Deskripsi Seting dan Subjek Penelitian Kendala

55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Seting dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Negeri Pembina Yogyakarta. TK Negeri Pembina Yogyakarta beralamat di Jl. Glagahsari, Umbulharjo 3639, Celeban, Tahunan, Yogyakarta. TK Negeri Pembina memiliki total 11 kelas, yang terdiri dari 3 kelas kelompok A, 7 kelas kelompok B, dan 1 kelas untuk kelompok bermain. Jumlah murid di TK Negeri Pembina yaitu 147 anak. Penelitian dilakukan oleh peneliti di kelas B5 yang merupakan kelas dengan rata-rata usia 6-7 tahun. Informan dalam penelitian ini adalah guru kelas B5. Kelas B5 total terdiri dari 15 peserta didik dan 1 guru pengampu. Luas ruangan kelas B5 yaitu 8x8 m dengan kondisi ruang kelas yang cukup lengkap. Ruang kelas tertata dengan rapi disertai dengan plakat penunjuk area-area pembelajaran. Penempatan area-area pembelajaran di kelas B5 disusun secara melingkar ditepi ruang kelas serta ditengah ruangan terdapat karpet untuk berkumpul peserta didik dan guru. 56 Tabel 3. Identitas peserta didik kelas B5 TK Negeri Pembina Yogyakarta No Nama Jenis Kelamin 1 CDY P 2 EEL L 3 ELN P 4 ERL P 5 KKE P 6 KYL P 7 MHS L 8 NTN L 9 RRA P 10 RKY L 11 RZL P 12 SFI P 13 WNG L 14 VIO P 15 VRE P

2. Pelaksanaan Model Pembelajaran Area Dalam Mengembangkan

Keterampilan Motorik Halus Peserta Didik di Kelas B5 Pelaksanaan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Area Dalam Mengembangkan Keterampilan Morotik Halus Peserta Didik di Kelas B5 TK Negeri Pembina Yogyakarta terdiri dari empat kegiatan pembelajaran yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan akhir. Pendidik TK Negeri Pembina Yogyakarta melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum melaksanakan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran area dalam mengembangkan motorik halus. Persiapan yang dilakukan oleh pendidik yaitu dengan membuat Rencana Kegiatan Mingguan RKM dan Rencana Kegiatan Harian RKH yang mencakup kegiatan pembelajaran berdasarkan pelaksanaan model pembelajaran area. Dokumentasi peneliti terkait RKM dan RKH dapat dilihat di bagian lampiran. 57 RKM dan RKH merupakan acuan bagi pendidik dalam mengajar yang berisi tentang apa yang akan dilakukan oleh pendidik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan sebelumnya. Selain mempersiapkan RKM dan RKH pendidik juga mempersiapkan media pembelajaran yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Berikut hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti: “Sebelum proses pembelajaran berlangsung, bu Ktr mempersiapkan media yang diperlukan guna menunjang proses pembelajaran peserta didik, yaitu: mempersiapkan area pembelajaran, membuat modelcontoh kegiatan yang akan dilakukan disetiap area. Selain itu bu Ktr juga melihat RKM dan RKH terlebih dahulu untuk mengetahui tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada saat itu.” Catatan Lapangan 5: 4 Juni 2015. Hasil observasi tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada ibu Ktr selaku wali kelas kelas B5 terkait persiapan yang dilakukan sebelum pembelajaran yaitu sebagai berikut: “Persiapan saya sebelum mengajar yaitu mempersiapkan media, kegiatan- kegiatan yang akan dilakukan, melihat kembali RKH serta indikator yang ingin dicapai apa mas. Saya mempersiapkan segala sesuatu biasanya di rumah kalau tidak ya sehabis pulang sekolah mas, saya tidak langsung pulang tetapi mempersiapkan keperluan pembelajaran untuk esok hari. ” Wawancara 1: 4 Juni 2015. Dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi peneliti dapat menyimpulkan bahwa persiapan penting untuk dilakukan oleh pendidik sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Persiapan tersebut dilakukan untuk menyiapkan RKM dan RKH, media pembelajaran untuk peserta didik, serta materi pembelajaran. Persiapan yang dilakukan oleh pendidik dikerjakan di luar jam pembelajaran 58 sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran. Persiapan yang dilakukan oleh pendidik akan menentukan jalannya proses pembelajaran. Dengan persiapan yang matang, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan optimal.

a. Kegiatan Awal

Kegiatan awal dilaksankaan selama ±30 menit secara klasikal. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh pendidik yaitu: a berbaris, berdoa, dan bernyayi. b bercerita tentang pengalaman sehari-hari dari anak. c membicarakan temasub tema. d melakukan kegiatan motorik, dapat dilakukan di dalam maupun luar kelas. Tujuan dari kegiatan awal yang dilakukan oleh pendidik adalah untuk mendapatkan fokus dari peserta didik. Berikut hasil observasi yang diperoleh peneliti pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung: “Bu Ktr selaku pendidik di kelas B5 memancing fokus peserta didik dengan cara meneriakan yel-yel, serta bernyanyi sambil bertepuk tangan. Setelah peserta didik fokus, Bu Ktr mengajak peserta didik untuk bercerita tentang pengalaman peserta didik dirumah dikaitkan dengan tema pembelajaran pada saat itu. Peserta didik sangat antusias dalam menyampaikan argumennya. Setelah itu Bu Ktr mulai menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dipelajari pada saat itu. ” Catatan Lapangan 5: 4 Juni 2015. Dari hasil observasi tampak pendidik melaksanakan kegiatan awal dengan mengajak peserta didik untuk ikut andil dalam berargumen. Peserta didik juga terlihat sangat antusias dalam menjawab. Pendidik memberikan umpan balik kepada peserta didik dengan cara meluruskan pendapat dari peserta didik yang masih belum tepat. Aktivitas kegiatan awal yang dilakukan oleh pendidik di TK Negeri Pembina Yogyakarta dipertegas dengan pernyataan dari ibu Ktr pada saat wawancara, sebagai berikut: 59 “Untuk pengkondisian belajar tidak langsung ke materi mas, saya kondisikan seperti tadi mas menanyakan kabar, bercerita tentang pengalaman anak, melakukan kegiatan motorik, kemudian baru saya hubungkan dengan tema pembelajaran pada saat itu. ” Wawancara 1: 4 Juni 2015. Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa pengkondisian awal peserta didik sebelum memasuki proses pembelajaran sangat penting untuk dilakukan. Pengkondisian awal peserta didik bertujuan untuk mendapatkan fokus dan perhatian dari peserta didik agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Kondisi awal peserta didik akan mempengaruhi ketercapaian pada proses pembelajaran. Ada beragam cara yang dilakukan pendidik dalam mengkondisikan peserta didik untuk memulai proses pembelajaran.

b. Kegaiatan Inti

Kegiatan inti pada pelaksanaan model pembelajaran area dalam mengembangkan keterampilan motorik halus di TK Negeri Pembina Yogyakarta dilaksanakan dengan memperatikan enam kondisi penting dalam mempelajari keterampilan motorik halus, yiatu: kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan praktek, model yang baik, bimbingan, dan motivasi. Berikut salah satu hasil observasi terkait kegiatan inti pembelajaran dalam mengembangkan keterampilan motorik halus yang dilakukan oleh peneliti: “Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, pendidik memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada peserta didik tentang kegiatan yang akan dilakukan di area yang dibuka. Pendidik memberikan penjelasan secara detail dan terperinci kepada peserta didik agar peserta didik dapat dengan mudah memahami kegiatan yang akan dilakukan. Setelah peserta didik dapat memahami apa saja kegiatan yang akan dilakukan, pendidik 60 lalu mempersilahkan peserta didik untuk menuju ke area pembelajaran yang mereka sukai. Peserta didik dengan antusias memilih area pembelajaran mereka masing-masing. Dalam pelaksanaan pembelajaran, pendidik benar-benar memberikan kebebasan dan kesempatan praktek kepada peserta didik. Pada saat itu terdapat peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan kegiatan yang ada didalam area pembelajaran. Pendidik lalu menghampiri untuk memberikan bimbingan dan motivasi bahwa peserta didik yang bersangkutan pasti bisa untuk mengerjakan kegiatan tersebut. Peserta didik dapat berpindah ke area pembelajaran yang lain setelah mereka menyelesaikan kegiatan di area pembelajaran yang mereka pilih sebelumnya. Pada hari itu dibuka 4 area pembelajaran, yaitu: area seni mengaksir dengan arang, area bahasa menjodohkan tulisan dan gambar sila pancasila, area matematika memotong dan menempel kertas sesuai jumlah, dan area balok membuat menara. Keterampilan motorik halus peserta didik berkembang dengan baik. Hal tersebut terlihat dari kegiatan peserta didik saat mengaksir, mewarnai, menggunting, menempel, dan menyusun dengan gerakan tangan yang teratur dan rapi. ” Catatan Lapangan 6: 5 Juni 2015. Hasil observasi menunjukakan bahwa dalam mengembangkan keterampilan motorik halus peserta didik, pendidik sangat memperhatikan kesiapan belajar dari peserta didik. Hal tersebut ditunjukkan saat pendidik memberikan penjelasan kepada peserta didik sebelum kegiatan di masing-masing area dimulai. Setelah itu pendidik memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik di masing-masing area pembelajaran yang telah dibuka. Pendidik memberikan kebebasan kepeda peserta didik untuk memilih dan mencoba setiap area pembelajaran yang ada. Dalam masing-masing area pembelajaran, peserta didik diberikan kesempatan praktek secara individu oleh pendidik untuk mengerjakan setiap kegiatan. Saat peserta didik mengalami kesulitan dalam mengerjakan kegiatan yang ada di area pembelajaran, pendidik akan memberikan bimbingan dan motivasi kepada peserta 61 didik agar kembali bersemangat untuk menyelesaikan kegiatan yang ada di area pembelajaran. Selain data hasil observasi, peneliti juga menggunakan dokumentasi dan wawancara untuk memperjelas hasil terkait kegiatan inti. Dokumentasi kegiatan inti dapat dilihat di lampiran. Berikut hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada ibu Ktr terkait kegiatan inti dalam pelaksanaan model pembelajaran area dalam mengembangkan keterampilan motorik halus di TK Negeri Pembina Yogyakarta: “Pada kegiatan inti, pendidik memberikan kesempatan belajar dan praktek kepada peserta didik mas. Hal tersebut dilakukan agar keterampilan motorik halus anak dapat terbentuk dengan optimal.” Wawancara 2: 5 Juni 2015. Pendidik TK Negeri Pembina Yogyakarta memberikan kesempatan belajar dan praktek kepada peserta didik dalam proses pembelajaran melalui area-area pembelajaran yang telah disediakan. Peserta didik merupakan subjek dalam proses pembelajaran, sehingga harus difasilitasi agar perkembangan motorik halus yang dimiliki dapat optimal. Delapan aktivitas belajar yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik selama proses pembelajaran dalam mengembangkan motorik halus peserta didik, sebagai berikut: a Kesiapan Belajar Pelaksanaan model pembelajaran area dalam mengembangkan keterampilan motorik halus pada kesiapan belajar dilakukan oleh pendidik dengan cara pendidik memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada peserta didik tentang materi kegiatan yang akan dipelajari pada saat itu. 62 Selain itu pendidik memancing perhatian peserta didik dengan cara meneriakan jargon semangat dan bernyayi. Kesiapan belajar peserta didik perlu dibentuk sejak awal bertujuan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal, berikut hasil observasinya: “Pendidik memancing perhatian dan fokus dari peserta didik dengan cara meneriakan jargon semangat dan mengajak peserta didik untuk bernyayi bersama. Setelah peserta didik dapat dikondisikan, pendidik mulai menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan pada masing-masing area pembelajaran. Pada saat itu dibuka empat area pembelajaran, yaitu: area seni, area matematika, area bahasa, area balok. Pendidik menjelaskan setiap kegiatan dengan detail dan berulang-ulang agar peserta didik lebih mudah dalam memahami. Pendidik juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila masih belum jelas. Setelah peserta didik dirasa sudah siap untuk melakukan proses pembelajaran, pendidik lalu mempersilahkan peserta didik untuk menuju ke area pembelajaran yang mereka sukai. ” Catatan Lapangan 6: 5 Juni 2016. Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, tampak pendidik mempersiapkan kesiapan belajar peserta didik dengan cara pendidik mengajak peserta didik untuk bernyanyi dan meneriakan jargon semangat. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan fokus dari peserta didik. Setelah peserta didik fokus dan dapat dikondisikan, pendidik menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan di area pembelajaran. Selain melalui observasi, peneliti juga memperoleh dokumentasi selama penelitian sedang berlangsung. Hasil dokumentasi dapat dilihat di lampiran. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara, berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Ktr, peneliti memperoleh data tentang kesiapan belajar, sebagai berikut: 63 “Dalam menyiapkan kesiapan belajar pada peserta didik biasanya pendidik melakukannya seperti tadi mas. Pendidik harus mendapatkan fokus terlebih dahulu dari peserta didik. Pendidik biasanya mengajak bernyayi dan beryel-yel terlebih dahulu, setelah itu baru masuk kepenjelasan kegiatan yang akan dilaksanakan di area pembelajaran mas. Kesiapan belajar dari peserta didik perlu diperhatikan secara khusus mas. Bila peserta didik sudah siap belajar, pembelajaran dapat berjalan dengan optimal. ” Wawancara 1: 4 Juni 2015. Dari hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara peneliti dapat menyimpulkan bahwa kesiapan belajar peserta didik penting untuk dilakukan oleh pendidik sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Apabila pembelajaran dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka keterampilan motorik yang dipelajari oleh peserta didik yang sudah siap akan lebih unggul dari peserta didik yang belum siap untuk belajar. b Kesempatan Belajar Pelaksanaan model pembelajaran area dalam mengembangkan keterampilan motorik halus pada pemberian kesempatan belajar dilakukan oleh pendidik dengan cara membuka area pembelajaran untuk menjadi pusat kegiatan peserta didik serta pendidik memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih area pembelajaran yang dibuka pada hari itu. Setelah pendidik mempersilahkan peserta didik untuk menuju ke area pembelajaran yang telah dibuka, lalu peserta didik dengan antusis memilih area yang mereka sukai. Dengan begitu peserta didik akan mendapatkan kesempatan belajar dimasing-masing area yang telah dibuka setelah peserta didik menyelesaikan kegiatan dimasing-masing area yang 64 dipilihnya. Peneliti melakukan observasi untuk melihat kegiatan kesempatan belajar yang tercipta, sebagai berikut: “Bu Ktr pada hari itu membuka empat area pembelajaran, yaitu: area seni, area bahasa, area matematika, dan area balok. Dari ke empat area yang dibuka tersebut, peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih area yang ingin dimasuki terlebih dahulu. Peserta didik bebas melakukan kegiatannya sendiri, dan bebas menentukan langkah- langkah sesuai dengan kreativitasnya.Peserta didik dapat berpindah ke area yang lain setelah mereka menyelesaiakan kegiatan yang ada didalam area yang mereka masuki sebelumnya. Bu Ktr memberikan kesempatan belajar kepada masing-masing peserta didik dengan cara membuka empat area pembelajaran, dengan cara peserta didik mendapatkan kesempatan untuk masuk dimasing-masing area yang ada. Dengan begitu peserta didik akan mendapatkan kesempatan belajar dari masing-masing area yang ada. ” Catatan Lapangan 7: 9 Juni 2015. Dalam observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, tampak pendidik mengembangkan keterampilan motorik halus peserta didik dengan cara memberikan kesempatan belajar dimasing-masing area pembelajaran yang telah dibuka. Pendidik membebaskan peserta didik untuk mengalami pembelajaran disetiap area yang ada. Peserta didik sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain data hasil observasi, peneliti juga menggunakan dokumentasi dan wawancara untuk memperjelas hasil terkait kesempatan belajar. Dokumentasi terkait kesempatan belajar peserta didik dapat dilihat di lampiran. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan ibu Ktr, peneliti memperoleh data tentang kesempatan belajar yang dilakukan dalam proses pembelajaran, sebagai berikut: 65 “Dalam mengembangkan keterampilan motorik halus peserta didik, model pembelajaran area memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik mas. Model pembelajaran area memberikan kesempatan belajar melalui area-area pembelajaran yang terdapat didalamnya mas. Contohnya seperti tadi, melalui area bahasa, seni, balok, dan matematika mas. ” Wawancara 2: 5 Juni 2015. Pelajaran motorik halus di sekolah merupakan satu proses dalam berbagai tindakan. Keterampilan motorik halus peserta didik dapat berkembang secara optimal apabila dilakukan dengan suatu latihan. Pendidik melatih perkembangan motorik halus peserta didik dengan cara memberikan kesempatan belajar melalui area-area pembelajaran yang terdapat pada model pembelajaran area. c Kesempatan Praktek Pelaksanaan model pembelajaran area dalam mengembangkan keterampilan motorik halus pada pemberian kesempatan praktek dilakukan oleh pendidik TK Negeri Pembina Yogyakarta dengan cara membuka kegiatan di area-area pembelajaran. Setelah itu peserta didik melakukan praktek melalui kegiatan yang ada didalam area pembelajaran, seperti: menggambar, mewarnai, menggunting, menempel, dan menulis. Peserta didik harus diberikan kesempatan untuk berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan. Peneliti melakukan observasi untuk melihat kegiatan praktek yang tercipta, sebagai berikut: “Pada hari itu dibuka empat area pembelajaran, yaitu: area seni dengan kegiatan membatik dengan katenbat, area bahasa dengan kegiatan menggambar dan menulis perkembangbiakan kupu-kupu, area matematika dengan kegiatan mengenal lambing bilangan dengan cara menebalkan angka, dan area balok dengan kegiatan menyusun 66 menara. Peserta didik mengerjakan setiap kegiatan di area pembelajaran dengan antusias. Peserta didik mengerjakan setiap kegiatan yang ada dengan cara praktek langsung. Pembelajaran berlangsung secara individu dengan menekankan pada pengalaman langsung peserta didik. Pendidik benar-benar memberikan kesempatan praktek dan memberikan kebebasan terhadap peserta didik untuk berkreativitas menurut pemikirannya sendiri. ” Catatan Lapangan 9: 10 Juni 2015 Dari observasi tampak pendidik memberikan kesempatan praktek kepada peserta didik. Kegiatan pembelajaran berlangsung secara individu dengan menekankan pada pengalaman langsung dari peserta didik untuk praktek pada kegiatan yang telah disediakan dimasing-masing area pembelajaran. Pendidik benar-benar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpraktek dalam mengembangkan keterampilan motorik halus dari masing-masing peserta didik. Pendidik membuka empat area pembelajaran dalam memfasilitasi perkembangan motorik halus peserta didik yaitu area seni, area bahasa, area matematika, dan area balok. Sebelum pendidik