Faktor – Faktor Stres Kerja

2. Ketidakpastian politik ; misalnya sering terjadi kerusuhan, perpecahan suku bangsa, dan situasi pemerintahan yang tidak jelas. 3. Ketidakpastian teknologi ; dapat berupa kemajuan teknologi yang sangat pesat yang muncul dengan berbagai inovasi baru, teknologi komputer, dan otomatisasi yang menyebabkan karyawan dituntut lebih terampil dan berpengalaman. b. Faktor Organisasional 1. Kondisi intrinsik tugas; tuntutan tugas, karakteristik tugas, pelaksanaan tugas, dan hubungan antara satu tugas dengan tugas yang lain. 2. Karakteristik peran; ketidakjelasan peran dan konflik peran. 3. Karakteristik lingkungan sosial; dalam organisasi tugas dan peran antara individu yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Hal ini membentuk pola hubungan interpersonal dalam organisasi. Apabila hubungan interpersonal dalam organisasi tidak terjalin dengan baik akan berpotensi memunculkan stres. 4. Iklim organisasi; budaya organisasi, sistem penggajian, disiplin kerja, struktur organisasi, dan proses pengambilan keputusan. 5. Karakteristik fisik lingkungan kerja; ventilasi, suhu, penerangan, peralatan kerja, tingkat keamanan, dan tugas yang menuntut ketelitian dan kehati – hatian. c. Faktor Individual 1. Kepribadian ; orang yang memiliki tipe kepribadian A dicirikan sebagai individu yang semangat kompetisinya tinggi dan disiplin yang tinggi sehingga cenderung mudah mengalami stres. 2. Persepsi individu ; hal ini menyebabkan perbedaan individu dalam merespon stresor yang dihadapi. 3. Pengalaman kerja ; individu yang sudah memiliki pengalaman kerja yang lama akan lebih tahan terhadap stres karena sudah memiliki bentuk mekanisme pertahanan diri untuk menghadapi stres. 4. Locus of control ; individu yang memiliki locus of control eksternal lebih mudah mengalami stres daripada individu yang memiliki locus of contol internal. Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa tingkat stres kerja pada individu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari: persepsi individu, locus of control, kepribadian, usia, jenis kelamin, dan strategi cooping individu. Sementara faktor eksternal terdiri dari: dukungan sosial, pengalaman kerja, pendidikan, dan hubungan interpersonal. Dalam penelitian ini faktor penyebab stres dilihat dari faktor ekternal khususnya hubungan interpersonal sebagai salah satu faktor penyebab stres. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Indikator Stres Kerja

