bentuk jaring sesuai dengan yang diinginkan dalam tujuan penangkapan. Pemberat berfungsi untuk menenggelamkan bagian bawah secara sempurna
sehingga membentuk bukaan mulut yang maksimum. Menurut Cahyono 2014, penangkapan dengan jaring payang dapat
dilakukan baik pada malam maupun siang hari. Pada saat malam hari, terutama pada saat tidak dalam keadaan terang bulan, dengan menggunakan alat bantu
lampu petromaks kerosene pressure lamp. Sedangkan penangkapan yang dilakukan pada siang hari menggunakan alat bantu rumponpayaos fish
aggregating device atau terkadang tanpa alat bantu rumpon, yaitu dengan cara menduga-duga di wilayah perairan yang dianggap banyak terdapat ikan atau
mencari gerombolan ikan. Penangkapan dengan payang dapat dilakukan baik dengan perahu layar
maupun dengan kapal motor. Penggunaan tenaga berkisar antara 6 orang untuk payang berukuran kecil dan 16 orang untuk payang besar.
2.4 Analisis Bioekonomi
Menurut Fauzi 2010b, pengelolaan sumberdaya ikan pada mulanya banyak didasarkan pada faktor biologi semata, dengan pendekatan yang disebut
Maximum Sustainable Yield MSY. Inti pendekatan ini adalah bahwa setiap spesies ikan memiliki kemampuan untuk berproduksi melebihi kapasitas produksi
surplus, sehingga apabila surplus ini dipanen secara seimbang tidak lebih dan tidak kurang, maka stok ikan akan mampu bertahan secara berkesinambungan
sustainable. Namun belakangan MSY ini banyak dikritisi karena beberapa kelemahan
mendasar. Conrad dan Clark 1987 dalam Fauzi 2010a menyatakan bahwa: 1.
Tidak bersifat stabil, karena, perkiraan stok yang meleset sedikit saja bisa mengarah ke pengurasan stok stock depletion.
2. Didasarkan pada konsep steady state keseimbangan semata, sehingga tidak
berlaku pada kondisi nonsteady state. 3.
Tidak memperhitungkan nilai ekonomis apabila stok ikan tidak dipanen imputed value.
4. Mengabaikan aspek interdependensi dari sumberdaya.
5. Sulit diterapkan pada kondisi di mana perikanan memiliki ciri ragam jenis
multi species. Kelemahan-kelemahan
tersebut mendorong
Gordon untuk
mengembangkan aspek ekonomi dalam pengelolaan perikanan dengan berbasis pada model biologi Schaefer Fauzi 2010a. Gabungan kedua sapek tersebut
dalam bioekonomi dikenal dengan model Gordon-Schaefer. Dalam Fauzi 2010a model Gordon-Schaefer didasarkan pada beberapa asumsi mendasar yakni:
1. Harga per satuan output p Rpkg diasumsikan konstan atau kurva
permintaan yang elastis sempurna. 2.
Biaya per satuan upaya c dianggap konstan. 3.
Spesies sumberdaya ikan bersifat tunggal single species. 4.
Struktur pasar bersifat kompetitif. 5.
Nelayan dalah price taker tidak bisa menentukan harga. 6.
Hanya faktor penangkapan yang diperhitungkan tidak memperhitungkan faktor pasca panen dan lain sebagainya.
2.5 Tangkap Lebih Overfishing
Tangkap lebih atau yang lebih sering dikenal dengan istilah overfishing merupakan masalah yang sering terjadi dalam pengelolaan perikanan. Overfishing
pada hakikatnya adalah penangkapan ikan yang melebihi kapasitas stok sumberdaya, sehingga kemampuan stok untuk memproduksi pada tingkat MSY
menurun Fauzi 2010a. Overfishing dibagi menjadi dua, yaitu overfishing secara biologi biological overfishing dan overfishing secara ekonomi economic
overfishing. Biological overfishing terjadi manakala tingkat penangkapan ikan sudah
melebihi batas kemampuan lestari dari sumberdaya ikan. Jadi, apabila kondisi pengelolaan perikanan yang seperti ini tidak ditangani maka akan berdampak pada
menurunnya stok sumberdaya ikan di laut yang juga akan berdampak pada menurunnya produksi ikan.
Economic overfishing pada hakikatnya adalah situasi di mana perikanan yang semestinya mampu menghasilkan rente ekonomi yang positif, namun
ternyata menghasilkan rente ekonomi yang nihil oleh karena pemanfaatan input effort yang berlebihan Fauzi 2010a. Kondisi ini menyebabkan nelayan maupun
masyarakat secara umum tidak memperoleh manfaat dari sumberdaya ikan yang semestinya dapat dinikmati jika sumberdaya dikelola dengan baik.
2.6 Penelitian Terdahulu
Studi penelitian terdahulu dilakukan untuk mengetahui penelitian dalam bidang yang sama dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan penilitian. Karena
penelitian ini berfokus pada perikanan tangkap yang di analisis dengan menggunakan analisis bioekonomi, maka penelitian terdahulu ini mengacu pada
hal tersebut. Fetriani 2001 melakukan penelitian dengan judul Analisis Bioekonomi
Model Gordon-Schaefer Untuk Pengusahaan Sumberdaya Ikan Layang di Perairan Utara Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
pengusahaan aktual sumberdaya ikan layang dan menentukan tingkat optimum pengusahaan sumberdaya ikan layang di Perairan Utara Jawa berdasarkan aspek
biologi dan ekonomi dengan menggunakan model bioekonomi Gordon-Schaefer. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengusahaan ikan layang di Perairan Utara
Jawa telah mengalami biological overfishing dan economic overfishing. Tingkat pengusahaan sumberdaya perikanan layang di Perairan Utara Jawa yang optimal
adalah sebesar 15 267 ton per hari per tahun dengan upaya penangkapan 20 856 hari per tahun yang merupakan kumulatif dari rata-rata dayfish per kapal.
Fauzi et al. 2003 melakukan analisis bioekonomi terhadap perikanan demersal yang didaratkan di Pelabuhan Pendaratan Ikan PPI Muara Angke dan
sekaligus melakukan
analisis penerapan
user fee terhadap kegiatan
pemanfaatannya. Penelitian ini melakukan analisis terhadap aspek biologi dan ekonominya dengan model bioekonomi Gordon-Schaefer. Aspek biologi dari
pemanfaatan sumberdaya perikanan demersal di Perairan Utara Jawa, baik secara single species maupun multi species secara umum sudah mencapai 78 dari