produksi, maka fungsi produksi perikanan selar kuning di Perairan Kepulauan Seribu berdasarkan data asli dapat dituliskan menjadi h = 1.615300226E
0.002575425E
2
dan berdasarkan data terkoreksi dapat dituliskan menjadi h = 1.572920213E
0.002348519E
2
.
6.2 Aspek Ekonomi Pengusahaan Sumberdaya Ikan Selar Kuning 6.2.1 Estimasi Biaya
Biaya merupakan salah satu parameter ekonomi yang dikaji dalam analisis bioekonomi perikanan selar kuning ini. Karena kegiatan penangkapan selar
kuning di lokasi penelitian bersifat one day fishing, maka biaya yang dikaji dalam penilitian ini merupakan biaya operasional penangkapan per hari dan diasumsikan
konstan. Data biaya diperoleh dari data primer, yaitu dengan cara mewawancarai nelayan responden di lokasi penelitian.
Biaya operasional penangkapan per hari dalam penelitian ini meliputi biaya bahan bakar solar dan perbekalan melaut Lampiran 6. Biaya bahan bakar
solar per liter di Pulau Sebira adalah Rp 8 500liter. Hal ini dikarenakan lokasi Pulau Sebira yang jauh dari pusat kota, sehingga membutuhkan biaya transportasi
untuk mengangkut bahan bakar solar yang lebih besar. Rata-rata biaya nominal per trip yang diperoleh dari data primer, dengan asumsi aktivitas nelayan di lokasi
penelitian yang efektif untuk menangkap ikan selar kuning adalah sembilan bulan dan dalam satu bulan hari yang efektif untuk menangkap selar kuning
diasumsikan 26 hari, adalah sebesar Rp 374 285.71. Nilai biaya tersebut disesuaikan dengan Indeks Harga Konsumen IHK ikan segar yang berlaku di
Provinsi DKI Jakarta dengan tahun dasar 2012 BPS Provinsi DKI Jakarta 2014, sehingga diperoleh nilai biaya riil penangkapan ikan selar kuning per trip sebesar
Rp 421 783.63trip.
Tabel 5 Estimasi biaya penangkapan per trip ikan selar kuning
Tahun Biaya Nominal Rp
IHK Biaya Riil Rp
2007 374 285.71
68.29 548 082.75
2008 374 285.71
77.40 483 573.27
2009 374 285.71
92.61 404 152.59
2010 374 285.71
91.62 408 519.66
2011 374 285.71
95.12 393 487.92
2012 374 285.71
100.00 374 285.71
2013 374 285.71
109.96 340 383.51
Sumber: Hasil penelitian 2014
6.2.2 Estimasi Harga
Estimasi harga ikan selar kuning dalam penelitian ini diperoleh dari harga nominal per ton per tahun yang disesuaikan dengan IHK ikan segar yang berlaku
di Provinsi DKI Jakarta dengan tahun dasar 2012 BPS Provinsi DKI Jakarta 2014. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan harga riil dari ikan selar kuning.
Harga nominal yang digunakan adalah harga nominal pada tahun 2007-2013. Rata-rata harga riil ikan selar kuning yang diperoleh adalah sebesar Rp 4 882
265.12ton. Harga riil tersebut yang akan digunakan dalam perhitungan analisis bioekonomi.
