Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi Pedagogik J 45
DAFTAR PUSTAKA Bagian ini memuat semua sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian
secara alfabetis. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Bahan-bahan yang perlu dilampirkan adalah : 1. Instrument penelitian;
2. Data-data penting Daftar hadir, foto kegiatan, contoh pekerjaan peserta didik per-siklus dan pertemuan
3. Daftar Riwayat Hidup Peneliti Curriculum Vitae; 4. Ijin penelitian dari kepala sekolah
5. RPP per-siklus dan pertemuan
Contoh laporan PTK
PENGGUNAAN METODE DISKUSI KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN HUMANISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENULIS NASKAH DRAMA PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 61 JAKARTA
TAHUN PELAJARAN 20122013 Endang Kurniawan, M. Pd.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mengemukakan bahwa pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya,
dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan
menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada di dalam dirinya. Dalam sastra, tujuan pembelajaran difokuskan pada
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa. Untuk mencapai tujuan tersebut guru bahasa
46
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi Pedagogik J
Indonesia dituntut untuk memahami dua hal pokok yang terkandung dalam pembelajaran yakni apa dan bagaimana bahasa Indonesia, khususnya
sastra itu dibelajarkan. Pengetahuan tentang apa dan bagaimana sastra dan pembelajarannya itu
sangat penting bagi guru. Mengingat begitu banyak teknik, metode, strategi, dan pendekatan yang digunakan selama ini yang diharapkan akan dapat
meningkatkan apresiasi sastra, pada kenyataannya secara umum belum menunjukan hasil yang memuaskan. Pengamatan selama ini, khususnya
pada peserta didik SMA Negeri 61 Jakarta, menunjukan bahwa sebagian besar peserta didik masih belum mampu mengapresiasi sastra, khususnya
drama dan begitu pula hanya ketika harus menulis naskah drama. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kemampuan
apresiasi sastra pada diri peserta didik. Di antara penyebab itu adalah adanya sejumlah faktor yang datangnya dari dalam diri peserta didik,
misalnya malu atau takut dan ragu-ragu untuk mengungkapkan pendapatnya. Selain itu, faktor dari luar diri peserta didik, misalnya teknik
guru dalam proses pembelajaran, materi pembelajaran yang disajikan secara monoton, atau karena ketidaktahuan mereka dalam kaitannya
dengan belajar sastra. Oleh sebab itu, ada yang menyarankan perlunya ’Mastering the teaching materials’ sebagai salah satu kunci keberhasilan
dalam proses pembelajaran
Sastra merupakan karya seni yang bermediakan bahasa. Dia hadir untuk dibaca dan dinikmati serta selanjutnya dimanfaatkan antara lain untuk
pengembangan wawasan kehidupan, pembentukan kepribadian, di samping untuk meningkatkan pengetahuan bahasa dan keterampilan
berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran sastra seharusnya ditekankan pada kenyataan bahwa sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang
dapat diapresiasi. Karenanya pembelajaran sastra haruslah bersifat apresiasif reseptif dan produktif. Sebagai konsekuensinya segala
komponen yang berkaitan dengan pembelajaran sastra, baik kegiatan guru, kegiatan peserta didik, suasana lingkungan sekolah, materi yang
diajarkan, teknik pembelajaran, maupun teknik evaluasi haruslah menekankan kegiatan yang bersifat apresiatif Depdiknas: 2002. Menulis