Indikator Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan

secara spontan dengan memberikan umpan balik terhadap pesan dari orang lain 3. Kesediaan untuk mengungkapkan sikap, perasaan dan pendapat yang dimiliki secara jelas. Keterbukaan dalam hal ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara jelas sikap, perasaan dan pendapat yang dimiliki tentang suatu hal. b. Empati, yaitu merasakan dan memahami dalam cara yang sama dengan apa yang dirasakan oleh orang lain tanpa kehilangan identitas diri. Melalui empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain merasakan. Keakuratan empati meliputi sensitivitas untuk merasakan kejadian – kejadian saat tidak mampu mengerti tanda – tanda yang diucapkan ketika komunikasi berlangsung. c. Dukungan baik yang terucap maupun yang tidak terucapkan seperti senyuman dan anggukan kepala. Menurut Gibb dalam De Vito,1997 menyatakan bahwa dukungan kepada orang lain dalam komunikasi interpersonal dapat dinyatakan melalui sikap ; 1. Deskripsi, jika seseorang dihadapkan pada situasi komunikasi yang deskripsi maka ia akan bebas mengungkapkan sikap, perasaan, dan pikiran. 2. Provisionalism, adalah kemampuan seseorang untuk berfikir secara terbuka, mau menerima pandangan orang lain yang berbeda dengan pandangannya. d. Kepositifan yang terdiri dari 3 aspek, yaitu: 1. Komunikasi interpersonal akan berhasil apabila terdapat perhatian yang positif terhadap diri seseorang. 2. Komunikasi interpersonal akan terpelihara baik bila suatu perasaan positif terhadap orang lain dikomunikasikan. 3. Perasaan positif dalam situasi komunikasi interpersonal sangat bermanfaat untuk pengefektifan kerjasama. f. Kesamaan pribadi bertujuan agar masing – masing pihak yang berkomunikasi merasa dihargai dan dihormati sebagai manusia yang mempunyai sesuatu yang penting untuk dikontribusikan kepada orang lain. Dari uraian tersebut diatas, penulis memilih beberapa indikator ketrampilan komunikasi interpersonal perawat-pasien yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; a. Empati; merasakan dan memahami dengan cara menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang lain. b. Kemampuan untuk mendengarkan; perawat mampu menanggapi dengan tepat dan mampu memdengarkan keluhan – keluhan pasien serta memahami penderitaan pasien. c. Membangun keterbukaan; perawat mampu terlibat dalam perbincangan dengan pasien dan tidak menutup diri dengan memberikan informasi yang menunjang kesembuhan pasien. d. Membangun kepercayaan sehingga dapat membangun kerjasama dan penghargaan positif pada pasien. e. Rendah hati; seorang perawat harus dapat meninggalkan kesan pada orang lain melalui perbuatan dan tindakannya bukan karena ucapan yang memuji dirinya sendiri.

D. Hubungan Antara Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat

Dengan Pasien Dan Stres Kerja Perawat Di Rumah Sakit Perawat sebagai praktisi kesehatan sangat rentan terhadap stres. Hal ini disebabkan oleh banyak sumber stres. Sumber stres perawat bisa berupa beban kerja yang terlalu berat maupun kegagalan perawat dalam melakukan proses penyembuhan dan pelayanan pasien. Perawat cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh tugas keperawatan itu sendiri dan lingkungan kerjanya. Berbagai ketegangan yang terjadi dan dialami dalam lingkungan kerjanya dapat menimbulkan berbagai macam gejala stres, antara lain; tekanan darah naik, kecemasan, ketidakmampuan berkonsentrasi, gangguan prilaku dan lain – lain Robbins,2005. Dalam profesi kesehatan khususnya perawat hal tersebut sangat mengganggu karena tanggungjawab mereka yang sangat besar pada kehidupan pasiennya. Maka stres pada perawat perlu diperhatikan dan dilakukan usaha pencegahan. Robbins 2005 mengungkapkan bahwa faktor organisasional yang mempengaruhi stres kerja antara lain adanya konflik interpersonal. Menurut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gray-Toff dan Anderson dalam Abraham Charles Shanley E,1997, stres kerja pada perawat dipengaruhi oleh faktor organisasional yang terdiri dari; ketegangan peran, hubungan interpersonal dengan teman sekerja, dengan dokter supervisor, dan dengan pasien, jenis kepemimpinan organisasi dan tuntutan pekerjaan. Nampak bahwa hubungan interpersonal atau relasi dengan orang lain yang baik adalah faktor penting yang menyebabkan seseorang supaya tidak mudah mengalami stres. Menurut Johnson dalam Supraktinya, 1995 keefektifan hubungan interpersonal ditentukan oleh ketrampilan individu dalam mengkomunikasikan secara jelas informasi yang ingin disampaikan. Jelas bahwa ketrampilan komunikasi interpersonal adalah faktor penting dalam menjalin hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal yang terjalin dengan baik dapat membentuk citra diri seseorang. Seseorang yang memiliki citra diri positif dapat memahami diri sendiri, baik kelebihan maupun kelemahannya serta memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri sehingga mampu mengatasi masalah. Citra diri positif dapat menumbuhkan keyakinan untuk menyelesaikan segala masalah. Keyakinan tersebut disebut efikasi diri. Efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengorganisasikan dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tipe – tipe performansi yang telah direncanakan Bandura,1986. Menurut Bandura 1986, individu yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung lebih toleran terhadap tekanan atau situasi yang menimbulkan kecemasan atau ketegangan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Perawat adalah tenaga kesehatan yang intens dan lama berinteraksi dengan pasien. Mutu pelayanan di rumah sakit sangat ditentukan oleh kinerja perawat. Suatu hubungan yang harmonis antara perawat dengan pasien sangat dibutuhkan dalam proses penyembuhan dan keselamatan pasien. Oleh karena itu, ketrampilan komunikasi interpersonal antara perawat dengan pasien yang efektif sangat diperlukan untuk menjalin hubungan yang harmonis antara perawat dengan pasiennya dan untuk meminimalkan munculnya stres kerja pada perawat agar tercapai tujuan mutu pelayanan dalam rumah sakit. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang negatif antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dan stres kerja pada perawat. Ketrampilan komunikasi intepersonal perawat yang baik akan meminimalkan resiko stres kerja pada perawat, dan sebaliknya ketrampilan komunikasi interpersonal perawat yang buruk akan menimbulkan stres kerja yang tinggi pada perawat. Hubungan antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dan stres kerja perawat dapat dilihat dengan jelas dalam skema dibawah ini. Skema 2.1 Hubungan antara Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat dan Stres Kerja Perawat PERAWAT TUGAS PERAWAT U Menjalankan pesanan dokter U Menjalankan intervensi keperawatan U Bertanggungjawab terhadap pasien STRESSOR KEPERAWATAN U Beban kerja overload underload U Konflik peran U Kegagalan merawat pasien U Kesulitan merawat pasien kritis Dampak Positif Hubungan Interpersonal • Relasi interaksi yang baik akan berpengaruh pada mood perawat. • Citra diri perawat positif Efikasi diri perawat tinggi : keyakinan perawat atas kemampuannya menanggulangi stressor. • Menpermudah pemecahan masalah : dengan berelasi maka dapat mengatasi konflik bersama. Ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien tinggi Hubungan Interpersonal perawat dengan pasien tinggi STRES KERJA RENDAH