Upaya Penangkapan Ikan Selar Kuning
merupakan rente ekonomi yang maksimum dengan tingkat upaya yang paling rendah, yaitu berturut-turtu sebesar Rp 1 107 836 870.41 per tahun dan Rp 1 148
455 473.10 per tahun. Rente ekonomi pada rezim MEY dihitung dengan menggunakan persamaan Biaya TC = 421 783.63E
MEY
. Biaya yang diperlukan untuk mencapai rente ekonomi yang maksimum tersebut adalah Rp 125 196
578.94 data asli dan Rp 133 487 027.18 data terkoreksi, dengan nilai penerimaan TR = 4 882 265.12h
MEY
sebesar Rp 1 233 033 449.36 data asli dan Rp 1 281 942 500.28 data terkoreksi. Rente ekonomi pada rezim MEY yang
diperoleh pada Tabel 8 data terkoreksi lebih besar dari yang ditunjukkan pada Tabel 7 data asli. Hal ini dapat dijelaskan dengan jumlah produksi pada rezim
MEY berdasarkan data terkoreksi yang jumlahnya lebih besar walaupun di sisi lain tingkat upayanya juga lebih besar dari yang diperoleh berdasarkan data asli.
Kegiatan penangkapan ikan yang lestari MSY dalam Tabel 7 dan 8 dapat menghasilkan rente ekonomi berturut-turut sebesar Rp 1 104 299 755.93 per tahun
dan Rp 1 144 576 614.31 per tahun. Tingkat upaya pada rezim ini diperoleh dengan menggunakan persamaan 4.8, yaitu sebesar 313 unit data asli dan 334
unit data terkoreksi, sedangkan jumlah hasil tangkapannya diperoleh dengan menggunkan persamaan 4.9, yaitu sebesar 253.28 ton data asli dan 263.37 ton
data terkoreksi. Walaupun hasil tangkapan sebesar 253.28 ton dan 263.37 ton yang dikendalikan dalam rezim MSY ini lebih besar dari hasil tangkapan pada
rezim MEY, rente ekonomi yang dihasilkan tetap lebih kecil dari rente ekonomi rezim MEY. Kondisi ini disebabkan oleh jumlah unit alat tangkap yang beroperasi
pada rezim MSY lebih banyak dibandingkan pada rezim MEY, sehingga menyebabkan total biaya yang dikeluarkan menjadi lebih besar dari kegiatan
penangkapan ikan selar kuning dalam rezim MEY. Jumlah unit alat tangkap yang beroperasi yang melebihi jumlah unit alat
tangkap pada rezim MSY dapat berpengaruh pada jumlah hasil tangkapan yang akan diperoleh, rente ekonomi, dan kelestarian sumberdaya ikan selar kuning di
Perairan Kepulauan Seribu. Kondisi ini termasuk ke dalam rezim OA seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7 dan 8. Jumlah unit alat tangkap yang beroperasi dalam
rezim ini dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan 4.15 yang jumlahnya mencapai 593 unit per tahun data asli dan 632 unit per tahun data terkoreksi.
Hal ini berpengaruh pada produktivitas alat tangkap yang akan menurun dan jumlah hasil tangkapan yang semakin sedikit dibandingkan dengan rezim lainnya.
Jumlah hasil tangkapan diperoleh dengan menggunakan persamaan 4.16, yaitu sebesar 51.29 ton data asli dan 54.68 ton data terkoreksi. Hasil kedua rente
ekonomi yang dihasilkan dalam rezim ini menghasilkan nilai nol = 0 karena
besar nilai penerimaannya sama dengan besar nilai biaya yang dikeluarkan untuk menangkap ikan. Besar nilai penerimaan TR = 4 882 265.12h
OA
dalam rezim ini adalah Rp 250 393 157.88 data asli dan Rp 266 974 054.37 data terkoreksi,
serta besar nilai biaya TC = 421 783.63E
OA
yang dikeluarkan adalah Rp 250 393 157.88 data asli dan Rp 266 974 054.37 data terkoreksi.
Gambar 17 dan 18 merupakan gambar yang diperoleh dengan software Maple 12 Lampiran 7 dan 8 yang menunjukkan hubungan kuadratik antara
upaya penangkapan alat tangkap payang dan jumlah hasil tangkapan ikan selar kuning di Perairan Kepulauan Seribu. Data upaya penangkapan dan hasil
tangkapannya merupakan data yang disajikan dalam Tabel 7 dan 8. Data time series aktual dari tahun 2007-2013 juga ditambahkan ke dalam Gambar 17 dan
18 untuk menggambarkan kondisi perikanan yang sebenarnya yang akan dibahas pada subbab berikutnya.
Sumber: Hasil penelitian 2014
Gambar 17 Hubungan kuadratik antara upaya penangkapan alat tangkap payang dan jumlah hasil tangkapan ikan selar kuning di Perairan Kepulauan Seribu
Hasil tangkapan ton
Effort Unit
252.55 ton
MEY 296.83 unit
MSY 313.60unit
253.28 ton
OA
593.65 unit 51.29
ton 2011
2013
2009 2010
2007
2008 2012
Aktual Rata-rata