Pada Gambar 4 dalam Fauzi 2010a terdapat kurva penerimaan total Total Revenue = TR yang diperoleh dari model Gordon-Schaefer dan tiga kurva
biaya total Total Cost = TC. Formula untuk persamaan Total Revenue dan Total Cost dapat dituliskan sebagai berikut:
...........................................................................................................4.17 ...........................................................................................................4.18
Keterangan:
TR : Total Revenue Rp
TC : Total Cost Rp
p : Harga ikan Rpton
c : Biaya penangkapan Rptrip
Kurva TC
1
menggambarkan titik keseimbangan di mana rasio cp relatif kecil biaya lebih rendah daripada harga ikan sehingga dicapai keseimbangan
bioekonomi pada . Titik keseimbangan ini mengindikasikan adanya dua
kondisi overfishing, yaitu economic overfishing dan biological overfishing. Kedua kondisi ini terjadi karena keseimbangan berada di sebelah kanan E
MSY
. Pada tingkat biaya seperti ini, effort berada pada tingkat yang eksesif dan rente ekonomi
yang dihasilkan juga bernilai nol. Kurva TC
2
menggambarkan adanya peningkatan biaya rasio cp meningkat yang mengakibatkan kurva TC bergeser ke TC
2
dengan keseimbangan effort yang baru sebesar
. Rente ekonomi dalam titik keseimbangan ini juga bernilai nol. Pada titik ini tidak terjadi biological overfishing karena titik
keseimbangan berada di sebelah kiri E
MSY
. Di sisi lain, economic overfishing masih terjadi karena jika input dikurangi pada tingkat E
MEY
manfaat ekonomi yang positif masih diperoleh dengan input yang lebih rendah dari input open
access. Pada kondisi ini deplesi sumberdaya tidak terjadi dan pengelolaan berada dalam kondisi tidak efisien secara ekonomi.
Kurva TC
3
menunjukkan adanya rasio biaya dan harga yang lebih besar lagi, dimana cpqK, yang mengakibatkan kegiatan penangkapan tidak
dimungkinkan. Hal ini dapat terjadi karena walaupun harga ikan masih positif, tetapi tidak menutupi biaya yang dikeluarkan. Perikanan dalam situasi ini tidak
menguntungkan untuk dieksploitasi karena biaya penangkapan ikan yang mahal. Meskipun biaya penangkapan sangat tinggi, overfishing baik secara biologi
maupun ekonomi tidak terjadi karena perikanan tidak dieksploitasi kurva TC tidak menyentuh kurva TR.
Analisis tangkap lebih juga dapat ditinjau dengan metode yang disebut dengan
Copes’ ye Ball method Fauzi 2010a. Menurut Fauzi 2010a, pendekatan ini pada prinsipnya melakukan tumpang tindih overlay antara kurva
yield-effort dengan data aktual tahunan produksi dan effort. Pergerakan data aktual tahunan ini kemudian akan menunjukkan adanya kontraksi dan ekspansi
perikanan. Jika ekspansi terjadi pada sebelah kanan dan di atas kurva keseimbangan yield-effort maka kondisi perikanan dapat dikatakan telah
mengalami overfishing, baik secara biologi dan ekonomi. Jadi, analisis tangkap lebih pada penelitian ini akan ditinjau dari data aktual rata-rata dan juga data
aktual tahunan.
4.4.3 Batasan Penelitian
Untuk mempermudah pemahaman pada penelitian ini, penelitian ini dibatasi pada beberapa poin penting, antara lain:
1. Sumberdaya yang diteliti pada penelitian ini adalah sumberdaya ikan selar
kuning di wilayah Perairan Kepulauan Seribu, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
2. Permasalahan yang dikaji adalah tingkat eksploitasi terhadap sumberdaya ikan
selar kuning yang semakin meningkat dan dapat menimbulkan dampak negatif baik pada kelestarian sumberdaya ikan selar kuning maupun pada
keberlangsungan kegiatan penangkapan ikan selar kuning .
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Kondisi Geografis dan Gambaran Umum Pulau Sebira
Pulau Sebira merupakan bagian dari wilayah Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu merupakan wilayah suatu kabupaten yang termasuk ke dalam
cakupan wilayah Provinsi DKI Jakarta, lebih jelasnya Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Wilayah Kepulauan Seribu terletak di bagian utara Jakarta
dengan luas daratan sebesar 8.76 km
2
. Wilayah ini merupakan gugusan pulau- pulau yang terdiri atas 110 pulau dengan 11 pulau yang dikhususkan untuk
pemukiman penduduk BPS Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu 2013, termasuk di dalamnya Pulau Sebira yang menjadi lokasi penelitian dalam
penelitian ini. Secara astronomis Kepulauan Seribu terletak diantara 05˚ 0’00” -
05˚57’00” Lintang Selatan dan 06˚ 9’30” - 06˚44’50” Bujur Timur BPS Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu 2013, sedangkan secara geografis
Kepulauan Seribu dalam BPS Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu 2013 memiliki batas wilayah sebagai berikut:
1. Batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
2. Batas wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Kota Administarsi Jakarta
Utara, Jakarta Barat, dan Kabupaten Tangerang 3.
