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan usaha penyulingan minyak nilam pada pola I dan II. 8.2. Saran 1. Perusahaan sebaiknya melakukan skenario II yaitu melakukan peningkatan kapasitas produksi dengan penambahan jumlah ketel suling kapasitas 100 kg terhadap usaha yang dilakukan saat ini agar daun kering yang dihasilkan dari budaya dapat digunakan secara maksimal sehingga dapat mencapai kapasitas produksi optimum perusahaan. Selain itu, skenario II juga lebih menguntungkan dan lebih dapat bertahan apabila terjadi perubahan seperti penurunan harga jual produksi. 86 2. Perusahaan sebaiknya meningkatkan kegiatan promosi melalui website sehingga semua orang baik yang ada di dalam negeri maupun luar negeri dapat mengetahui informasi tentang minyak nilam yang dihasilkan oleh perusahaan. 3. Perusahaan sebaiknya melakukan kontrak dengan perusahaan lain yang menjadi pasar tujuan minyak nilam yang dihasilkan perusahaan. Hal ini bertujuan agar perusahaan terhindar dari kerugian akibat harga minyak nilam yang berfluktuatif karena harga yang diterima perusahaan akan relatif lebih stabil. DAFTAR PUSTAKA Afni K. 2008. Analisis kelayakan pengusahaan lobster air tawar Kasus K’Blat’S Farm Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [Ballitro] Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 2007. Syarat Mutu Beberapa Minyak Atsiri . Bogor: Ballitro. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Perdagangan Luar Negeri. Jakarta: BPS Pusat. Departemen Agribisnis. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Bogor: Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Edi E. 2002. Sistem agribisnis nilam di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Husnan S, Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi ke-4. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Husnan S, Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Ed ke-4. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Ibrahim HMY. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Ed Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Kadariah, Karlina L, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Ed Revisi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Ed ke-11. Jakarta: Indeks. Kusumawati D. 2008. Kelayakan pengusahaan jarak pagar pada kebun induk jarak pagar Pakuon, Sukabumi [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Lipsey RG. 1995. Pengantar Mikroekonomi Jilid 1. Ed ke-10. Jakarta: Binarupa Aksara. Mangun HMS. 2005. Nilam. Jakarta: Penebar Swadaya. Maulana MES. 2008. Analilis kelayakan usaha pembuatan bandeng isi pada BANISI di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 88 Naiborhu AP. 2004. Analisis kelayakan finansial dan pemasaran minyak pala Studi Kasus pada PT Pavettia Atsisri Indonesia di Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Raziah. 2007. Analisis nilai tambah dan dayasaing ekspor minyak atsiri Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Romansyah. 2002. Studi pengembangan agroindustri minyak nilam patchouli oil skala kecil di Kabupaten Asahan-Sumaetra Utara [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rustiana IN. 2008. Analisis kelayakan usaha pengolahan puree mangga Studi Kasus Pada CV. Promindo Utama, Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Triwagia M. 2003. Analisis kelayakan dan peranan pemerintah dalam usaha agroindustri penyulingan nilam Studi Kasus Pabrik Mitra Usaha Jaya, Tasikmalaya [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Ed ke-3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wijaya R. 2002. Rekayasa model sistem penunjang keputusan investasi perkebunan inti rakyat komoditi minyak atsiri [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Wulansari NI. 2005. Analisis kelayakan ekonomi usahatani nilam Kasus Desa Jatiwangi, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. LAMPIRAN 90 Lampiran 1. Jenis Minyak Atsiri yang Disuplai dari Indonesia No. Nama Minyak Nama Dagang 1. Nilam Patchouli oil 2. Akar wangi Vetiver oil 3. Sereh Wangi Citronella oil 4. Kenanga Cananga oil 5. Kemukus Cubeb oil 6. Kayu Putih Cajeput oil 7. Sereh Dapur Lemon grass 8. Cengkeh Cloves oil 9 Cendana Sandalwood oil 10. Pala Nutmeg oil 11. Lada Pepper oil 12. Kayu Manis Cinamon oil Sumber: Raziah, 2007 91 Lampiran 2. Daftar Tanaman Atsiri Penghasil Minyak Atsiri yang Berkembang di Indonesia No. Tanaman Nama Latin Sumber Minyak 1. Adas Foenicullum