BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Transportasi Perkotaan
Salah satu indikator kota berkembang adalah tersedianya sistem transportasi yang memadai dalam melayani warga kota, dikarenakan lalu lintas dan angkutan
menjadi semakin vital peranannya sejalan dengan peningkatan ekonomi dan mobilitas masyarakat. Namun seiring dengan kenyamanan teknologi dan pertumbuhan
penduduk sistem transportasi akan menjadi salah satu sumber masalah yang dari hari kehari semakin bermasalah.
Masalah transportasi muncul disebabkan oleh tidak seimbangnya pertambahan jaringan jalan dengan kapasitas jumlah lalu lintas, bila dibandingkan dengan
pertumbuhan jumlah penduduk dan jumlah kendaraan. Rata-rata jaringan jalan dikota besar Indonesia umumnya, kurang dari 4 dari total wilayah kota. Pertambahan
jumlah kendaraan berkisar antara 8 – 12 per-tahun, sedangkan pertambahan panjang jalan berkisar antara 2 – 5 per-tahun. Hal ini dibuktikan bahwa panjang
jalan perkapita masih tergolong rendah yaitu berkisar 0,7 meter hingga 1,2 meter kapita.
Kota Medan sebagai kota berkembang menuju kota metropolitan perlu upaya untuk meningkatkan pelayanan, salah satu misalnya adalah pelayanan jalan. Sesuai
dengan visi dan misi Kota Medan pembangunan akan terus berkembang secara
Universitas Sumatera Utara
dinamis dengan adanya pengaruh positif dan negatif untuk dapat beradaptasi terhadap pembaharuan dan dengan segala konsekwensinya dalam mengwujudkan
pembangunan masyarakat nasional aman, nyaman, inovatif variabel-variabel yang berpengaruh positif dan negatif tersebut sangat banyak dan kompleks. Beberapa
variabel yang penting untuk diperhatikan adalah pertimbangan terhadap peranan masyarakat dalam informasi. Peran dari partisipasi masyarakat dan peran dari
teknologi dapat merupakan sinergi yang sempurna Soehodho, 2000. Masalah kinerja ruas jalan yang dihadapi oleh kota menengah dan kota besar tetapi juga
terhadap kota kecil terutama yang memiliki volume kendaraan yang tinggi. Ditinjau dari peranan transportasi kota, maka kualitas variabel-variabel yang
berhubungan dengan efisiensi adalah kecepatan, keamanan, kapasitas frekwensi, keteraturan, keterpaduan, kenyamanan, jaminan pengamanan resiko yang mungkin
timbul dan biaya yang dapat diterima Schumer Leslie-A 1974. Variabel-variabel yang berhubungan dengan kinerja ruas jalan yaitu kapasitas, derajat kejenuhan,
kecepatan tempuh dan hambatan samping. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 MKJI, 1997, jalan
perkotaan merupakan segmen jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi
jalan, apakah berupa perkembangan lahan atau bukan. Termasuk jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk lebih dari 100.000, maupun jalan didaerah
perkotaan dengan penduduk kurang dari 100.000 dengan perkembangan samping jalan yang permanen dan menerus.
Universitas Sumatera Utara
Type jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut: 1. 2 - lajur 1 -arah 21.
2. 2 - lajur 2 - arah tidak terbagi tanpa median 22 UD. 3. 4 - lajur 2 – arah tak terbagi tanpa median 42 UD.
4. 4 - lajur 2 – arah terbagi 42 D. 5. 6 - lajur 2 –arah terbagi 62 D.
Jalan perkotaan dan jalan luar kota adalah jalan bersinyal yang menyediakan pelayanan lalulintas sebagai fungsi utama, dan juga menyediakan akses untuk
memindahkan barang sebagai fungsi pelengkap. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 131980 yang dimaksud
dengan: 1. Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun,
meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan yang diperuntukkan bagi lalu lintas.
2. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. 3. Jalan khusus adalah jalan selain dari pada yang termasuk jalan umum.
4. Bangunan pelengkap adalah meliputi jembatan, ponton, dan
ataupelayanan, lintas bawah, tempat parker, gorong-gorong, tembok penahan dan selokan samping yang dibangun dengan persyaratan teknik.
