Relevansi Hasil Penelitian sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA

Kutipan 221 sampai kutipan 225 merupakan bukti bahwa nilai-nilai patriotisme yang terkandung dalam novel tersebut mempunyai aspek kematangan jiwa. Dimana setiap tokoh tidak lah mudah dalam mengambil setiap keputusan, ada hal-hal tertentu yang perlu difikirkan. Sehingga menimbulkan pertentangan batin yang tidak mudah untuk dipecahkan. Bagi peserta didik tingkat SMA, masalah ini masih bisa dipecahkan oleh mereka. 3. Latar belakang budaya Latar belakang budaya juga penting dalam pengajaran sastra. Hal ini akan menambah minat dan ketertarikan peserta didik dalam menganalisis sebuah novel. Selain itu, mereka akan mengenal budaya-budaya yang ada di Indonesia. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut. 226 Hasan, sang ayah, berkeinginan lain lagi. Dia berharap anaknya menjadi sosok yang religius. Apalagi Sroedji lahir di kalangan santri. Di Madura, anak-anak sejak umur lima tahun sudah diserahkan kepada guru ngaji untuk belajar agama. Pesantren besar atau kecil gampang dijumpai di pelosok Madura sampai ke pulau Kagean Devita, 2014:14. 227 Seperti umumnya orang Madura, Hasan mengidolakan Baladewa. Karakternya selaras dengan perangai orang Madura. Sifat tokoh wayang satu ini berbeda dengan Kresna dan Arjuna yang lembut tapi perkasa, favorit orang Jawa. Baladewa tegas dan kaku, tetapi selalu konsisten terhadap kebenaran, jujur, dan adil serta rela berkorban Devita, 2014:16. 228 Keahlian Tajib sangat bermanfaat bagi Belanda untuk mendidik kaum priyayi dan Belanda sendiri. Lelaki itu pun dilekati sebutan ‘Mas’, suatu gelar kebangsawanan Madura seperti halnya Raden bagi masyarakat Jawa. Devita, 2014:20 – 21. 229 Orang Jawa, turun-temurun, sangat mempercayai ramalan Jayabaya. Keluguan dan kentalnya kepercayaan pada hal-hal mistis menggiring orang meyakini apa yang didengungkan kitab Musasar gubahan Sunan Giri Prapen itu. Apalagi terbukti di tahun 1942, bangsa Nippon yang tak lain adalah Jepang, mendarat di Indonesia Devita, 2014:38. Kutipan 226 sampai kutipan 229 merupakan bukti bahwa di setiap daerah mempunyai latar belakang budaya yang berbeda-beda. Dalam novel Sang Patriot budaya yang diperkenalkan adalah budaya Madura dan Jawa. Melalui hal tersebut dapat menambah pengetahuan peserta didik mengenai budaya daerah lainnya.

4.2.6 Silabus terlampir 4.2.7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terlampir

4.3 Pembahasan

Setelah melakukan penelitian semua rumusan masalah telah terjawab. Nilai patriotisme telah ditemukan dengan cara mencermati tokoh dan penokohan, latar, dan tema. Dalam teori ada 5 bentuk nilai patriotisme, yaitu kesetiaan, keberanian, rela berkorban, kesukarelaan, dan cinta tanah air. Pada hasil analisis, peneliti hanya menemukan 3 bentuk nilai patriotisme, yaitu keberanian, rela berkorban, dan cinta tanah air. Penemuan tersebut sudah bisa dijadikan gambaran tentang bentuk patriotisme. Peneliti menggunakan 2 penelitian yang relevan. Penelitian yang pertama menemukan 4 bentuk nilai patriotisme, yaitu kesetiaan, pengabdian, tanggung jawab, dan kebersamaan. Penelitian yang relevan kedua menemukan 2 bentuk nilai patriotisme, yaitu kesetiaan dan rela berkorban. Ada 2 bentuk nilai patriotisme yang ditemukan dalam penelitian ini tetapi tidak ditemukan dipenelitian yang relevan di atas, yaitu keberanian dan cinta tanah air. Hal ini dapat dijadikan masukan atau tambahan pengetahuan bahwa masih ada bentuk lain dari nilai patriotisme. Dari teori yang digunakan dan hasil penelitian yang ditemukan, keduanya dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XII semester II. Standar kompetensi yang sesuai dengan penelitian ini adalah memahami buku biografi, novel, dan hikayat. Kompetensi dasar yang sesuai adalah mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh. 101

