Latar Waktu Analisis Latar
berhenti sekolah, padalah ia tidak ingin itu terjadi Devita, 2014 : 26.
168 Jadilah Rukmini menyerah untuk dijodohkan dengan seorang
lelaki yang bahkan wajahnya pun belum pernah ia lihat. Ada rasa takut terselip dalam hati kecil Rukmini Devita, 2014 : 29.
Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan bahwa perjodohan terjadi pada masa penjajahan.
169 “Semua temannya sudah menikah sejak mereka baru lima belas
tahun, Bu. Ini anak perempuan tertua kita, sudah delapan belas tahun, kok masih belum mau menikah. Harusnya dia sudah
menggendong cucu kita,” tambah Mas Tajib dengan nada meninggi Devita, 2014 : 27.
Pendidikan pada masa penjajahan memang sangat sulit didapat bagi rakyat biasa. Tidak heran jika sebagian besar rakyat Indonesia mudah ditipu oleh para
penjajah. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa membaca maksud pemikiran para penjajah. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan
tersebut.
170 Awalnya, orang-orang tertarik dengan iming-iming upah yang sesuai. Jepang menyebarkan propaganda bahwa mereka akan
diperbantukan untuk tugas suci bersama: kemakmuran Asia Raya. Kebohongan tak terkira, mereka dijadikan romusha. Mereka tidak
pernah dibayar, bahkan diperlakukan sangat buruk. Banyak beredar kabar, tenaga kerja yang direkrut tidak pernah bisa pulang karena
tewas entah di mana. Sejarah mencatat, dari 1,5 juta romusha, hanya 70 ribu yang kembali ke tempat asal. Itu pun dalam kondisi
memprihatinkan. Sisanya hilang, terserang wabah penyakit dan meninggal secara mengenaskan Devita, 2014 : 68.
Kehidupan masyarakat pada zaman penjajahan Belanda memang sangat memprihatinkan. Bukan saja masalah pendidikan yang mereka beda-bedakan,
tetapi juga status dan kedudukan. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut.
171 Kasta pemisah antara bangsawan dan rakyat jelata senagaja diciptakan oleh Belanda. Politik devide et impera merupakan taktik
mereka mencegah timbulnya persatuan dan kesatuan di kalangan pribumi. Golongan bangsawan dan terpelajar sengaja dipelihara
dan diberi fasilitas berlebihan sehingga terlena dan tidak berkeinginan berontak. Mereka jadi enggan memprotes segala
kebijakan pemerintah kolonial agar tidak kehilangan kenikmatan yang selama ini diterima. Bahkan mereka tidak sadar tenagh
dijajah. Raja kecil pun bermunculan dalam wujud bupati, wedana, camat, bahkan lurah, yang sangat dihormati dan disembah-sembah
oleh rakyat. Di sisi lain, rakyat jelata disedot habis-habisan untuk kepentingan para ningrat dan keturunan raja, elit pribumi dan
ambtenaar
, pejabat pemerintahan serta orang Belanda yang mulai banyak bermukim di tanah Indonesia Devita, 2014 : 21.
Kekejaman para penjajah tidak sampai disitu. Mereka juga menggunakan para gadis bahkan perempuan yang sudah bersuami untuk dijadikan pemuas nafsu.
Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut.
172 Rukmini yang sedang berkemas kaget mendengar laporan Mbok Rah. Ia sendiri sudah mendengar kabar tentang opsir Jepang keluar
masuk kampung, menyantroni rumah-rumah penduduk dan mengambil paksa wanita-wanita muda, tak peduli gadis atau yang
sudah bersuami. Wanita-wanita itu tak pernah kembali. Konon mereka dijebloskan ke kamp-kamp Jepang untuk menjadi jugun
ianfu .
Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan bahwa penjajah menggunakan para gadis bahkan perempuan yang sudah bersuami untuk dijadikan
pemuas nafsu. tersebut.
173 “Bangsa kita ini...sudah diperas harta, masih pula diinjak-injak
harga diri kita. Kamu toh pasti sudah dengar kabar tentang para gadis, bahkan yang sudah bersuami sekalipun, yang dipaksa
sebagai pemuas mafsu bejat serdadu Jepang,” tambah kawan yang lain Devita, 2014 : 68.
Situasi perang melawan penjajah membuat keadaan tidak menentu. Para pejuang dan rakyat biasa harus mau keluar masuk hutan dan kota demi
keselamatan nyawa mereka masing-masing. Tak jarang mereka harus berjalan beribu-ribu kilo meter jauhnya. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung
pernyataan tersebut.
174 Berkilo-kilo rombongan berjalan dalam kegelapan. Tatkala dini
hari menjelang fajar tiba, masing-masing komandan kompi memerintahkan anak buahnya beristirahat. Mereka memilih tempat
yang terlindung pepohonan. Anak-anak dan wanita satu per satu tertidur lelap saking kelewat lelah. Hanya beberapa lelaki dewasa
duduk berkelompok, bergantian berjaga Devita, 2014 : 166.