Indikator stres kerja pada individu dapat dibagi menjadi tiga kategori umum meliputi; gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala prilaku Luthans, 2005; Robbins,2005, yaitu: a. Gejala Fisiologis Gejala fisiologis yaitu dengan munculnya berbagai macam keluhan – keluhan fisik seperti gatal – gatal dikulit, rambut rontok, nyeri lambung, berkeringat, dan tubuh panas dingin. Stres dapat mengakibatkan gangguan metabolisme dalam tubuh, meningkatnya tekanan darah, peningkatan kadar gula darah, meningkatnya laju detak jantung, gangguan pernafasan, menimbulkan serangan sakit kepala, dan bahkan menyebabkan timbulnya serangan jantung. b. Gejala Psikologis Gejala psikologis yang muncul sebagai akibat dari stres antara lain menimbulkan ketegangan, mudah marah, perasaan terbebani, ketidaktenangan, kecemasan, kebosanan, dan suka menunda – nunda pekerjaan. Semua ini dapat mempengaruhi suasana hati dan keadaan emosi lain yang berkaitan erat dengan prestasi kerja, ketidaksukaan pada pengawas, gangguan konsentrasi, dan keputusasaan. c. Gejala Perilaku Gejala prilaku dikaitkan dengan stres mencakup gangguan komunikasi dalam pekerjaan, perubahan dalam produktivitas, absen, tingkat keluarnya karyawan, mudah terkena kecelakaan, perubahan dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kebiasaan makan, meningkatnya kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol, penyalahgunaan obat, bicara cepat, gelisah, dan gangguan tidur. Luthans 2005 menemukan bahwa stres menimbulkan dampak yang kuat pada tindakan – tindakan agresif seperti sabotase, agresi interpersonal, permusuhan dan berbagai macam keluhan. Hal ini berkaitan dengan performansi kerja yang rendah, tingkat harga diri yang rendah, kebencian, dan kemarahan. Menurut Hardjana 1994, gejala stres kerja yang muncul pada individu menyerang segala segi dalam diri individu. Manusia merupakan suatu kesatuan antara jiwa dan badan. Maka gejala stres yang muncul juga menyerang kedua kesatuan dalam diri manusia tersebut. Gejala stres ditemukan dalam segala segi individu yang penting meliputi: fisik, emosi, intelektual, dan interpersonal. Gejala – gejala stres menurut Hardjana 1994 dijelaskan sebagai berikut ; a. Gejala fisik dapat berupa sakit kepala, pusing, tidur tidak teratur, sakit punggung, gangguan pencernaan, gatal – gatal pada kulit, ketegangan otot, tekanan darah tinggi serangan jantung, berubah selera makan, dan terlalu banyak mengeluarkan keringat. b. Gejala emosional yang dirasakan dapat berupa gelisah, cemas, sedih, depresi, berubah – ubah mood, mudah marah, gugup, terlalu peka, dan mudah bermusuhan. c. Gejala intelek dapat dirasakan dari gejala – gejalanya yaitu susah konsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, produktivitas dan prestasi kerja menurun, banyak melakukan kekeliruan dalam bekerja, dan kehilangan rasa humor yang sehat. d. Gejala interpersonal yang dirasakan akan mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Gejala – gejala interpersonal yang dialami adalah kehilangan kepercayaan pada orang lain, mudah mempersalahkan orang lain, mudah membatalkan janji, suka menyerang atau mencari kesalahan orang lain dan bersikap terlalu tertutup pada orang lain. Dari uraian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa indikator stres kerja yang muncul pada individu meliputi antara lain; gejala fisik, gejala psikologis, dan gejala tingkah laku.

5. Stres Kerja Perawat

Perawat adalah seorang yang telah dipersiapkan melalui pendidikan dasar serta diberi wewenang oleh pemerintah untuk memberikan pelayanan perawatan yang bermutu dan bertanggung jawab. Perawat sebagai tokoh utama dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar. Tugas utama perawat adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada orang yang dalam keadaan fisik dan mental yang lemah serta kepada mereka yang membutuhkan.Perawat juga bertugas merawat orang sakit maupun orang sehat dengan penuh kasih sayang yang dilaksanakan secara mandiri atau dibawah pengawasan dokter sehingga orang tersebut dapat mempertahankan kesehatannya. Perawat cenderung memiliki stres kerja yang tinggi hal ini disebabkan oleh tugas keperawatan itu sendiri dan lingkungan kerjanya. Tugas perawat secara umum memberikan pelayanan perawatan kepada pasien. Pusat perhatian perawat saat ini menitikberatkan pada hubungan antara perawat dengan pasien sebagai individu aktif sehingga sangat memperhatikan aspek psikososialnya. Disamping itu, status dan otoritas perawat berkembang tidak hanya menjadi pembantu dokter, tetapi bertanggung jawab untuk mengambil keputusan dalam praktik keperawatan Corbett, dalam Ellis, 1995 Sarafino 1990 menjelaskan bahwa beberapa kondisi menyebabkan pekerjaan perawat menjadi sangat menekan. Kondisi tersebut adalah tanggungjawab atas kehidupan dan kesehatan orang lain, beban kerja yang berat, keharusan untuk berhubungan dengan masalah kehidupan dan kematian, dan gambaran tentang konsekuensi yang berat yang harus ditanggung bila melakukan kesalahan. Menurut Gray-Toff dan Anderson dalam Abraham Charles Shanley E,1997, stres kerja pada perawat dipengaruhi oleh faktor organisasional yang terdiri dari; ketegangan peran, hubungan interpersonal dengan teman sekerja, dengan dokter supervisor, dan dengan pasien, jenis kepemimpinan organisasi, dan tuntutan pekerjaan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI