Deskripsi Ikan Selar Kuning
potensi lestarinya. Sedangkan dalam aspek ekonomi pengusahaan ikan kerapu menunjukkan biaya penangkapan untuk setiap satu ton ikan kerapu yang
ditangkap memiliki nilai yang tinggi bila dibandingkan pengusahaan ikan kakap single species dan ikan demersal multi species. Hal ini mengandung arti bahwa
apabila usaha penangkapan hanya dilakukan dengan model single species, menunjukkan jenis usaha yang tidak realistis untuk dikembangkan, karena hanya
akan menimbulkan putusnya rente ekonomi. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa pengusahaan sumberdaya perikanan demersal di Perairan Utara Jawa dari
segi biologi belum rnengalami biological overfishing, sedangkan dari segi ekonomi telah mengalami economic overfishing. Lalu, penerapan user fee
dibebankan pada unit usaha perikanan demersal dalam jangka waktu hitungan per tahun. Penerapan ini bila disesuaikan dengan kondisi aktual periode 1997 - 2001
tidak dapat dilakukan karena nilai rente ekonomi secara keseluruhan dari ketiga jenis pengusahaan sumberdaya bemilai negatif. Hal ini membuat penerapan user
fee hanya dapat dilakukan ketika menghasilkan rente ekonomi yang bemilai positif maksimum secara ekonomi.
Supardan 2006 melakukan penelitian dengan judul Maximum Sustainable Yield MSY dan Aplikasinya Pada Kebijakan Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan di Teluk Lasongko Kabupaten Buton. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan kebijakan pemanfaatan sumberdaya ikan di Teluk Lasongko
yang berbasiskan pada MSY melalui analisis peran sektor perikanan laut, analisis tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan, analisis profitability, analisis faktor
pembatas, dan analisis SWOTAHP. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis Input-Output untuk menilai peran sektor perikanan laut,
metode Schaefer untuk pendugaan MSY, Linear Goal Programming LGP untuk menghitung besaran faktor pembatas guna pencapaian tujuan, analisis Strength,
Weaknesses, Opportunities, and Threats SWOT dan Analitycal Hierarchy Process AHP untuk perumusan prioritas kebijakan. Penelitian ini menunjukkan
tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pada kondisi MSY di Teluk Lasongko adalah 14.979 ton per tahun. Tingkat pemanfaatan aktual telah mencapai 92 ,
sedangkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan JTB adalah 12.000 ton per tahun. Berdasarkan nilai JTB tersebut, menunjukkan bahwa kondisi perairan
Teluk Lasongko telah mengalami overfishing. Kebijakan yang disarankan dalam penelitian ini agar pemanfaatan menjadi optimal adalah menetapkan JTB sebesar
12.000 tontahun dengan konsekuensi pengurangan jumlah alat tangkap yang diperbolehkan beroperasi dan pengurangan jumlah nelayan yang bekerja alih
profesi. Penelitian yang dilakukan oleh Primadianti 2008 yang berjudul
RezimPengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Teri di Perairan Teluk Palabuhan Ratu bertujuan untuk menentukan konstruksi dan menganalisis tingkat
produktivitas alat tangkap bagan rakit serta menganalisis tingkat pemanfaatan optimal sumberdaya ikan teri dalam kondisi actual, open access,dan suistainable
di Perairan Teluk Palabuhan Ratu agar dapat memberikan manfaat ekonomi yang optimal secara berkelanjutan. Penelitian ini menunjukkan tingkat produksi
optimal dengan model estimasi Algoritma Fox yaitu sebesar 38.30 ton per tahun, tingkat upaya optimal sebesar 29 641 trip per tahun, dan rente ekonomi yang
diperoleh pada pemanfaatan yang optimal yaitu sebesar Rp 2 715 370 000 juta per tahun. Laju degradasi dan laju depresiasi sumberdaya ikan teri di Perairan Teluk
Palabuhan Ratu secara berturut-turut adalah sebesar 0.22 dan 0.39 yang berarti bahwa sumberdaya ikan teri di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu belum terdegradasi
dan belum terdepresiasi. Hiariey 2009 melakukan penelitian dengan judul Status Eksploitasi
Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil di Perairan Maluku dan Kapasitas Penangkapannya. Analisis biokonomi terhadap sumberdaya ikan pelagis kecil
dalam penelitian ini menggunakan model Gordon-Schaefer. Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di Perairan Maluku yang optimal MEY
berdasarkan hasil penelitian ini ditinjau dari produksinya sebesar 57 535.23 ton per tahun, upaya yang optimal sebesar 7 747.71 trip, dan rente ekonomi yang
dapat diperoleh adalah sebesar Rp 200 542 580 000. Kondisi aktual perikanan ikan pelagis kecil di Perairan Laut Banda pada periode penelitian ini 1985-2006
telah mengindikasikan adanya excess capacity dan overfishing. Kebijakan yang disarankan dalam penelitian ini agar pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil
di Perairan Maluku dapat optimal adalah kebijakan pembagunan mencakup pemberdayaan nelayan perikanan pelagis kecil, peningkatan kulaitas hasil