5. Pelengkap jalan adalah rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan yang mempunyai fungsi sebagai sarana untuk mengatur kelancaran keamanan
dan ketertiban lalu lintas.
Universitas Sumatera Utara
6. Pembinaan jalan adalah kegiatan penanganan jaringan jalan yang meliputi penentuan sasaran dan perwujudan sasaran.
Selanjutnya Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor. 141992 dijelaskan bahwa beberapa defenisi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Jalan adalah jalan yang diperuntukkan untuk lalu lintas umum. 2. Lalu lintas adalah lajur gerakan kendaraan, orang dan hewan di jalan raya.
3. Angkutan adalah pemindahan orang dan atau barang dari satu tempat lain dengan menggunakan kendaraan.
4. Jaringan transportasi jalan adalah serangkaian simpul dan atau ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk
suatu kesatuan sistem jaringan untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.
5. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan untuk memuat dan untuk membongkar serta menurunkan orangbarang serta
mengatur kedatangan dan pemberangkatan umum yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi.
6. Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan terdiri dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor.
7. Kendaraan tidak bermotor adalah kendaraan yang digerakan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu.
8. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan bayaran.
Universitas Sumatera Utara
9. Penanganan jalan adalah setiap orang dan atau badan hukum yang meng gunakan jasa angkutan baik angkutan orang maupun barang.
Selanjutnya jalan menurut Undang-undang Nomor. 131980 juga dijelaskan fungsi jalan adalah sebagai berikut:
1. Jalan mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan serta dipergunakan untuk sebesar
− besarnya untuk kemakmuran rakyat.
2. Jalan mempunyai peranan untuk pendorong pengembangan semua satuan wilayah pengembangan untuk mencapai tingkat perkembangan antar
daerah yang semakin merata. 3. Jalan merupakan suatu sistem jaringan yang mengikat dan
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanan dalam suatu hubungan hirarki.
4. Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah ditingkat
nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota.
5. Sistem jaringan sekunder adalah sistem peranan jaringan jalan dengan distribusi masyarakat dalam kota.
6. Sistem jaringan primer disusun mengikuti ketentuan penyatuan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional yang meng-
hubungkan simpul-simpul jasa distribusi sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Dalam satu satuan wilayah pengembangan menghubungkan secara menerus kota jenjang kesatu, kota jenjang kedua kota jenjang ketiga
dan jenjang dibawahnya sampai ke persil. b. Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota kesatu antar satuan
wilayah pengembangan. 7. Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti pengaturan tata ruang
kota yang menghubungkan kawasan mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, dan seterusnya sampai
keperumahan. Jalan arteri primer adalah merupakan jalan yang berfungsi sebagai penghubung antara kota jenjang kesatu yang terletak
berdampingan dan menghubungkan kejenjang kesatu dengan kota yang lainnya, selanjutnya diperjelas dengan peraturan seperti dalam uraian
dibawah ini. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 261992 tentang jalan bahwa jalan dapat dibagi atas:
1. Jalan arteri primer dengan kriteria jalan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Jalan arteri primer mempunyai kecepatan rencana paling rendah 60 kmjam dengan lebar jalan tidak kurang dari 8 meter.
b. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang paling besar dari volume lalu lintas rata-rata.
c. Pada arteri primer untuk lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas dan kegiatan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
d. Jumlah jalan masuk kejalan arteri primer dibatasi sehingga arus lalu lintas pada ruas tersebut tidak terganggu dari kecepatan
rencana jalan. e. Persimpangan pada jalan arteri primer perlu pengaturan tertentu
untuk dapat terpenuhinya kecepatan dan kinerja ruas jalan. f.
Jalan arteri primer tidak boleh terputus walaupun melalui kota. 2. Jalan Kolektor Primer dengan kriteria jalan tersebut adalah sebagai
berikut: a. Jalan kolektor primer mempunyai kecepatan rencana paling
rendah 40 kmjam dengan lebar jalan tidak kurang dari 7 meter. b. Mempunyai kapasitas yang besar atau yang sama besar dari
volume lalu lintas rata-rata. c. jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga
ketentuan kapasitas dan kinerja ruas jalan dapat dicapai. 3. Jalan primer dengan kriteria jalan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai kecepatan rencana paling rendah 20 kmjam dan dengan lebar jalan tidak kurang dari 6 meter.
b. Tidak terputus walaupun memasuki jalan desa. 4. Jalan arteri sekunder dengan kriteria jalan tersebut adalah sebagai
berikut: a. Jalan arteri sekunder mempunyai kecepatan rencana paling
rendah 30 kmjam dengan lebar jalan tidak kurang dari 8 meter.
Universitas Sumatera Utara
b. Mempunyai kapasitas yang besar atau yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
c. Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat. d. Persimpangan dengan pengaturan tertentu harus dapat
memenuhi kapasitas dan kinerja ruas jalan sesuai dengan rencana.
5. Jalan Kolektor Sekunder dengan kriteria jalan tersebut adalah sebagai berikut:
Kecepatan rencana paling rendah 20 kmjam dan mempunyai lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
6. Jalan sekunder dengan kriteria jalan tersebut sebagai berikut: a. Mempunyai kecepatan rencana paling rendah 10 kmjam dan
dengan lebar jalan tidak kurang dari 5 meter.
b. Persyaratan teknis jalan sekunder sebagai dimaksud dalam tercapainya kecepatan rencana diperuntukkan untuk roda 3
atau lebih. c. Yang tidak diperuntukkan untuk kendaraan bermotor beroda 3
atau lebih harus mempunyai lebar jalan tidak kurang dari 3,5 meter.
Pembebasan lalu lintas jarak jauh dari gangguan lalu lintas dan ulang alik dilakukan dengan sebagai berikut:
1. Pengaturan lalu lintas dapat dilakukan dengan antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a. Penguranganpembatasan hubungan langsung lebar jalan arteri primer.
b. Penambahan jalur lambat. c. Penyediaan jembatan penyeberangan.
d. Pemisahan oleh marka atau rambu jalan. e. Pengurangan atau pembatasan waktu parkir.
2. Yang dimaksud dengan kecepatan rencana adalah kecepatan kendaraan yang dicapai bila berjalan tanpa gangguan dan aman, jalan
dengan kecepatan rencana paling rendah 60 kmjam, adalah jalan yang didesain dengan persyaratan-persyaratan geometric yang
diperhitungkan terhadap kecepatan minimum 60 kmjam dengan aman.
3. Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu penampang tertentu pada suatu ruas jalan tertentu dalam satuan
waktu tertentu pula. Volume lalu lintas rata-rata adalah jumlah kendaraan rata-rata yang dihitung menurut satuan waktu tertentu.
4. Kapasitas jalan adalah jumlah maksimum kendaraan yang dapat melewati su
atu penampang tertentu pada ruas jalan tertentu dalam satuan wakt
u
tertentu pada keadaan jalan dan lalu lintas dengan tingkat kepadatan yang ditetapkan.
5. Kapasitas lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata adalah kepadatan lalu lintas yang tidak menimbulkan, keterlambatan,
Universitas Sumatera Utara
gangguan atau pembatasan dari kebebasan pergerakan pengemudi pada kendaraan lalu lintas dengan tingkat kepadatan yang telah
ditetapkan. 2.1.1 Prasarana transportasi
Jaringan jalan merupakan prasarana transportasi yang mempunyai daya rangsang terhadap pertumbuhan kawasan sekitarnya. Tidak seimbangnya penyediaan
jaringan jalan terhadap jumlah pertambahan kebutuhan ruang jalan merupakan gambaran permasalahan yang besar akan timpangnya sistem sediaan supplay
dengan sistem permintaan demand. Transportasi selalu dikaitkan dengan tujuan misalnya perjalanan dari rumah ke tempat bekerja, ke pasar, tempat rekreasi dan dari
sentral ke daerah distribusi.
Kusumantoro 1994 menyatakan bahwa untuk menghindari masalah penyediaan sarana dan prasarana transportasi di Jerman di lakukan dengan
meningkatkan kapasitas jalan melalui manajemen lalu lintas serta memanfaatkan angkutan umum masal. Angkutan masal ini berupa moda yang mampu memberikan
kapasitas yang besar bagi pengguna angkutan umum. Jaringan transportasi dapat dipergunakan untuk mengendalikan pertumbuhan dan menentukan arah
pembangunan dan mengatur konsentrasi kegiatan dan bangunan fisik pada tempat sehingga tidak melebihi kapasitas utilitas yang ada Branch, 1995.
