Cinta tanah air Analisis Nilai Patriotisme

Ini akibatnya kalau tidak menurut sama orangtua,” omel Minah Devita, 2014:192. 220 “Mo…koen wis moco durung…? Kamu sudah baca belum? Wis ono pasukan Damarwulan. Pasukannya guedhee banget, siap nyerang Belanda.” Penuh semangat Karto bertanya kepada Atmo temannya Devita, 2014:194 – 195. Kutipan 213 sampai kutipan 216 merupakan bukti bahwa pengarang menggunakan bahasa daerah Jawa Tengah. Kutipan 217 sampai kutipan 220 merupakan bukti bahwa pengarang juga menggunakan bahasa daerah Jawa Timur. Meskiun demikian bahasa-bahasa tersebut masih bisa dipahami dan dimengerti oleh peserta didik anak SMA. 2. Kematangan jiwa Kematangan jiwa seorang peserta didik juga harus diperhatikan dalam pembelajaran sastra. Hal ini karena akan berpengaruh pada kemampuan berpikirnya, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan dalam memecahkan suatu masalah. Usia peserta didik pada tingkat SMA adalah 16 tahun ke atas. Rahmanto 2005: 30 berpendapat bahwa usia 16 tahun ke atas merupakan tahap generalisasi, dimana anak tidak hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung dalam pemilihan aspek kematangan jiwa. 221 Rukmini juga sempat terkaget-kaget saat suaminya melarang berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda, juga bahasa Madura, di rumah. Sroedji mewanti-wanti agar anak-anak yang lahir kelak tidak diajari bahasa Belanda sebagai bahasa sehari-hari Devita, 2014:35. 222 Sroedji memanglah mahir berbahasa Belanda dan dia tamatan HIS dan Ambacthsleergang. Namun yang Rukmini tidak tahu adalah kenyataan bahwa suaminya itu seorang nasionalis tulen. Cita-cita Sroedji terhadap kemerdekaan negara yang bernama Indonesia sangatlah kuat Devita, 2014:35. Berikut kutipan langsung yang mendukung dalam pemilihan aspek kematangan jiwa. 223 “Seandainya bisa, Bu…pasti aku akan melakukannya,” Sroedji berusaha menepiskan kegundahannya sendiri. “Tapi pasukanku harus bergerak serentak sesuai komando Jendral Sudirman. Tugasku meminpin pasukan. Aku harus berdiri di garda terdepan untuk memompa semangat pasukan yang sudah mulai resah dan tidak setuju dengan perintah hijrah ini. Bukan hanya pasukanku, Bu, semua pasukan brigade-brigade lainnya juga harus mengosongkan daerah- daerah di garis van Mook .” Devita, 2014:137. 224 “Dia bukan siapa-siapa. Hanya rakyat biasa yang terserempet peluru dan butuh operasi segera, atau dia harus kehilangan kakinya,” kilah Sroedji tenang. Meski wajahnya serius, ada seulas senyum tipis di bibirnya. Dalam hati Soebandi berbisik, “Wah makin pintar aku berbohong. Semoga saja Belanda ini tidak tahu yang sedang ku operasi adalah komandan Batalion Banyuwangi.” Devita, 2014:92. 225 “Tapi, Pak…kami tidak gentar menghadapi musuh sebanyak apa pun,” sergah Letnan Prajoto yang berperawakan gempal dan memang terkenal berani Devita, 2014:160. Kutipan 221 sampai kutipan 225 merupakan bukti bahwa nilai-nilai patriotisme yang terkandung dalam novel tersebut mempunyai aspek kematangan jiwa. Dimana setiap tokoh tidak lah mudah dalam mengambil setiap keputusan, ada hal-hal tertentu yang perlu difikirkan. Sehingga menimbulkan pertentangan batin yang tidak mudah untuk dipecahkan. Bagi peserta didik tingkat SMA, masalah ini masih bisa dipecahkan oleh mereka. 3. Latar belakang budaya Latar belakang budaya juga penting dalam pengajaran sastra. Hal ini akan menambah minat dan ketertarikan peserta didik dalam menganalisis sebuah novel. Selain itu, mereka akan mengenal budaya-budaya yang ada di Indonesia. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut. 226 Hasan, sang ayah, berkeinginan lain lagi. Dia berharap anaknya menjadi sosok yang religius. Apalagi Sroedji lahir di kalangan santri. Di Madura, anak-anak sejak umur lima tahun sudah diserahkan kepada guru ngaji untuk belajar agama. Pesantren besar atau kecil gampang dijumpai di pelosok Madura sampai ke pulau Kagean Devita, 2014:14. 227 Seperti umumnya orang Madura, Hasan mengidolakan Baladewa. Karakternya selaras dengan perangai orang Madura. Sifat tokoh wayang satu ini berbeda dengan Kresna dan Arjuna yang lembut tapi perkasa, favorit orang Jawa. Baladewa tegas dan kaku, tetapi selalu konsisten terhadap kebenaran, jujur, dan adil serta rela berkorban Devita, 2014:16. 228 Keahlian Tajib sangat bermanfaat bagi Belanda untuk mendidik kaum priyayi dan Belanda sendiri. Lelaki itu pun dilekati sebutan ‘Mas’,