Keberanian Analisis Nilai Patriotisme

panggilan tugas,” ujar Sroedji sambil mengelus lembut kandungan Rukmini penuh kasih sayang Devita, 2014:136 – 137. 198 “Bu, aku minta pengertianmu…ini semua juga demi anak-anak, demi cucu-cucu kita. Aku ingin mereka nanti dapat menghirup nikmatnya kebebasan. Aku ingin mereka tidak mengalami sengsara, menjadi bangsa jajahan, bangsa babu .” Sroedji berusaha melunakkan hati Rukmini Devita, 2014:137. 199 “Jika keluargaku ikut, tentunya aku akan terfokus pada keselamatan mereka. Ini dapat memecah konsentrasiku. Lihat saja Pak Bandhi. Dia tinggalkan istri dan anak-anaknya tetap di Blitar. Alasannya pasti sama den ganku.” Devita, 2014:161 – 162. Rukmini, istri Sroedji, juga tidak luput dari pengorbanan Ia harus rela berpisah dengan Sroedji yang harus memimpin pasukannya untuk mengusir penjajah. Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut. 200 “Kau punya mimpi jadi tentara agar dapat membaktikan tenagamu kepada rakyat banyak. Mungkin inilah saat yang tepat untuk mewujudkannya. Menurutku, jika ingin merdeka Indonesia pastinya membutuhkan pasukan tentara yang dapat diandalkan,” kata Rukmini lembut sambil menyentuh lengan suaminya Devita, 2014:47. 201 “Menurutku, jika menjadi tentara adalah panggilan jiwamu sejak dulu, penuhilah, Pak. Seseorang akan berhasil jika melakukan pekerjaan sesuai hati nuraninya. Berangkatlah, Pak. Aku rela kau jalani kehidupan tentara. Enyahkan penjajah dari bumi pertiwi,” dukung Rukmini Devita, 2014:48. 202 “Pak, ikuti kata hatimu. Sudah jadi tekadmu menjadi pembela tanah air. Jangan khawatirkan Cuk, Pom, dan aku. Kami tidak pernah sendirian. Allah selalu beserta kita, Pak. Aku iklas,” ujar Rukmini mantap meski di relung hatinya sempat menyelinap perasaan sedih Devita, 2014:48. Pengorbanan Sroedji dan para pejuang lainnya tidak berhenti pada tahap penyiksaan saja. Mereka juga harus rela mengorbankan nyawanya demi tanah air tercinta. Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut. 203 “Pak Bandi gugur, pak” seru Abdul Syukur Devita, 2014:209. 204 “Ya Allah, mungkin ini sudah waktuku…Biarlah darahku menjadi pupuk penyubur tanah tumpah dara h ini…” jerit hati Sroedji Devita, 2014:224. 205 Hasan, pada akhirnya, memberanikan diri buka suara, “Betul, Bu…Bapak gugur di Karang Kedawung sebulan lewat. Tepatnya tanggal 8 Februari.” Devita, 2014:231 Rasa rela berkorban juga harus dimiliki oleh Sroedji dan para pejuang yang lain. Kutipan 191 sampai kutipan 193 meupakan bukti bahwa Sroedji dan para pejuang rela menderita dan disiksa oleh penjajah untuk menjadi tentara demi mengusir penjajah. Demi melindungi pejuang tanah air pun seorang lurah harus rela mengorbankan nyawanya. Kutipan 194 sampai kutipan 196 merupakan bukti bahwa rakyat Indonesia saling rela berkorban. Selain itu, Sroedji juga harus rela berpisah dengan keluarga demi menjalankan tugasnya sebagai prajurit. Kutipan 197 sampai kutipan 199 meupakan bukti bahwa Sroedji rela mengorbankan keluarganya demi amanat yang diembannya. Begitu pula Rukmini, ia juga harus rela berpisah dengan Sroedji. Kutipan 200 sampai kutipan 202 merupakan bukti bahwa