Batas wilayah sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa 4.
Batas wilayah sebelah barat berbatasan dengan Laut Jawa atau Selat Sunda Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terbagi menjadi dua
kecamatan, yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Selatan. Pulau Sebira merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, yang
merupakan pulau yang terletak paling utara. Pulau Sebira termasuk dalam wilayah Kelurahan Pulau Harapan. Jarak Pulau Sebira dari Pantai Utara Jakarta adalah 100
mil 160.934 Km. Luas Pulau ini adalah 8.82 Ha. Koordinat salah satu pantai bagi
an barat pulau ini adalah 5˚ ’266” Lintang Selatan dan 06˚ 7’469” Bujur Timur Watergius 2011. Pulau Sebira memiliki dua pelabuhan, yang mana terdiri
dari pelabuhan untuk pendaratan ikan dan berlabuh kapal dan pelabuhan yang hanya untuk berlabuhnya kapal saja. Gambar pelabuhan tersebut disajikan dalam
Lampiran 3 bersama dengan dokumentasi penelitian lainnya. Pulau Sebira
memiliki pantai berpasir dan hutan mangrove yang tidak terlalu luas. Sekeliling pulau ini banyak terdapat pantai berkarang dan beton-beton yang didirikan untuk
memecah ombak dan melindungi pulau agar terlindung dari abrasi air laut. Hal ini dikarenakan letak Pulau Sebira yang berada di Laut Jawa dan jaraknya cukup jauh
dari pulau yang lain, sehingga gelombang laut yang mendekati pulau ini dapat mengancam pesisir pulau.
Secara geografis Pulau Sebira memiliki batas wilayah Simplyindonesia 2014 sebagai berikut:
1. Batas wilayah Pulau Sebira sebelah utara adalah Pulau Bangka Belitung
2. Batas wilayah Pulau Sebira sebelah selatan berbatasan dengan Pulau Dua
3. Batas wilayah Pulau Sebira sebelah barat berbatasan dengan Kepulauan
Segama dan Provinsi Lampung 4.
Batas wilayah Pulau Sebira sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa, Pulau Keramian, dan Pulau Masalembu.
Jika dilihat dari batas-batas wilayah Pulau Sebira, pulau ini berdekatan dengan wilayah-wilayah yang merupakan bagian selatan Pulau Sumatera, sehingga
banyak masyarakat dari Pulau Sumatera, khususnya Lampung, yang berkunjung ke Pulau Sebira untuk melakukan kegiatan ekonomi atau lainnya, begitupun
sebaliknya masyarakat Pulau Sebira juga banyak yang berkunjung ke sana. Pulau Sebira memiliki infrastruktur yang cukup memadai untuk
menunjang kegiatan sehari-hari masyarakatnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan terdapatnya darmaga untuk pendaratan ikan dan berlabuhnya kapal, pembangkit
listrik tenaga surya dan diesel, lampu-lampu penerangan jalan yang menggunakan tenaga surya, mercusuar, menara jaringan salah satu provider jasa telekomunikasi,
dan jalan yang bagus. Selain itu, fasilitas umum di pulau ini juga cukup lengkap untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya. Fasilitas umum yang terdapat
di Pulau Sebira antara lain adalah Puskesmas untuk melayani kesehatan masyarakat, fasilitas untuk olahraga seperti lapangan sepak bola, voli, dan bulu
tangkis, masjid, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Mengengah Pertama Satu Atap, Taman Pendidikan Agama, koperasi, warung sembako, dan
bangunan serba guna. Penjual bahan bakar untuk kapal nelayan juga terdapat di pulau ini.
Jumlah alat transportasi di Pulau Sebira tidaklah banyak. Masyarakat biasa berjalan kaki untuk menuju tempat tujuannya selama lokasinya masih berada di
area pulau. Terdapat juga beberapa masyarakat yang menggunakan sepeda dan sepeda motor sebagai alat transportrasinya, namun jumlahnya sedikit. Alat
transportasi masyarakat Pulau Sebira yang biasa digunakan untuk menuju wilayah yang berlokasi di luar pulau adalah kapal motor nelayan dengan cara menumpang.