Tabel 6 Estimasi harga ikan selar kuning
Tahun Harga Nominal Rpton
IHK Harga Riil Rpton
2007 5 030 200.12
68.29 7 365 939.55
2008 2 656 764.71
77.40 3 432 512.54
2009 2 496 843.50
92.61 2 696 084.12
2010 5 002 891.00
91.62 5 460 479.15
2011 4 878 900.49
95.12 5 129 205.73
2012 6 408 063.73
100.00 6 408 063.73
2013 4 050 454.69
109.96 3 683 571.02
Sumber: Hasil penelitian 2014
6.3 Analisis Bioekonomi Perikanan Selar Kuning
Analisis bioekonomi dilakukan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan selar kuning yang optimal. Analisis bioekonomi menjadikan
aspek ekonomi tidak hanya menjadi fokus utama, tetapi aspek biologi pun
diperhitungkan. Aspek ekonomi dapat menjadikan hasil analisis ini mudah dipahami oleh nelayan karena hasilnya menyajikan tingkat optimal manfaat atau
keuntungan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang diterima oleh nelayan Sobari et al. 2009. Kondisi ini dapat menjadikan pemanfaatan sumberdaya
perikanan, khususnya perikanan selar kuning di Perairan Kepulauan Seribu termasuk di dalamnya Perairan Pulau Sebira, dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan. Pendapatan nasional per kapita yang selalu meningkat setiap tahunnya
BPS 2014 berpengaruh pada meningkatnya konsumsi ikan per kapita nasional KKP 2013b. Kondisi ini dapat menggambarkan bahwa tingkat permintaan ikan
juga meningkat. Meningkatnya permintaan ikan untuk dikonsumsi dapat berakibat pada peningkatan jumlah produksi ikan. Apabila produksi ikan meningkat,
khususnya produk perikanan tangkap, maka akan berdampak pada kelestarian sumberdaya ikan di alam dan peningkatan upaya penangkapan. Kondisi
sumberdaya ikan dapat terancam habis apabila upaya penangkapan yang dilakukan semakin meningkat tanpa memperhitungkan kelestarian dari
sumberdaya ikan. Selain itu, peningkatan upaya penangkapan ikan juga berdampak pada peningkatan biaya untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan
dan ramainya kegiatan penangkapan ikan di perairan overfishing yang belum tentu dapat meningkatkan jumlah keuntungan. Oleh karena itu, sangat penting
dilakukannya analisis bioekonomi perikanan, yang dalam penelitian ini akan menganalisis mengenai kondisi pemanfaatan sumberdaya ikan selar kuning yang
di Perairan Kepulauan Seribu. Analisis bioekonomi membagi perikanan menjadi tiga rezim, yaitu
Maximum Sustainble Yield MSY, Maximum Economic Yield MEY, dan Open Access OA. Rezim MSY dapat menyajikan tingkat pemanfaatan lestari
sumberdaya ikan selar kuning berikut jumlah upaya yang sebaiknya dilakukan agar tetap dapat menjaga kelestarian sumberdaya dan keuntungan yang akan
diperoleh. Analisis bioekonomi dalam rezim MEY dapat menyajikan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan selar kuning yang dapat menghasilkan keuntungan
rente ekonomi yang maksimum. Keuntungan maksimum ini dapat dihasilkan dengan tingkat upaya penangkapan yang lebih kecil dari tingkat upaya
penangkapan pada rezim MSY karena selisish antara penerimaan dan biaya menghasilkan nilai yang paling besar. Pada rezim OA tingkat upaya sudah
melebihi titik keseimbangan MSY. Hal ini dapat terjadi karena rente ekonomi yang positif menarik minat para nelayan untuk menambah input kegiatan
perikanan sehingga secara agregat input Effort akan bertambah Fauzi 2010a. Penambahan input yang melebihi titik keseimbangan pada OA akan menghasilkan
rente ekonomi yang negatif. Karena anailisis bieokonomi perikanan selar kuning di Perairan Kepulauan Seribu dalam penelitian ini menggunakan dua kondisi data
data asli dan data terkoreksi, maka hasilnya juga akan disajikan dalam dua kondisi seperti yang dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8.
Tabel 7 Analisis bioekonomi perikanan selar kuning
MEY MSY
OA Aktual
Upaya Unit
296.83 313.60
593.65 396.86
Hasil Tangkapan
ton 252.55
253.28 51.29
168.26 Rente
Ekonomi Rp
1 107 836 870.41 1 104 299 755.93
0.00 654 088 133.67
Sumber: Hasil penelitian 2014
Tabel 8 Analisis bioekonomi perikanan selar kuning terkoreksi
MEY MSY
OA Aktual
Upaya Unit
316.48 334.87
632.96 396.86
Hasil Tangkapan
ton 262.57
263.37 54.68
193.09 Rente
Ekonomi Rp
1 148 455 473.10 1 144 576 614.31
0.00 775 342 675.25
Sumber: Hasil penelitian 2014
Tingkat upaya pada rezim MEY dalam Tabel 7 dan 8 diperoleh dengan menggunakan persamaan 4.12, yaitu berturut-turut sebesar 296 unit dan 316
unit, sedangkan jumlah hasil tangkapannya diperoleh dengan menggunakan persamaan 4.13, yaitu berturut-turut sebesar 252.55 ton dan 262.57 ton.
Kegiatan penangkapan ikan selar kuning yang dikendalikan dalam rezim MEY pada Tabel 7 dan 8 menunjukkan bahwa rente ekonomi yang dihasilkan