mempersilahkan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran di area yang tersedia, pendidik memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang kegiatan yang ada di masing-masing area pembelajaran. Setelah itu peserta didik dibebaskan untuk memilih area pembelajaran yang mereka minati. Peserta didik dapat berpindah ke area yang lain setelah mereka menyelesaikan kegiatan yang ada didalam area yang meraka masuki sebelumnya. Area seni wujud keterampilan motorik halus peserta didik yang berkembang yaitu peserta didik dapat mengekspresikan diri melalui gerakan 67 menggambar secara detail. Peserta didik melakukan kegiatan membatik dan melukis dengan berbagai media contohnya dengan membatik dengan menggunakan katenbat, Pada area bahasa wujud perkembangan keterampilan motorik halus peserta didik yaitu peserta didik mampu menggambar sesuai dengan gagasannya dan mampu menggunakan alat tulis dengan benar. Peserta didik melakukan kegiatan menggambar proses pekembangbiakan kupu-kupu mulai dari telur, ulat, kepompong, dan menjadi kupu-kupu disertai dengan tulisan atau deskripsi singkat. Pada area matematika wujud perkembangan keterampilan motorik halus peserta didik yaitu mampu menggunakan alat tulis dengan benar. Peserta didik melakukan kegaiatan menghubungkan garis-garis menjadi bentuk angka bilangan. Pada area balok wujud perkembangan keterampilan motorik halus peserta didik yaitu peserta didik melakukan kegiatan menyusun balok-balok menjadi sebuah bangunan menara dengan rapi. Motorik halus peserta didik akan semakin berkembang secara maksimal seiring dengan kesempatan yang diberikan oleh guru kepada peserta didiknya untuk mengerjakan tugas yang diberikan secara individu. Karena peserta didik dapat menuangkan ide dan bereksperimen dengan bebas. Bentuk perkembangan motorik halus peserta didik di kelas B5 TK Negeri Pembina Yogyakarta dalam pembelajaran Model Pembelajaran Area berupa bisa mengkoordinasikan gerakan mata dan jari jemari dengan baik. Berikut penjelasan dari ibu Ktr: “Motorik halus merupakan gerak otot-otot halus yang meliputi gerak jari jemari serta pengorganisasian mata dengan tangan mas. Agar 68 motorik halus dapat berkembang dengan maksimal maka harus diberikan stimulus dengan tepat yaitu dengan cara dilatih mas. Cara melatihnya bisa dengan menulis, meremas, menggambar, menempel, serta menggunting mas.” Wawancara 2: 5 Juni 2015. Bentuk perkembangan motorik halus peserta didik pada saat mengikuti proses pembelajaran dapat tergambar pada beberapa kegiatan. Kegiatan- kegiatan tersebut selanjutnya dihubungkan dengan indikator perkembangan motorik halus pada anak usia dini. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan indikator sebagai berikut menggambar sesuai gagasan, menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting dan menempel gambar sesuai pola, mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail. Adapun indikator dan bentuk perkembangan motorik halus yang ditunjukkan oleh peserta didik selama penelitian berlangsung adalah sebagai berikut: 1. Menggambar sesuai gagasan 1 Mampu menggambar bebas dengan berbagai media spidol, krayon, arang, pensil warna, kapur tulis, dan bahan-bahan alam 2 Mampu menggambar secara proporsional 3 Mampu mencetak dengan berbagai media jari, kuas, bulu ayam, katenbat dengan rapi 2. Menggunakan alat tulis dengan benar 1 Mampu menulis nama depan 2 Mampu menghubungkan garis-garis 69 3 Mampu membuat berbagai macam coretan 3. Menggunting dan menempel gambar sesuai pola 1 Mampu menggunting dengan berbagai media derdasarkan bentukpola lurus, melengkung, lingkaran, segitiga 2 Mampu menempel kertasgambar sesuai dengan pola 4. Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail 1 Mampu mewarnai bentuk gambar sederhana 2 Mampu membatik 3 Mampu melukis dengan berbagai media kuas, bulu ayam, katenbat Selain melakukan observasi, peneliti juga mendokumentasikan kegiatan praktek yang tercipta dalam pembelajaran. Hasil dokumentasi dapat dilihat dilampiran. Data hasil observasi dan dokumentasi didukung dengan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan ibu Ktr, sebagai berikut: “Model pembelajaran area dalam memfasilitasi perkembangan keterampilan motorik halus peserta didik yaitu dengan cara praktek langsung mas. Biasanya guru memberikan pengarahan dan penjelasan terlebih dahulu mas sebelum peserta didik masuk ke dalam area pembelajaran. Nah di area-area pembelajaran itulah peserta didik diberikan kebebasan berpraktek sesuai dengan kretivitasnya masing- masing mas.” Wawancara 2: 5 Juni 2015. 70 Model pembelajaran area merupakan model pembelajaran yang menekankan pada perkembangan individu peserta didik. Pembelajaran dengan model area membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan motorik halus dengan cara memberikan kesempatan paraktek kepada peserta didik melalui area-area pembelajaran yang ada. Aktivitas belajar yang tercipta di area pembelajaran memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan secara langsung. d Model Yang Baik Pelaksanaan model pembelajaran area dalam mengembangkan keterampilan motorik halus pada pemberian model yang baik dilakukan oleh pendidik dengan cara memberikan sebuah contoh materi kegiatan yang ada didalam area pembelajaran agar peserta didik dapat menirunya. Dalam mempelajari keterampilan motorik, meniru suatu model memainkan peran yang penting. Maka dari itu, untuk mempelajari suatu keterampilan dengan baik peserta didik memerlukan contoh model yang baik. Pada hari itu, peserta didik akan mempelajaari tentang perkembangbiakan kupu-kupu. Pendidik memberikan contoh dan menerangkan terlebih dahulu kepada peserta didik sebelum memulai kegiatan dimasing-masing area yang dibuka. Peneliti memperoleh data terkait aktivitas pemberian model yang baik yang dilaksanakan oleh pendidik dalam pembelajaran, berikut hasil observasi pada saat pembelajaran dimulai: 71 “Pada hari itu, pendidik membuka area bahasa dalam mengembangkan motorik halus peserta didik. Pada area bahasa, peserta didik diberi tugas untuk membuat cerita pendek tentang proses perkembangbiakan kupu-kupu. Pendidik memberikan contoh gambar dan deskripsi singkat diarea pembelajaran. Peserta didik lalu mempraktekan menggambar dan menulis deskripsi singkat dari proses perkembangbiakan kupu-kupu. Proses perkembangbiakan dimulai