Beberapa tolak ukur dalam pembagian sub ruas jalan yakni, 1 factor fisik jalan terdiri dari lebar tiap-tiap jalur jalan, jumlah jalur jalan pada suatu ruas jalan,
Universitas Sumatera Utara
kebebasan jalan terhadap pengaruh gangguan tepi jalan lateral clearance, kelandaian jalan dan lebar bahu jalan dan 2 Faktor lalu lintas meliputi komposisi kenderaan dan
variasi volume lalu lintas Riyadi, 1994. Kondisi fasilitas jalan akan menyebabkan tingkat kepadatan lalu lintas yakni
jumlah kendaraan rata-rata dalam ruang, satuan kepadatan adalah kendaraan rata-rata per kilometer per jam. Seperti halnya volume lalu lintas, kepadatan lalu lintas adalah
untuk mengatakan pentingnya ruas jalan tersebut dalam mengalirkan lalu lintas. Beberapa hal yang dapat dilakukan sehubungan dengan peningkatan kapasitas
transportasi adalah: a. Pembangunan jalan baru, baik kolektor maupun arteri, seperti jalan
bebas hambatan, jalan lingkar outer ring road, pembangunan jalan penghubung baru arteri yang menghubungkan dua zona yang sangat
padat. b. Peningkatan kapasitas prasarana jaringan jalan seperti pelebaran dan
perbaikan geometric persimpangan, pembuatan persimpangan tidak sebidang untuk mengurangi conpflict point, pembangunan jalan-jalan
terobosan dari untuk melengkapi sistem jaringan jalan yang sudah ada missing link dan pembenahan sistem hirarki jalan dan pembuatan
penyeberangan jalan untuk pejalan kaki Tamin, 1993. Selanjutnya dalam Tamin 2000 menjelaskan bahwa adanya tumpang tindih
pengeoperasian bus besar, bus kecil, mobil pribadi dan jenis kendaraan dan jenis kendaraan lainnya sehingga hirarki dan fungsi jalan tidak digunakan sesuai ketetapan.
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan yang perlu di lakukan dalam menata rute angkutan umum dengan pertimbangan: Bus besar beroperasi pada jaringan jalan arteri, bus sedang di jalan
kolektor dan bus kecil beroperasi di jalan. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1993
tentang prasarana transportasi, yang dimaksud dengan: 1. Jalur adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan,
2. Lajur adalah bagian jalur yang memanjang, dengan atau tanpa marka jalan, yang memiliki lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang
berjalan, selain sepeda motor, 3. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakan oleh peralatan
teknik yang berada pada kendaraan itu, 4. Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua atau tiga tanpa
rumah-rumah, baik dengan atau tanpa kereta samping, 5. Kendaraan tidak bermotor adalah kendaraan yang digerakan oleh tenaga
orang atau hewan, 6. Persimpangan adalah pertemuan atau percabangan jalan, baik sebidang
maupun tidak sebidang, 7. Berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan untuk sementara
dan pengemudi tidak meninggalkan kendaraannya, 8. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara, 9. Pemakai jalan adalah pengemudi kendaraan danatau pejalan kaki,
Universitas Sumatera Utara
10. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor atau orang yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang
belajar mengemudikan kendaraan bermotor, 11. Hak utama adalah hak untuk didahulukan sewaktu menggunakan jalan,
12. Mentri adalah mentri yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan jalan.
2.1.2 Sistem transportasi perkotaan Transportasi perkotaan secara umum berfungsi untuk menghubungkan suatu
daerah asal dengan daerah tujuan sebagai tempat kerja, sekolah dan lain-lain, selain itu sebagai dasar dalam melayani setiap kegiatan dan aktivitas perjalanan orang,
barang dan jasa Lync, 1983. Permintaan akan jasa jalan timbul akibat adanya permintaan akan berbagai kegiatan sosial, ekonomi.