vulgare Buah dan Biji 2. Akar wangi Vetiveria zizanoides Akar 3. Anis Clausena anisata Buah dan Biji 4. Bangle Zingiber purpureum Roxb. Akar 5. Cempaka Michelia champaca Cempaka 6. Cendana Santalum album Kayu Teras 7. Cengkeh Syzygium aromaticum Bunga 8. Eucalyptus Eucalyptus sp. Daun 9. Gaharu Aquilaria sp Kayu 10. Gandapura Gaultheria sp. Daun Gagang 11. Jahe Zingiber officinale Akar 12. Jeringau Acarus calamus - 13. Jeruk Purut Citrus hystrix Buah 14. Kapulaga Amomum Cardamomum Buah dan Biji 15. Kayu Manis Cinnamomum cassia Batang 16. Kayu Putih Melaleuca leucadendron LI Daun 17. Kemangi Basil Oil Daun 18. Kemukus Piper cubeba L. Buah 19. Kenanga Canangium odoratum Bunga 20. Kencur Caempreria galangal Akar 21. Ketumbar Coriandrum sativum Buah dan Biji 22. Klausena Clausena anisata Biji 23. Kunyit Curcuma domestica Akar 24. Lada Piper nigrum L. Buah dan Biji 25. Lawang K K 26. Lengkuas Hutan Alpinia Malacensis Akar 27. Lengkuas Hutan Alpinia Malacensis Oil Akar 28. Manis Cinnamomum casea Daun 29. Massoi Criptocaria massoia Batang 30. Mawar Rosa sp. Bunga 31. Melati Jasminum sambac Bunga 32. Mentha Mentha arvensis Daun 33. Nilam Pogostemon cablin Daun 34. Pala Myristica fragrans Houtt Biji dan Fuli 35. Palmarosa Cymbopogon martini Daun 36. Pinus Pinus merkusii Getah 37. Rosemari Rosmarinus officinale Bunga 38. Sedap Malam Polianthes tuberose Bunga 92 Lampiran 2. Daftar Tanaman Atsiri Penghasil Minyak Atsiri yang Berkembang di Indonesia Lanjutan 39. Selasih Mekah Ocimum gratissimum Bunga 40. Seledri Avium graveolens L. Daun, Batang 41. Sereh Dapur Andropogon citrates Daun 42. Sereh Wangi Cymbopogon citrates Daun 43. Sirih Piper bitle K 44. Surawung Pohon Backhousia citriodora Daun 45. Temulawak Curcuma xanthorizza Akar 46. Ylang-ylang Canangium odoratum Bunga Sumber: http:www.atsiri-indonesia.comtanaman.php 93 Lampiran 3. Ekspor Minyak Nilam Indonesia ke Negara Tujuan No. Negara Value in US 000 2003 2004 2005 2006 1. Singapore 6,378 10,422 17,107 15,633 2. United States 1,808 2,456 5,645 5,592 3. France 3,057 4,955 3,872 4,725 4. Netherlands 764 941 5,749 3,676 5. Switzerland 3,129 1,700 2,239 3,339 6. India 753 950 2,020 3,180 7. Spain 617 1,421 2,337 1,998 8. Germany 598 1,157 1,306 1,542 9. United Kingdom 1,139 1,189 1,952 1,133 10 United Arab Emirates 3 280 120 950 11. China 54 434 813 686 12. Japan 210 251 198 581 13. Pakistan - 1 5 320 14. Belgium 458 549 - 142 15. Brazil 1 13 44 100 16. Hongkong 6 24 10 82 17. Italy 68 39 1 48 18. South Africa - 5 19 47 19. Australia 19 32 36 41 20. Turkey 12 109 96 26 21. Chile - - 15 24 22. Mexico - - 4 18 23. Argentina - - 8 17 24. Philippines - - 178 13 25. Canada 5 6 78 10 26. Malaysia - 7 12 10 27. Bahrain 32 - - 10 28. Taiwan, Province of China 13 168 1 9 29. Korea 5 - 1 8 30. Thailand - - 15 7 31. Russian Federation - - - 7 32. New Zealand - 3 6 6 33. Brunei Darussalam - - - 4 34. Ireland - - - 1 35. Kenya - - - 36. Reunion - - 37. Bangladesh - - 7 - 38. Sweden - - - 39. New Caledonia 36 - - 40. Austria - 16 - - 41. Tunisia - 5 - - 42. Kuwait - 3 - - Total 19,165 27,137 43,894 43,984 Sumber: Pusat Data Statistik, 2003-2006 94 Index IN D O N E S IA 4 3 2 1 2400 2300 2200 2100 2000 1900 1800 1700 1600 1500 A ccuracy Measures MA PE 12,3 MA D 222,8 MSD 49740,1 Variable A ctual Fits Trend Analysis Plot for INDONESIA Linear Trend Model Yt = 2359 - 204.7t Lampiran 4. Grafik Tren Pertumbuhan Produksi Nilam Indonesia 95 Lampiran 5. Grafik Tren Pertumbuhan Ekspor Minyak Nilam Indonesia Index N ila i E k s p o r U S 4 3 2 1 50000 45000 40000 35000 30000 25000 20000 A ccuracy Measures MA PE 8 MA D 2894 MSD 11980424 Variable A ctual Fits Trend Analysis Plot for Nilai Ekspor US 000 Linear Trend Model Yt = 10741,5 + 9121,4t Index V o lu m e E k s p o r to n 4 3 2 1 3000 2500 2000 1500 1000 A ccuracy Measures MA PE 10,3 MA D 198,5 MSD 39553,5 Variable A ctual Fits Trend Analysis Plot for Volume Eksporton Linear Trend Model Yt = 748 + 572t 96 Lampiran 6. Kuisioner Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam A. KARAKTERISTIK USAHA Alasan mengusahakan : Modal usaha : 1. Sendiri 2. Pinjaman 3. Investor 4. Lainnya Luas lahan : Ha Jenis nilam yang diusahakan dan yang dibeli : Metode Penyulingan yang digunakan : 1. Penyulingan dengan air 2. Penyulingan dengan uap dan air 3. Penyulingan dengan uap Intensitas Penyulingan : KaliTahun Pengairan diambil dari mana : 1. Sendiri 2. Pinjaman 3. Lainnya