dari telor, ulat, kepompong, dan terakhir kupu-kupu. ” Catatan Lapangan 9: 10 Juni 2015. Dari data observasi tampak pendidik memberikan contoh model kegiatan yang ada didalam area pembelajaran. Contoh model yang diterima oleh peserta didik kemudian dikembangkan sesuai dengan kreativitas yang dimiliki oleh peserta didik. Selain melakukan observasi, peneliti juga mendokumentasikan aktivitas pemberian model yang baik dalam pembelajaran. Hasil dokumentasi dapat dilihat di lampiran. Data hasil observasi dan dokumentasi peneliti didukung dengan wawancara terhadap ibu Ktr, sebagai berikut: “Dalam mengembangkan keterampilan motorik halus peserta didik, pendidik harus memberikan contoh model yang akan dikerjakan mas. Dengan adanya contoh, peserta didik akan lebih mudah dalam mempelajari keterampilan motorik yang akan dikembangkan mas.” Wawancara 2: 5 Juni 2015. Pada aktivitas pemberian model yang baik, pendidik menyiapkan contoh model atau bahan untuk peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Peserta didik akan mencontoh apa yang telah dibuat oleh pendidik dengan kreativitasnya masing-masing. Aktivitas belajar yang tercipta memberikan 72 kebebasan kepada peserta didik untuk mendapatkan pembelajaran secara langsung. Karena dalam mempelajari keterampilan motorik meniru suatu model memainkan peran yang penting. e Bimbingan Pelaksanaan model pembelajaran area dalam mengembangkan keterampilan motorik halus pada pemberian bimbingan dilakukan oleh pendidik dengan cara memberikan bimbingan dan arahan kepada peserta didik yang sekiranya mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan didalam area pembelajaran. Dalam mengerjakan kegiatan secara benar, peserta didik memerlukan bimbingan dari pendidik. Bimbingan sangat membantu peserta didik dalam membetulkan suatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari oleh peserta didik sehingga sulit dibetulkan kembali karena telah menjadi kebiasaan. Peneliti melakukan observasi untuk melihat pemberian bimbingan yang dilakukan pendidik kepada peserta didik saat pembelajaran sedang berlangsung, yaitu sebagai berikut: “Bu Ktr berkeliling di setiap area pembelajaran yang dibuka sambil memperhatikan setiap kegiatan yang sedang dilakukan oleh peserta didik. Pada saat itu di area bahasa sedang berlangsung kegiatan menjodohkan nama sila pada pancasila dengan gambar. Terdapat peserta didik yang masih belum lancar untuk membaca tulisan. Kemudian bu Ktr menghampiri peserta didik tersebut dan memberikan bimbingan mengeja nama-nama sila kepada peserta didik. ” Catatan Lapangan 6: 5 Juni 2015. 73 Hasil observasi tersebut sesuai dengan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan ibu Ktr terkait pemberian bimbingan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut: “Apabila terdapat peserta didik yang sekiranya mengalami kesulitan, pendidik akan memberikan bimbingan mas. Bimbingan diberikan oleh pendidik dengan tujuan untuk membetulkan kesalahan yang dibuat oleh peserta didik sebelum kesalahan tersebut menjadi kebiasaan sehingga nantinya menjadi kebiasaan dan sulit untuk dihilangkan mas.” Wawancara 3: 9 Juni 2015 Selain melakukan observasi dan wawancara, peneliti juga mendokumentasikan pemberian bimbingan yang tercipta dalam proses pembelajaran. Hasil dokumentasi dapat dilihat di lampiran. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi menunjukakan bahwa bimbingan dari pendidik sangat membantu peserta didik dalam membetulkan suatu kesalahan. Bimbingan diberikan oleh pendidik bertujuan untuk membetulkan kesalahan yang dibuat oleh peserta didik sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari oleh peserta didik sehingga sulit dibetulkan kembali karena telah menjadi kebiasaan. f Motivasi Pelaksanaan model pembelajaran area dalam mengembangkan keterampilan motorik halus pada pemberian motivasi dilakukan oleh pendidik dengan cara memberikan motivasi belajar kepada peserta didik yang sekiranya mengalami kejenuhan dan ketertinggalan dari peserta didik yang lain. Ketertinggalan yang dimaksud disini adalah peserta didik menganggap kalau dirinya tidak mampu dalam mengerjakan kegiatan yang 74 sedang ditugaskan oleh pendidik. Pemberian motivasi dilakukan oleh pendidik agar peserta didik dapat mempertahankan minat belajarnya. Peneliti melakukan observasi untuk memperoleh data terkait pemberian motivasi yang dilakukan oleh pendidik dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut: “Peserta didik diberikan tugas oleh pendidik dimasing-masing area pembelajaran yang dibuka. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, terdapat peserta didik yang kurang bersemangat dalam mengerjakan dan malah memilih mengobrol dengan teman disampingnya. Pendidik lalu datang untuk menghampiri peserta didik tersebut, lalu bertanya kenapa tugasnya tidak dikerjakan. Ternyata peserta didik tersebut malu untuk mengerjakan, karena tidak percaya diri apabila tugas yang dibuat tidak sebagus seperti milik teman yang lain. Pendidik lalu memberikan semangat dan motivasi kepada peserta didik tersebut agar percaya diri dan mau melanjutkan tugasnya lagi. Motivasi yang diberikan oleh pendidik dengan cara memberikan penghargaan kepada peserta didik dengan memberikan bintang di tugasnya. Catatan Lapangan 7: 9 Juni 2015 ” Hasil observasi tersebut sesuai dengan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan bu Ktr terkait pemberian motivasi yang dilakukan pada proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut: “Motivasi yang diberikan oleh pendidik biasanya dengan cara memberikan penghargaan kepada peserta didik mas, yaitu dengan memberikan bintang pada tugas yang dapat terselesaikan. Dengan cara begitu biasanya peserta didik kembali bersemangat lagi mas.” Wawancara 2: 5 Juni 2015. Selain melakukan observasi dan wawancara, peneliti juga mendokumentasikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil dokumentasi dapat dilihat pada lampiran. 75 Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi menunjukan bahwa pemberian motivasi dilakukan oleh pendidik dengan cara memberikan penghargaan kepada peserta didik dengan memberikan bintang. Motivasi belajar peserta didik perlu untuk dipertahankan karena dengan motivasi yang bagus peserta didik akan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan optimal.