Kapal motor nelayan yang ditumpangi masayarakat sebagai alat trasportasi ini biasanya adalah kapal motor yang akan mengirim ikan hasil olahan atau barang
lainnya ke luar pulau. Begitupun sebaliknya, masyarakat yang akan menuju ke Pulau Sebira juga menumpang kapal motor yang akan menuju Pulau Sebira.
Masyarakat umum bukan masyarakat Pulau Sebira yang akan berkunjung ke Pulau Sebira biasanya juga menumpang kapal motor nelayan yang akan menuju
Pulau Sebira. Hal ini disebabkan tidak adanya alat transportasi umum yang khusus menuju ke Pulau Sebira dan jarak Pulau Sebira yang paling jauh dibandingkan
dengan pulau-pulau lainnya, serta kondisi cuaca yang tidak menentu. Apabila ada masyarakat umum yang ingin menuju Pulau Sebira dengan alat transportasi
umum, maka mereka harus menyewanya dengan biaya yang tidak sedikit. Tingkat kebersihan di Pulau Sebira masih perlu diperhatikan, baik oleh
masyarakat ataupun pemerintah setempat. Mungkin hal ini juga menjadi masalah yang sama yang dialami oleh masyarakat pulau kecil lainnya. Bantuan seperti
tempat sampah memang sudah diberikan oleh pemerintah, namun solusi selanjutnya seperti pengangkutan sampah yang biasa difasilitasi oleh Dinas
Kebersihan tidak menjamah pulau ini. Sehingga sampah atau barang-barang sisa lainnya biasanya dibakar atau ditumpukkan di suatu tempat. Namun dalam
kondisi seperti itu ada juga masyarakat Pulau Sebira yang berpikiran lain, yaitu dengan mengumpulkan sampah-sampah plastik dan dijualnya pada saat
berkunjung ke Jakarta. Hal ini sangat membantu menjaga kebersihan dan kesehatan di Pulau sebira, disamping itu juga dapat meningkatkan pendapatan.
Air yang digunakan oleh masyarakat sekitar untuk kebutuhan sehari-hari, baik untuk konsumsi ataupun yang lainnya, adalah air tanah. Air tanah di Pulau
Sebira berbeda dengan air tanah yang dihasilkan di pulau-pulau lainnya di Kepulauan Seribu. Air tanah di Pulau Sebira tidak memiliki rasa payau, melainkan
tawar. Lubang galian air tanah yang sebelumnya dibuat oleh masyarakat untuk mencuci ikan dengan air laut asin pun tidak menghasilkan air asin, melainkan air
tawar. Faktanya lubang galian air tanah tersebut dibuat kurang lebih empat meter dari bibir pantai. Kondisi ini sangat disyukuri oleh masyarakat Pulau sebira,
namun sayang perhatian masyarakat akan kebersihan lingkungan sekitarnya masih kurang diperhatikan.
5.2 Keadaan Penduduk Pulau Sebira
Pulau Sebira merupakan wilayah satu RW Rukun Warga, yakni RW 03, dengan empat RT Rukun Tetangga. Jumlah rumah tangga di Pulau Sebira adalah
sebanyak 155 Kepala Keluarga KK, dengan rincian RT 1 terdapat 46 KK, RT 2 terdapat 47 KK, RT 3 terdapat 27 KK, dan RT 4 terdapat 35 KK. Jumlah
penduduk Pulau Sebira adalah sebanyak 543 jiwa merupakan penduduk asli dan 206 jiwa merupakan penduduk musiman pendatang, dengan rincian RT 1
terdapat 153 penduduk asli dan 61 penduduk musiman, RT 2 terdapat 182 penduduk asli dan 64 penduduk musiman, RT 3 terdapat 94 penduduk asli dan 32
penduduk musiman, dan RT 4 terdapat 114 penduduk asli dan 49 penduduk musiman. Penduduk asli adalah penduduk yang sejak lahir hingga saat ini
menetap di Pulau Sebira, sedangkan yang dimaksud penduduk musiman adalah penduduk yang datang dari luar Pulau Sebira yang umumnya akan bekerja sebagai
nelayan di Pulau Sebira dalam jangka waktu tertentu. Tabel 2 Data Penduduk Pulau Sebira
No Rukun Tetangga
RT Jumlah Kepala
Keluarga KK
Jumlah Penduduk Asli
Musiman
1 1
46 153
61 2
2 47
162 64
3 3
27 94
32 4
4 35
114 49
Sumber: Publikasi Data Rukun Warga 03 Kelurahan Pulau Harapan 2013
Fasilitas pendidikan, berupa bangunan sekolah, untuk masyarakat Pulau Sebira sekarang sudah terbantu dengan didirikannya sekolah satu atap, yaitu
Sekolah Dasar SD dan Sekolah Menengah Pertama SMP, sehingga anak-anak di Pulau Sebira bisa memperoleh pendidikan hingga jenjang SMP ditambah