57
6.2.4.2. Penyulingan Nilam
Penyulingan merupakan rangkaian proses dalam aktivitas budidaya tanaman. Pada umumnya penyulingan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu
penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap langsung, dan penyulingan dengan uap tidak langsung. Namun proses penyulingan yang digunakan oleh
perusahaan adalah penyulingan dengan uap tidak langsung. Sebagian besar penyulingan dengan uap tidak langsung menggunakan kayu bakar untuk
memanaskan ketel uap, namun dalam hal ini perusahaan menggunakan heater yang membutuhkan tenaga listrik untuk menghasilkan panas. Hasil minyak yang
akan diperoleh dari proses penyulingan merupakan output yang akan dijual dan dinilai serta dijadikan standar keberhasilan usaha. Mutu minyak nilam serta
rendemen yang sesuai kriteria sangat dipengaruhi oleh jenis mesin dan sistem penyulingan yang digunakan.
Prinsip dasar sistem penyulingan dengan uap tidak langsung adalah panggunaan uap bertekanan tinggi. Tabung pendidih dipisahkan dari tabung
penyulingan. Artinya, tabung air tersendiri dan tabung tempat bahan yang disuling juga tersendiri. Jumlah tabung bahan dapat ditempatkan beberapa buah secara
terpisah, sesuai kapasitas dari ketel uap boiler dengan kapasitas ketel tempat bahan atau daun kering. Namun dalam hal ini perusahaan masih menggunakan
satu tabung bahan baku ketel dengan kapasitas 30 kg. Metode ini menghasilkan minyak berkualitas dengan rendemen tinggi. Selain itu, proses penyulingan
berjalan relatif lebih cepat yaitu hanya 3 jam. Dalam satu hari proses penyulingan dilakukan sebanyak empat kali. Dimana dalam satu kali produksi menghasilkan
minyak nilam sebanyak 0,9 kg. Untuk menghasilkan jumlah minyak lebih banyak, pembuatan mesin
suling dapat dilakukan dengan memisahkan beberapa tabung bahan baku 2 atau 3 buah dengan kapasitas yang sesuai dengan kemampuan boiler. Keberhasilan
metode ini juga ditunjang oleh perlengkapan dan jenis bahan yang digunakan dalam penyulingan seperti bahan pipa pada bak penampungkolam air yang
tersedia, serta jumlah dan kapasitas air dalam jumlah banyak, cukup, serta mengalir.
58
Sebelum memulai proses penyulingan ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya mesin suling dibersihkan terlebih dahulu, melakukan
kontrol tehadap seluruh saluran pipa pendingin serta ketersediaan air yang ada pada bak kolam pendingin, tempat penampung minyak harus dalam keadaan
bersih, mempersiapkan tenaga penyuling operator dimana dalam hal ini perusahaan menggunakan 2-3 orang operator, mempersiapkan bahan baku daun
kering yang sudah dirajang dalam jumlah yang sesuai dengan kapasitas ketel suling, serta memasukkan rajangan daun nilam tersebut ke dalam ketel suling.
Pengisian ketel dilakukan secara merata dan padat pada seluruh bagian agar uap air yang ada dalam ketel dapat menyebar secara merata.
Setelah semuanya dipersiapkan maka proses penyulingan dapat dilakukan. Mekanisme penyulingan dilakukan dengan memanaskan air dalam tabung untuk
menghasilkan uap yang dilengkapi dengan pipa saluran pengisi air, indikator volume air, tekanan uap, serta pipa saluran uap yang menuju ketel suling. Fungsi
indikator tekanan uap untuk mengontrol besar kecilnya tekanan uap yang dihasilkan oleh tabung uap. Tabung uap boiler dilengkapi instrumen pipa
pengaman dalam bentuk saluran buang uap yang disertai keran buka-tutup. Pada suhu 92
o
C boiler akan menghasilkan uap air panas dan tekanan tinggi untuk mengaliri seluruh bagian daun yang disuling. Uap akan melakukan reaksi dengan
daun yang disuling sehingga unsur minyak pada daun, ranting, dan akar akan ikut menguap melalui pori-pori dari bahan yang disuling.
Selanjutnya, unsur minyak akan terbawa oleh uap air menuju pipa kondensor yang akan mencair menjadi cairan minyak dan air. Untuk menjaga
pemisahan air dan minyak dalam kondisi baik, maka dibuat pipa kontrol pemisahan sebelum minyak dan air tersebut menuju penampungan terakhir. Oleh
karena itu, tidak diperlukan lagi saringan yang lazim digunakan oleh para penyuling. Hasil akhir dari penyulingan diperoleh minyak nilam yang berkualitas
dengan rendemen tinggi. Sedangkan sisa daun yang telah disuling tersebut dikumpulkan dan dapat dijadikan sebagai pupuk tanaman atau mulsa.
59
6.2.5. Hasil Analisis Aspek Teknis