B. KOMPONEN OUTFLOW 1. Komponen Investasi

Uraian Jumlah Ukuran Harga Per Satuan RpUnit Nilai Rp Umur Ekonomis Tahun Tanah m 2 a. Sewa b. Milik Sendiri c. Lainnya… Tanaman Tenaga Kerja HOK a. Pembukaan lahan b. Pengolahan tanah c. Pembuatan lubang d. Persiapan bibit e. Pembuatan rumah naungan f. Penanaman Lainnya… 97

1. Komponen Investasi Lanjutan

Bahan a. Bibit b. Pasir c. Sekam d. Pupuk Kandang e. Insektisida f. Bambu g. Atap Pelindung h. Polibag Peralatan Pertanian a. Traktor b. Cangkul c. Sabit Lainnya… Bangunan a. Gudang bahan baku b. Gudang bahan pembantu c. Gudang produk jadi d. Ruang penyulingan e. Ruang pengemasan f. Lantai jemur g. Ruang pengeringan h. Bak kolam air Lainnya… Mesin a. Ketel distilasi b. Boiler c. Kondensor d. Oil water separator e. Oil filter f. Oil storage tank g. Cooling unit Perizinan Transportasi a. Truk sedang b. Mobil Lainnya… Peralatan Kantor a. Komputer b. Meja dan Kursi Lainnya… 98

2. Komponen Biaya Operasional a. Biaya Variabel

Uraian Jumlah Ukuran Harga Per Satuan RpUnit Nilai Rp Umur Ekonomis Tahun Ket Tenaga Kerja HOK a. Pemupukan b. Penyulaman c. Penyiangan d. Pemangkasan e. Pembumbuman f. Pengendalian OPT g. Pemanenan h. Pasca Panen - Pembersihan - Penjemuran - Penyimpanan - Perawatan tanaman i. Penyulingan j. Monitoring hasil j. Pengendalian mutu minyak k. Pengemasan l. Penyimpanan Bahan a. Pupuk - Kandang - SP 36 - Urea - KCL - NPK b. Insektisida - Curacron - Gandasil - Dursban - Sanvit - Antrakol - Kapur “bagus” c. Daun kering d. Kayu bakar e. Minyak tanah Transportasi a. Bahan bakar Lainnya… Perlengkapan Kantor Biaya Pengairan 99

b. Biaya Tetap Uraian