c. Istirahat

Kegiatan ini berlangsung selama ±30 menit. Dalam kegiatan istirahat ini dapat melatih pembiasaan yang baik dari peserta didik, yaitu: cuci tangan sebelum dan sesudah makan, berdoa sebelum makan, serta menumbuhkan rasa berbagi kepada para teman-temannya. Setelah kegiatan makan selesai, waktu yang tersisa dapat digunakan untuk bermain untuk mengembangkan motorik peserta didik.

d. Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir dilaksanakan seperti kegiatan awal yaitu secara klasikal dengan waktu ±30 menit. Pelaksanaan kegiatan akhir dilakukan oleh pendidik dengan membuat rangkuman dan kesimpulan bersama peserta didik. Peneliti melakukan observasi terkait kegiatan akhir yang dilakukan oleh pendidik. Berikut hasil observasi yang diperoleh peneliti: “Bu Ktr mengajak peserta didik untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan pada saat itu. Setelah selesai, Bu Ktr lalu mengajak peserta didik untuk bernyayi dilanjutkan dengan berdoa yang dipimpin oleh salah satu peserta didik. Catatan Lapangan 7: 9 Juni 2015 ” Ketika pembelajaran menyisakan waktu ±30 menit, pendidik mengajak peserta didik untuk berkumpul ditengah kelas. Untuk mendapatkan fokus dari peserta 76 didik, pendidik meneriakan yel-yel dan bernyanyi. Pada kegiatan akhir pendidik mengajak peserta didik untuk menyimpulkan inti dari proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Selain itu pendidik juga memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Selain melakukan observasi, peneliti juga mendokumentasikan kegiatan penutup yang dapat dilihat di lampiran. Data hasil observasi dan dokumentasi didukung dengan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada ibu Ktr, berikut hasil wawancara: “Pada kegiatan akhir pembelajaran, saya menekankan kembali bagian- bagian kegiatan yang penting serta mengajak anak untuk merivew ulang kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan pada saat proses pembelajaran mas” Wawancara 1: 4 Juni 2015. Berdasarkan pada hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara pelaksanaan kegiatan akhir dilaksanakan oleh pendidik dengan meriview dan membuat kesimpulan tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh peserta didik. Kegiatan akhir ditutup dengan berdoa bersama peserta didik dan pendidik.

