Perumusan Masalah Tujuan Penelitian

48 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi Pedagogik J kelompok dengan pendekatan humanistik.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak: 1. Guru bahasa Indonesia yaitu dalam kerangka memperbaiki metode di dalam proses belajar mengajar sebagai sebuah pedoman untuk perencanaan pembelajaran sastra di dalam kelas, di masa mendatang. Penelitian ini sekaligus juga diharapkan mengatasi kesulitan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang ada selama ini. Dengan kata lain, penelitian ini dapat berguna untuk pembelajaran kemampuan sastra pada umumnya dan khususnya dalam menulis naskah drama di kelas XI SMA Negeri 61 Jakarta Tahun Pelajaran 20122013. 2. Peserta didik yaitu dalam kaitannya untuk membantu mengembangkan kemampuan menulis naskah drama. 3. Sekolah atau institusi terkait dalam merancang dan mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran. 4. Peneliti lainnya sebagai informasi dalam melakukan penelitian lebih jauh dan lebih dalam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Menulis Naskah Drama

Drama adalah salah satu genre sastra yang berada pada dua dunia seni, yaitu seni sastra dan seni pertunjukan atau teater. Orang yang melihat drama sebagai seni sastra menunjukkan perhatiannya pada seni tulis teks drama yang dinamakan juga dengan seni lakon. Teknik penulisan teks drama berbeda dengan teknik penulisan puisi atau prosa. Orang yang menganggap drama sebagai seni pertunjukan teater fokus perhatiannya ditujukan pada pertunjukannya atau pementasannya, tidak semata pada teksnya saja. Teks sastra menurut pandangan mereka hanyalah bagian dari seni pertunjukan yang harus berpadu dengan unsur lainnya, yaitu: gerak, suara, bunyi, musik, dan rupa. Bahkan sumber ekspresi seni Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi Pedagogik J 49 pertunjukan tidak hanya teks drama melainkan juga teks-teks lainnya di luar unsur sastra, seperti: teks pidato, pledoi, dan penyidikan, berita di media massa, esai, dan lain-lain. Baik drama sebagai karya sastra maupun sebagai bagian dari kelengkapan teater, teks drama selalu mengarah pada pementasan. Hal inilah yang membedakan genre sastra drama dengan genre sastra puisi maupun prosa fiksi. Arah terhadap pementasan itu menyebabkan drama identik dengan pementasan. Berdasarkan pembelajaran yang ditawarkan, guru dapat merancang pembelajaran drama yang mengajak peserta didik beraktivitas dengan kegiatan drama. Misalnya, guru akan melaksanakan pembelajaran menulis pengalaman yang manarik dalam bentuk drama. Untuk menulis naskah drama tentunya diperlukan pemahaman tentang unsur-unsur yang terdapat di dalam teks drama. Unsur-unsur drama pada dasarnya tidak jauh berberbeda dengan unsur- unsur dalam prosa fiksi. Seperti halnya menulis cerpen atau novel, menulis naskah drama diperlukan persiapan dengan menentukan tema, plot, untuk kerangka cerita, penokohan, konflik, dan penyelesaian. Namun, pada saat pengungkapannya menulis naskah drama berbeda dengan menulis puisi, cerpen atau novel, kalau puisi ditulis dengan bentuk baris dan bait. Cerpen dan novel ditulis dengan kalimat yang membentuk paragraf-paragraf dengan kutipan langsung atau percakapan. Sedangkan, pada drama ditulis dengan dua bagian. Bagian pertama berisi percakapan dan bagian kedua berisi petunjuk pemanggungan atau lakuan, misalnya ketentuan gerak, mimik para pemain drama atau situasi panggung.

1. Plot atau Alur

Plot atau alur dalam drama tidak jauh berbeda dengan plot atau alur dalam prosa fiksi. Drama juga mengenal tahapan plot, seperti tahapan permulaan beginning, pertengahan middle, menuju akhir ending. Dalam drama istilah tersebut dikenal dengan nama eksposisi, komplikasi, dan resolusi. Eksposisi mendasari dan mengatur gerak dalam masalah-masalah waktu dan tempat. Eksposisi memperkenalkan pelaku, yang akan dikembangkan