Untuk analisis jalan secara keseluruhan, yang harus diperhatikan adalah bahwa sistem jalan sarana dan prasarana tidak dapat dipisahkan dari
pertimbangan sistem sosial, sistem ekonomi dan sistem ekonomi dan sistem politik pada suatu kota. Sistem jalan perkotaan erat pula dengan sistem sosial yang ada
dikota tersebut. Jadi sistem jalan perkotaan akan dapat mempengaruhi perkembangan suatu kota baik kegiatan jasa maupun kegiatan ekonominya Manhein, 1979.
Jaringan jalan merupakan gambaran dari fasilitas jalan yang memiliki kedudukan penting, terutama jika dihubungkan dengan penggunaan lahan akan dapat
membentuk suatu pola tata guna lahan yang pada gilirannya dapat mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
rencana fisik ruang kota, serta peranannya sebagai suatu sistem transportasi yaitu untuk menampung pergerakkan manusia dan kendaraan.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang jalan, jaringan jalan di dalam lingkup sistem kegiatan kota mempunyai peranan untuk mengikat dan
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan, dengan wilayah yang berada dalam pengaruh dalam pelayanannya di dalam suatu hubungan hirarki Undang-Undang
No. 131980, pasal 3 ayat 2. Jika dilihat dari pelayanan jasa persebaran untuk mengembangkan semua wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul jasa
persebaran yang kemudian berwujud kota, membentuk suatu sistem jaringan jalan primer, kedua peranannya sebagai pelayanan jasa persebaran untuk masyarakat di
dalam kota membentuk suatu sistem jaringan jalan sekunder Undang-undang No. 131980 pasal 3 ayat 1-2.
Dari uraian diatas, jelas memberi petunjuk bahwa kegiatan jalan perkotaan tidaklah berdiri sendiri, melainkan terjadi karena adanya unsur pembentuknya.
Perilaku penduduk dan kegiatan sosial ekonomi kota ikut andil di dalam terbentuknya kegiatan jalan perkotaan. Dalam merencanakan jalan perkotaan, penduduk
merupakan pelaku utama yang melakukan gerak dan membangkitkan lalu lintas sesuai dengan kebutuhan penduduk itu masing-masing, dengan kata lain kualitas
penduduk akan turut menentukan kebutuhan gerak yang pada gilirannya dapat tercermin dalam volume lalu lintas. Selain itu, volume lalu lintas dipengaruhi juga
oleh jumlah penduduk yang melakukan gerakperjalanan warpani, 1990.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam melakukan berbagai kegiatan sosial ekonomi, penduduk memerlukan saranaprasarana transportasi untuk mencapai tempat tujuan yang
dikehendaki. Untuk itu di tuntut adanya pelayanan jasa transportasi yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan tersebut, dan disain sistem transportasi perkotaan
haruslah dapat memberikan kemudahan untuk melakukan perjalanan. Suatu sistem transportasi perkotaan disini merupakan suatu hubungan-hubungan links antar
pusat-pusat pengembanganpelayanan wilayah kota-kota secara berjenjang baik keluar maupun ke dalam wilayah yang merupakan komponen dasar dari struktur fisik,
sosial ekonomi dalam suatu wilayah Mayer,1984. Adapun kemudahan dalam melakukan perjalanan dari kegiatan sosial ekonomi tersebut tergantung dari kualitas
pelayanan sistem jalan yang tersedia pada suatu kota Thomson, 1997. Kemudahan kegiatan sosial ekonomi secara fisik dapat dikenali melalui
struktur penggunaan lahan. Setiap kawasan yang dicirikan oleh kegiatan sosial ekonomi relatif besar, akan terlihat oleh kegiatan sosial ekonomi relatif besar, akan
terlihat dari intensitas guna lahan yang tinggi. Struktur guna lahan inilah yang akan memegang peranan penting sebagai faktor penentu keberhasilan penataan sistem
transportasi dan sistem aktifitas serta pengaruhnya terhadap pola pergerakkan lalu lintas regional, dan pengaturan pemamfaatan tata guna lahan perkotaan. Pengaturan