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap tokoh dan penokohan, dapat diketahui bahwa Sroedji adalah tokoh utama. Perannya sangat menonjol dalam cerita. Tokoh tambahan dalam novel tersebut adalah Rukmini, Hasan, Amni, Tajib, Maryam, Murjani, Soebandi, Titiwardoyo, Abdul Syukur, Rustamaji, Sersan Sakri, dan Sersan Paimin. Peran mereka tidak terlalu pokok, namun keberadaannya mendukung tokoh utama. Peristiwa terjadi di Jawa Timur. Kota Jember merupakan tempat tinggal keluarga Sroedji. Rumah Sakit Umum Kreongan merupakan tempat Sroedji bekerja. Bentuk perjuangan Sroedji dan para pejuang yang lain juga berada dalam kota-kota di Jawa Timur. Cerita dimulai antara tahun 1943 sampai 1949, dari Sroedji kecil, menikah, perjuangan Sreodji dan anak buahnya, hingga Indonesia menjadi negara yang bebas dari penjajah. Pada waktu ini keadaan masyarakat Indonesia masih serba sulit. Bangku sekolah hanya boleh dinikmati oleh para penguasa, anak perempuan harus mau menikah dengan pria pilihan orangtuanya, dan masyarakat Indonesia yang masih mudah untuk ditipu. Tema yang diangkat adalah dibutuhkan perjuangan keras untuk mencapai kesuksesan. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra untuk menemukan nilai-nilai patriotisme yang terdapat dalam novel Sang Patriot karya Irma Devita. Melalui penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan 3 bentuk nilai patriostisme, yaitu keberanian, rela berkorban, dan cinta tanah air. Sikap berani yang ditunjukkan Sroedji dan anak buahnya adalah mereka berani menghadapi musuh meski kalah jumlah dan persenjataan, berani kehilangan nyawa demi mempertahankan suatu wilayah, dan berani mempertahankan wilayah yang akan direbut oleh penjajah. Bentuk pengorbanan yang ditunjukkan oleh Sroedji dan anak buahnya adalah rela menjalani pelatihan di luar batas kemanusiaan untuk membebaskan Indonesia dari penjajah, rela mati dalam medan perang, rela berpisah dengan keluarga demi menjalankan tugas sebagai prajurit, dan rela tidak tidur selama berhari-hari untuk berjaga dari serangan musuh. Keberanian dan pengorbanan yang ditunjukkan Sroedji beserta anak buahnya tentu didasari rasa cinta akan tanah air. Bentuk kecintaan mereka terhadap tanah air adalah Sroedji bersedia menjadi tentara atau mengabdikan hidupnya untuk tanah airnya, Sroedji dan anak buahnya berjuang membersihkan penjajah dari tanah air agar anak cucunya kelak bisa hidup merdeka, dan Sroedji selalu mengajarkan bahasa Jawa sebagai bahasa komunikasi, bukan bahasa penjajah. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XII semester II. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan SK 15 : Memahami buku biografi, novel, dan hikayat dan KD 15.1 : Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh.

5.2 Impikasi

Penelitian terhadap novel Sang Patriot dapat digunakan sebagai bahan penelaahan yang kemudian dicari aspek-aspek sosial dari karya sastra. Novel ini mengandung nilai patriotisme yang dapat dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bidang sastra, hasil penelitian dapat digunakan untuk melatih peserta didik mencari tokoh penokohan, latar, tema, dan nilai patriotisme. Dalam bidang pendidikan, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra untuk SMA kelas XII semester II.

5.3 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan agar para guru dapat mengambil nilai yang terkandung dalam novel Sang Patriot karya Irma Devita untuk diajarkan kepada peserta didiknya. Bagi para mahasiswa, agar penelitian ini dapat dijadikan reverensi dalam penyusunan skripsi dan mengambil nilai yang terkandung dalam novel Sang Patriot karya Irma Devita untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.