kecepatan perjalanan saja, sering terjadi macet berhenti untuk beberapa saat, volume lalu lintas dapat hampir sama dengan kapasitas jalan.
6. Tingkat pelayanan F VC 1 . Tingkat pelayanan ini dapat memberikan
gambaran arus tertahan, kecepatan rendah, sering terjadi kemacetan pada waktu cukup lama dalam keadaan ekstrim kecepatan dapat turun menjadi
0 macet total. Tabel 2.5 Tingkat Pelayanan Jalan Level of Service
No. Tingkat Pelayanan Jalan Keadaan Arus Lalu Lintas VC L.O.S
1. A Arus bebas bergerak 0,6
2. B Arus stabil tidak bebas 0,6 – 0,7
3. C Arus stabil kecepatan terbatas 0,7 – 0,8
4. D Arus mulai tidak stabil 0,8 – 0,9
5. E Arus tidak stabil 0,9 – 1,0
6. F Macet 1
Sumber: Ditjen Bina Marga, 1997
2.10 Persyaratan Teknis Geometrik Jalan
Bagian-bagian jalan terdiri dari: a. Jalur lalu-lintas adalah bagian daerah manfaat jalan yang direncanakan
khusus untuk lintasan kendaraan bermotor beroda empat atau lebih dan biasanya diperkeras.
b. Lajur lalu-lintas adalah bagian dari luar lalu lintas yang memanjang dibatasi oleh marka lajur jalan yang memiliki cukup untuk kendaraan
bermotor sesuai rencana kendaraan rencana.
Universitas Sumatera Utara
c. Bahu jalan adalah bagian dari jalan yang terletak pada tepi kiri atau kanan jalan dan berfungsi sebagai: jalur lalu lintas darurat, tempat berhenti
sementara, ruang bebas samping, penyangga kestabilan badan jalan, jalur sepeda bahu
diperkeras. d. Trotoar bahu jalan adalah bagian jalan atau bahu jalan yang terletak di
tepi kirikanan jalan, berfungsi sebagai jalur pejalan kaki. e. Saluran drainase adalah bagian dari jalan yang terletak di kirikanan jalan
berfungsi sebagai pengeringan jalur jalan. f. Sempadan bangunan adalah bagian ruang sepanjang jalan setengah dari
bagian jalan yang dikuasai oleh pembina jalan diperuntukkan bagi daerah manfaat jalan DAMAJA.
g. Daerah Manfaat Jalan DAMAJA adalah merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar tinggi dan kedalaman ruang batas tertentu.
Ruang tersebut dipertuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman,
timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainnya.
h. Daerah Milik Jalan DAMIJA adalah merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh Pembina
Jalan. DAMIJA ini diperuntukkan bagi daerah manfaat jalan DAMAJA dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu-lintas dikemudian hari
serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan.
Universitas Sumatera Utara
i. Daerah pengawasan jalan DAWASJA adalah merupakan ruang sepanjang jalan di luar daerah milik jalan DAMIJA yang dibatasi oleh
lebar dan tinggi tertentu, dan di peruntukkan bagi pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan, seperti bagian dari jalan pada Gambar
2.11.
Gambar 2.11 Bagian–bagian jalan Sumber: Badan Standarisasi Nasional BSN
Keterangan: a. Jalur lalu lintas
b. lajur lalu lintas c. Bahu jalan
d. Jalur pejalan kaki e. Saluran drainase
f . Sempadan bangunan g. Daerah manfaat jalan damaja
Universitas Sumatera Utara
h. Daerah milik jalan damija i . Daerah pengawasan jalan dawasja
j. Jalur hijau.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KM 34 Tahun 2006, pasal 44 ayat 1, 2, 3 dan 4 tentang Ruang Pengawasan
Jalan sebagai berikut: 1. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik
jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.
2. Ruang pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengamanan
konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan. 3. Ruang pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan
ruang sepanjang jalan diluar ruang milik jalan yang dibatasi oleh lebar oleh lebar dan tinggi tertentu.
4. Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang pengawasan jalan sebagai mana dimaksud pada ayat 1 ditentukan dari tepi badan
jalan paling sedikit dengan ukuran sebagai berikut: a.
Jalan arteri primer 15 limabelas meter, b.
jalan kolektor primer 10 sepuluh meter, c.
jalan lokal primer 7 tujuh meter, d.
jalan lingkungan primer 5 lima meter,
Universitas Sumatera Utara
e. jalan arteri sekunder 15 limabelas meter,
f. jalan kolektor sekunder 5 lima meter,
g. jalan lokal sekunder 3 tiga meter,
h. jalan lingkungan sekunder 2 dua meter; dan
i. jembatan 100 seratus meter kearah hilir dan hulu.
2.11 Analisis Kapasitas Jalan Kota