ini akan mempengaruhi pola pergerakkan penduduk dan pola pergerakkan lalu lintas. Hubungan antara sistem aktivitas, sistem transportasi dan pola pergerakkan serta
sistem kelembagaan secara diagramatis dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Universitas Sumatera Utara
Arteri Kolektor Bus
Besar
Bus Sedang
Bus Kecil
Gambar 2.1 Hirarki Fungsi Jalan 2.1.3 Sistem jaringan transportasi perkotaan
Jaringan transportasi di perkotaan terjadi sebagai interaksi antara transportasi, tata guna lahan land use, populasi jumlah penduduk dan kegiatan ekonomi di
suatu wilayah perkotaan urban area. Transportasi sangat berhubungan dengan adanya pembangkitan ekonomi di
suatu daerah perkotaan, guna memacu perekonomian setempat, untuk menciptakan lapangan kerja, dan menggerakkan kembali suatu daerah namun dalam kenyataan,
hubungan tersebut masih tidak jelas. Konsep transportasi adalah adanya pergerakan berupa perjalanan trip dari
asal origin sampai ke tujuan distination. Asal origin dapat berupa rumah home, sehingga perjalanan yang dilakukan disebut home base trip, menuju kepada tujuan
berupa kegiatan yang akan dilakukan, seperti kegiatan sosial sekolah, olah raga, keluarga, dan sebagainya dan kegiatan usaha bekerja, berdagang, dan sebagainya.
Sistem transportasi terdiri atas Sub Sistem Prasarana, Sub Sistem Sarana, Sub Sistem
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan, danSub Sistem Pergerakan travel, movement, trip yang saling berinteraksi membentuk suatu system transportasi, dan dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Sistem transportasi Sub Sistem Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan oleh orang dapat dibedakan dalam dua macam kegiatan pokok, yaitu:
a. Kegiatan usaha, yang merupakan kegiatan harian daily activity, dan dibagi dalam; kegiatan dasar basic activity dan kegiatan jasa service
activity. b. Kegiatan sosial, yang merupakan kegiatan berkala periodic activity.
Dalam pergerakan perjalanan dari asal origin ke tujuan destination terdapat aliran barang low of goods dan aliran jasa flow of service. Aliran barang
umumnya mencakup wilayah regional, sedangkan aliran jasa lebih banyak berlangsung di dalam kota.
A Sub sistem
kegiatan
C Sub sistem
prasarana B
Sub sistem sarana
D Sub sistem
pergerakan
Universitas Sumatera Utara
Sub Sistem Sarana dan Prasarana Sub sistem ini berkaitan dengan pola jaringan network system yang terbagi
dalam: a. Pola konsentrik menuju ke satu titik, dan Pola radial menyebar.
b. Pola linier contoh: Ribbon Development. c. Pola gridkotak grid iron.
Perkembangan sub sistem ini bisa cepat, sedang, lambat, atau stagnan tetapi, tidak berubah, tergantung pada kecepatan pertumbuhan rate of growth dan tingkat
pengembangan level of development dari daerah yang bersangkutan antara lain: kawasan tertinggal, kawasan yang cepat bertumbuh, dan sebagainya.
Sub Sistem Pergerakan Terbagi dalam skala nasional, regional dan pada skala nasional diatur dalam
kebijakan Sistranas Sistem Transportasi Nasional dengan Rencana Induk Perhubungan sebagai masterplan. Di dalam sistrans sebagai kebijakan umum,
terdapat Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Pada skala regional diatur dalam sistem dan strategi transportasi regional, dan rencana umum jaringan transportasi
jalan. Selanjutnya skala diatur menurut Sistem dan Strategi Transportasi Perkotaan Urban Transportasi Policy.
Sasaran Sub Sistem Pergerakan: cepat fast, murah cheap, amanselamat safe, nyaman comfort, lancar, handal reliable, tepat guna efektif, berdaya
guna efisien, terpadu intergrated, menyeluruh holistic, menerus continue, berkelanjutan sustainable, dan berkesenambungan, sedangkan proses dari Sub
Universitas Sumatera Utara
Sistem Pergerakan dapat dokategorikan dalam; sangat cepat, cepat, sedang, lambat, terisolasi ini
melahirkan angkutan-angkutan
perintis.
2.2 Hubungan Transportasi dan Tata Guna lahan