3. Kendala

Pelaksanaan Model Pembelajaran Area dalam Mengembangkan Keterampilan Motorik Halus Peserta Didik di Kelas B5 Berdasarkan hasil peneliti yang telah dilakukan di TK Negeri Pembina Yogyakarta terhadap Pelaksanaan Model Pembelajaran Area dalam Mengembangkan Keterampilan Motorik Halus ditemukan beberapa kendala dalam pelaksanaannya, yaitu sebagai berikut: 77 a Proses Pembelajaran Kendala yang ditemukan peneliti adalah pada saat proses pembelajaran. Kendala tersebut ditemukan peneliti pada saat wawancara dengan guru kelas B5. Guru mengalami kesulitan pada saat tahun ajaran baru yaitu pada saat kelas a naik ke kelas b karena pada tahun ajar baru tersebut merupakan masa peralihan bagi peserta didik. Berikut penjelasan dari ibu Ktr: “Guru mengalami kendala pada saat memasuki tahun ajaran baru mas, yang kelas a naik ke kelas b. Kan dikelas a model pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kelompok nah disini siswa harus beradaptasi lagi menggunakan model pembelajaran area sehingga guru harus intens memberikan bimbingan kepada anak yang masih kurang aktif mas. Selain itu juga ada sebagian anak yang tidak mampu menyelesaikan tugasnya diarea-area yang telah disediakan apabila masih masa peralihan begini mas.” Wawancara 3: 9 Juni 2015. Dalam kesempatan wawancara lain ibu Ktr menambahkan bahwa ada kendala lain yang ditemukan, yaitu pada keberagaman tingkat pemahaman yang dimiliki oleh peserta didik. Berikut penjelasan dari ibu Ktr: “Kendala yang dialami yaitu keberagaman tingkat pemahaman peserta didik yang berbeda-beda. Sehingga guru harus selalu memperhatikan setiap siswanya apakah siswa tersebut sudah memahami apa yang guru sampaikan. Selain itu untuk kendala mengembangkan motorik halus melalui pembelajaran area mungkin guru dituntut harus selalu kreatif dalam memberikan materi pembelajarannya mas kalau tidak siswa akan mudah merasa bosan. Sehingga guru dituntut 78 harus memeiliki kretifitas agar proses pembelajaran tidak monoton.” Wawancara 3: 9 Juni 2015 Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran pendidik mengalami kendala pada saat tahun ajaran baru dikarenakan model pembelajaran yang diterapkan dikelas a dan b berbeda sehingga peserta didik membutuhkan waktu untuk beradaptasi terlebih dahulu. Selain itu tingkat pemahaman peserta didik yang beragam juga menjadi kendala dalam proses pembelajaran. b Peran Peserta Didik Peran peserta didik dalam model pembelajaran area yaitu sebagai subjek utama dalam pembelajaran. Peserta didik diberikan kebebasan dan kesempatan praktek dengan melakukan aktivitas pembelajarannya sendiri. Melalui observasi peneliti menemukan kendala peran peserta didik dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut: “Pada saat kegiatan inti berlangsung, terdapat beberapa peserta didik yang kurang bersemangat dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan yang ada di area pembelajaran. Peserta didik memilih mengobrol dengan teman yang ada didekatnya. Bu Ktr lalu mendekati peserta didik tersebut dan memberikan motivasi serta dorongan agar peserta didik yang bersangkutan bersemangat dalam mengerjakan kegiatan yang ada.” Catatan Lapangan 7: 9 Juni 2015 Pendapat yang sama disampaikan oleh ibu Ktr dalam wawancara berikut: 79 “Yang menjadi kendala dari peserta didik biasanya motivasi dan fokus yang lemah mas dalam mengerjakan kegiatan yang ada. Biasanya peserta didik malah mengobrol dengan teman disebelahnya sehingga pekerjaan yang dikerjakan agak lama selesainya mas. Sehingga guru harus memiliki cara untuk memotivasi peserta didik agar antusias kembali.” Wawancara 4: 10 Juni 2015. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi menunjukan bahwa sebagian peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajaran masih memiliki motivasi dan semangat yang lemah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Peran peserta didik sebagai aktor utama dalam kegiatan pembelajaran masih belum terbentuk dengan baik karena ada beberapa peserta didik yang masih memiliki motivasi yang lemah dalam belajar. c Peran Pendidik Kedudukan guru dalam pelaksanaan model pembelajaran area dalam mengembangkan keterampilan motorik halus adalah sebagai fasilitator yang membantu peserta didik untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan yang dimiliki oleh peserta didik salah satunya adalah motorik halus. Dalam penelitian ini terlihat bahwa guru tidak lagi menjadi pusat sumber belajar. Guru hanya memberikan sedikit penjelasan materikegiatan kepada peserta didik dan selanjutnya peserta didik yang akan bereksplorasi terhadap kegiatan yang ada. Untuk melihat peran pendidik dalam pembelajaran, peneliti melakaukan observasi yaitu sebagai berikut: 80 “Bu Ktr memberikan penjelasan sebelum peserta didik melakukan kegiatan inti. Pada saat itu bu Ktr menjelaskan tentang urutan nama-nama bulan, ada beberapa peserta didik yang tidak memperhatikan dan ramai dengan teman didekatnya.” Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, peneliti masih menemukan kendala tentang peran pendidik dalam pembelajaran yaitu tentang cara mengajar pendidik yang belum dapat memfasilitasi gaya belajar peserta didik secara keseluruhan. Hal tersebut terbukti dari ada beberapa peserta didik yang tidak memperhatikan dengan bercandaramai dengan teman sebangkunya. Jadi dapat disimpulkan bahwa cara mengajar pendidik belum sepenuhnya memahami jalan pikirancara pandang yang dimiliki oleh peserta didik. d Penilaian Kendala yang terjadi pada pelaksanaan model pembelajaran area di TK Negeri Pembina Yogyakarta yang terakhir yaitu terdapat pada penilaian. Pada saat itu ibu Ktr selaku wali kelas kelas B5 menunjukan laporan hasil studi peserta didik. Ibu Ktr menunjukan kepada peneliti bagaimana cara guru menganalisis dan memasukan penilaian terhadap peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Ktr, format penilaian dirasa sangat menyita waktu bagi pendidik. Berikut penjelasan dari ibu Ktr: 81 “Yang menjadi kendala saat penilaian terdapat pada saat guru melakukan rekap nilai peserta didik mas. Pada saat perekapan ini guru harus melaporkan setiap perkembangan dari masing- masing peserta didik, yaitu mulai dari kognitifnya, bahasa, motorik halus dan kasar, sosial, dll yang dibuat secara deskripsi. Selain itu penilaian yang digunakan oleh guru juga tidak cuma satu mas, ada banyak penilaian misal observasi, penugasan, hasil karya, unjuk kerja, catatan anekdot. Nah dari berbagai macam penilai yang digunakan oleh guru tersebut, nantinya guru juga masih harus membuat rangkuman penilaian dari peserta didik mas sehingga hal tersebut sangat menyita waktu yang sangat panjang mas.” Wawancara 4: 10 Juni 2015. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan model pembelajaran area dalam meningkatkan perkembangan motorik halus peserta didik di TK Negeri Pembina Yogyakarta. Peneliti menemukan adanya kendala pada: persiapan pembelajaran, proses pembelajaran, peran pendidik, serta pada penilaian peserta didik.

B. Pembahasan

1. Pelaksanaan Model Pembelajaran Area dalam Mengembangkan

Keterampilan Motorik Halus Peserta Didik di Kelas B5 Pelaksanaan model pembelajaran area dalam mengembangkan keterampilan motorik halus di kelas B5 TK Negeri Pembina Yogyakarta meliputi empat tahap kegiatan yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan akhir. Hal yang perlu dipersiapkan pendidik sebelum pelaksanaan model pembelajaran area dalam mengembangkan keterampilan motorik halus yaitu: