Skenario II Adanya Penambahan Ketel Suling 100 Kg

68 akhir umur proyek antara lain pipa paralon, cangkul, gergaji mesin, gunting panen, tembilang, kapak, pompa hama, alat penyiram, mesin generator, kereta sorong. Tabel 7. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Skenario I No. Uraian Harga Beli Rp Umur Ekonomis Tahun Penyusutan per Tahun Rp Nilai Sisa Rp 1. Pipa paralon 3.800.000 7 542.857 2.171.428 2. Cangkul 150.000 4 37.500 75.000 3. Gergaji mesin 5.500.000 4 1.375.000 2.750.000 4. Gunting panen 314.500 4 78.625 157.250 5. Linggis 100.000 4 25.000 50.000 6. Kapak 150.000 4 37.500 75.000 7. Pompa hama 207.500 4 51875 103.750 8. Alat siram 80.000 4 20.000 40.000 9. Mesin generator 1.450.000 4 350.000 700.000 10. Kereta sorong 1.400.000 4 362.500 725.000 Total 6.847.428

7.1.2. Skenario II Adanya Penambahan Ketel Suling 100 Kg

Skenario II adalah rancangan usaha apabila perusahaan ingin meningkatkan kapasitas produksi melalui penambahan jumlah ketel suling untuk mengoptimalkan kinerja mesin suling mengingat kapasitas mesin suling yang digunakan saat ini masih mampu menampung penambahan ketel suling kapasitas 100 kg. Selain itu dengan penambahan jumlah ketel suling, daun kering nilam yang dihasilkan dari budidaya dapat digunakan secara maksimal dan minyak nilam yang dihasilkan lebih banyak sehingga produksi optimum dapat tercapai dan diperoleh keuntungan yang maksimal. Arus penerimaan pada skenario II sama dengan skenario I yaitu diperoleh dari penjualan minyak nilam, penjualan daun nilam kering, dan nilai sisa biaya investasi. Hanya saja pada skenario II terjadi peningkatan kapasitas produksi minyak nilam sehingga total daun nilam yang digunakan, hasil minyak nilam, dan penjualannya juga meningkat. Total daun nilam kering yang digunakan dalam satu hari meningkat yaitu dari 120 kg 69 menjadi 520 kg sedangkan untuk satu tahun menjadi 149.760 kg. Namun pada tahun pertama nilam yang digunakan dalam satu tahun adalah 37.440 kg karena penyulingan dilakukan hanya tiga bulan. Minyak nilam yang dihasilkan juga meningkat yaitu dari 3,6 kg per hari menjadi 15,6 kg per hari dan per bulannya menjadi 374,4 kg. Sama halnya seperti skenario I penyulingan pada skenario II juga dilakukan pada bulan ke-10 karena panen baru dapat dilaksanakan pada bulan ke-9. Jumlah produksi pada tahun pertama adalah sebesar 1.123,2 kg yang diperoleh dari total produksi per bulan 374,4 kg dikali dengan total bulan penyulingan 3 bulan, sedangkan jumlah produksi untuk tahun berikutnya diasumsikan sama hingga tahun ke-10 yaitu masing-masing sebesar 4.492,8 kg per tahun yang diperoleh dari total produksi per bulan dikali dengan 12 bulan. Proyeksi penjualan minyak nilam tiap tahun dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Proyeksi Penjualan Minyak Nilam pada Skenario II Tahun Jumlah Produksi kg Harga Jual Rp Nilai Penjualan Rp 1 1.123,2 260.000 292.032.000 2 4.492,8 260.000 1.168.128.000 3 4.492,8 260.000 1.168.128.000 4 4.492,8 260.000 1.168.128.000 5 4.492,8 260.000 1.168.128.000 6 4.492,8 260.000 1.168.128.000 7 4.492,8 260.000 1.168.128.000 8 4.492,8 260.000 1.168.128.000 9 4.492,8 260.000 1.168.128.000 10 4.492,8 260.000 1.168.128.000 Total 10.805.184.000 Penambahan ketel suling menyebabkan sisa daun nilam kering pada skenario II lebih sedikit daripada skenario I. Jumlah sisa daun nilam kering per tahun diperoleh dengan mengurangkan total panen dengan jumlah daun kering yang digunakan per tahun. Total panen pada skenario I dan II adalah sama. Pada tahun pertama sisa daun kering yang tidak digunakan adalah sebesar 87.560 kg yang diperoleh dari 125.000 dikurangi total daun yang digunakan pada tahun pertama yaitu 37.440 kg. Sisa daun pada tahun ke-2, ke-3, ke-5, ke-6, ke-8, dan 70 ke-9 seharusnya sama yaitu 100.240 kg karena hasil panennya adalah sebesar 250.000 kg per tahun. Namun pada tahun ke-3, ke-6 dan ke-9 sisa daun tersebut dibagi dua untuk menutupi kebutuhan daun kering pada tahun ke-4, ke-7, dan ke-9 karena hasil panennya hanya 125.000 kg per tahun sementara kebutuhan daun untuk penyulingan per tahun adalah 149.760. Sisa daun yang tidak disuling dapat dijual kepada pedagang pengumpul untuk kemudian dijual kepada perusahaan lain yang juga menyuling nilam. Harga daun nilam kering per kg adalah Rp 5.000. Proyeksi penjualan daun nilam kering tiap tahun dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Proyeksi Penjualan Daun Kering pada Skenario II Tahun Jumlah Daun Kering kg Harga Jual Rp Nilai Penjualan Rp 1 87.560 5.000 437.800.000 2 100.240 5.000 501.200.000 3 50.120 5.000 250.600.000 4 25.360 5.000 126.800.000 5 100.240 5.000 501.200.000 6 50.120 5.000 250.600.000 7 25.360 5.000 126.800.000 8 100.240 5.000 501.200.000 9 50.120 5.000 250.600.000 10 25.360 5.000 126.800.000 Total 3.073.600.000 Selain penjualan minyak nilam dan penjualan daun nilam kering, penerimaan perusahaan juga diperoleh dari nilai sisa salvage value biaya investasi yang masih ada hingga akhir umur proyek sehingga dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek. Biaya-biaya investasi pada skenario II yang masih memiliki nilai hingga akhir umur proyek sama dengan skenario I. Nilai sisa diperoleh dari penyusutan per tahun dikali dengan sisa tahun yang belum terpakai selama umur proyek. Rincian biaya-biaya investasi yang masih memiliki nilai hingga akhir dapat dilihat pada Tabel 10. 71 Tabel 10. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek pada Skenario II No. Uraian Harga Beli Rp Umur Ekonomis Tahun Penyusutan per Tahun Rp Nilai Sisa Rp 1. Pipa paralon 3.800.000 7 542.857 2.171.428 2. Cangkul 150.000 4 37.500 75.000 3. Gergaji mesin 5.500.000 4 1.375.000 2.750.000 4. Gunting panen 314.500 4 78.625 157.250 5. Linggis 100.000 4 25.000 50.000 6. Kapak 150.000 4 37.500 75.000 7. Pompa hama 207.500 4 51875 103.750 8. Alat siram 80.000 4 20.000 40.000 9. Mesin generator 1.450.000 4 350.000 700.000 10. Kereta sorong 1.400.000 4 362.500 725.000 Total 6.847.428 7.2. Analisis Hasil Outflow 7.2.1. Skenario I Tanpa Penambahan Ketel Suling