101
bagian dari orang-orang yang disupervisi oleh kepala ruangan, menginginkan kepala ruangan saat ini tetap menjadi atasan. Kepuasan terhadap keragaman tugas
mengacu kepada kepala ruangan yang memiliki inovasi baru, menyenangi tugas- tugas yang diberikan kepala ruangan, melakukan bermacam tugas yang diberikan,
tertantang melakukan pekerjaan yang sebelumnya belum pernah dikerjakan. Kepuasan terhadap otonomi dalam pekerjaan mengacu kepada kesenangan
terhadap pekerjaan, kewenangan dalam mengerjakan tugas sesuai kompetensi, senang dengan kepercayaan yang diberikan atasan, diberi kesempatan
memutuskan tindakan. Kepuasan terhadap kompensasi mengacu kepada gaji, tunjangan, insentif, dan semangat kerja ketika mendapatkan kritikan. Kepuasan
dengan rekan kerja mengacu kepada senang bekerja dengan rekan dalam satu ruangan, dengan perawat dari ruangan lain, saling memberikan masukan, dan
saling memberikan dukungan ketika ada masalah. Dengan masih ditemukannya 44,1 perawat yang merasa tidak puas dalam pekerjaan akan berpengaruh
terhadap kualitas dan kuantitas kerjanya dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa kepada pasien. Untuk memberikan layanan yang optimal, dalam diri perawat
harus timbul kepuasan kerja dahulu sehingga dengan adanya kepuasan dalam bekerja diharapkan mampu memberikan kepuasan kepada pasien.
5.2. Hubungan Supervisi Klinis Dengan Kepuasan Kerja Perawat
5.2.1. Hubungan Fungsi Suportif Dengan Kepuasan Kerja Perawat
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa fungsi suportif supervisi klinis berhubungan signifikan
dengan kepuasan kerja perawat p=0,004 0,05; ExpB=9,443. Responden
Universitas Sumatera Utara
102
yang mengatakan fungsi suportif supervisi klinis buruk mayoritas tingkat kepuasan kerja perawat kategori tidak puas. Sebaliknya responden yang
mengatakan fungsi suportif supervisi klinis baik mayoritas tingkat kepuasan kerja perawat kategori puas.
Supervisi adalah tindakan observasional personal sesuai dengan fungsi dan aktifitasnya, menjalankan kepemimpinan dalam proses asuhan keperawatan
Huber, 2006. Supervisi adalah proses yang memacu anggota unit kerja untuk berkontribusi secara positif agar tujuan organisasi tercapai Yaslis, 2003.
Menurut Swansburg Swansburg 1999, supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk menyelesaikan tugas-tugas keperawatan.
Dalam melakukan supervisi, kepala ruangan bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang
perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak
langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan metode
TIM, maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing Suarli dan Bahtiar, 2009.
Menurut Supratman 2008 kegiatan suportif supervisi klinis dilakukan dengan cara: melatih perawat ‘menggali’ emosi ketika bekerja contoh: meredam
konflik antar perawat, job enrichment agar mengurangi burn out selama bertugas. Supervisi sangat penting untuk memastikan kualitas pelayanan yang baik.
Supervisi yang suportif, mendidik dan tatap muka akan lebih efektif dan lebih
Universitas Sumatera Utara
103
baik diterima oleh pihak yang disupervisi daripada inspeksi mendadak dan hukuman
Penelitian yang dilakukan oleh Brunero Parbury 2005 tentang efektivitas supervisi klinik menunjukkan bahwa fungsi suportif yang dilakukan
supervisor akan meningkatkan kemampuan perawat dalam mengatasi konflik baik dengan rekan kerja maupun dengan pasien. Fungsi manajerial akan meningkatkan
rasa tanggung jawab perawat pada praktik keperawatan profesional Supratman Sudaryanto, 2008.
Berdasarkan hasil jawaban responden pada pernyataan tentang fungsi suportif bahwa pernyataan yang paling banyak dijawab ‘tidak’ yaitu pernyataan
nomor 5, kepala ruangan mencari solusi untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan pada saat merawat pasien 76,3. Pernyataan yang paling banyak
dijawab ‘ya’ yaitu pernyataan nomor 7, kepala ruangan menerima masukan- masukan dari perawat pelaksana di ruangan 89,8. Kepala ruangan memberikan
penguatan reinforcement pada perawat yang mempunyai masalah dalam pekerjaan 86,4.
Dalam penelitian ini jumlah perawat yang menyatakan bahwa fungsi suportif supervisi klinis kepala ruangan buruk masih tinggi yaitu 40,7,
sedangkan yang menyatakan baik 59,3. Kecenderungan jawaban responden khususnya yang mengarah kepada hal-hal negatif dapat dijadikan masukan bagi
kepala ruangan dan pihak rumah sakit jiwa untuk melakukan perbaikan sehubungan dengan masalah supervisi klinis. Kepala ruangan dapat menjadikan
informasi tersebut sebagai introspeksi diri agar memberikan penilaian yang
Universitas Sumatera Utara
104
objektif dan adil kepada seluruh perawat pelaksana sehingga timbul kepuasan kerja pada dalam diri perawat.
5.2.2. Hubungan Fungsi Manajerial Dengan Kepuasan Kerja Perawat