39
E. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dari Dian Adiprana Tyagita yang berjudul
“Pelaksanaan Model Pembelajaran Area Dalam Mengembangkan Kemandirian Peserta Didik Di TK Negeri Pembina
Yogyakarta pada tahun 2013 ”. Dalam penelitian ini membahas bahwa model
pembelajaran area dapat digunakan untuk mengembangkan kemandirian peserta didik karena peseta didik diberikan keleluasaan untuk memilih pembelajarannya
sendiri berdasarkan oleh minat. Penelitian yang dianggap relevan selanjutnya adalah penelitian dari
Oktavia Nuraeni yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menganyam Dengan Kertas Pada Anak Kelompok B TK
KKLKMD Sedyo Rukun Bambanglipuro Bantul pada tahun 2014”. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus peserta didik di TK KKLKMD Sedyo Rukun Bambanglipuro dengan kegiatan menganyam dengan
kertas. Kegiatan menganyam dapat melatih keterampilan anak dalam mengkoordinasikan mata dan tangan khususnya gerakan yang melibatkan otot-
otot kecilhalus anak. Selain itu anak dapat belajar mengingat pola yang harus diikuti dengan penuh kesabaran sehingga kegiatan ini juga dapat melatih sikap
emosi anak dengan baik.
F. Kerangka Pikir
Model pembelajaran area bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang membangun suatu landasan dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
penting untuk menghadapi tantangan baik di masa kini maupun di masa yang akan
40
dating serta didasari pada keyakinan bahwa anak akan tumbuh dengan baik apabila mereka dilibatkan secara langsung pada proses belajar dan mendorong
anak untuk bereksplorasi, bereksperimen, mempelopori, dan menciptakan pembelajarannya sendiri Depdiknas, 2008: 38. Model pembelajaran area dapat
diterapkan guna memfasilitasi perkembangan individu peserta didik. Model pembelajaran area memberikan kesempatan dan kebebasan praktek terhadap anak
untuk belajar dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Yudha dan Rudyanto 2005: 118 mengungkapkan bahwa motorik halus
adalah kemampuan anak dalam beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus kecil seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok,
dan memasukkan kelereng. Sedangkan Sumantri 2005: 145 mengungkapkan bahwa koordinasi antara tangan dan mata dapat dikembangkan melalui kegiatan
permainan membentukmemanipulasi tanah liat, memalu, menggambar, mewarnai, menempel, menggunting dan menempel, seta meronce. Kegiatan yang
disebutkan oleh para ahli tersebut terdapat dalam area-area pembelajaran pada model pembelajaran area. Sehingga model pembelajaran area dapat digunakan
dalam memfasilitasi perkembangan keterampilan motorik halus anak. Dalam memfasilitasi perkembangan keterampilan motorik halus anak pembelajaran area
memiliki 10 area yang dapat dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan anak guna mengoptimalkan perkembangan motorik halus anak, yaitu: area agama, balok,
bahasa, drama, matematika, IPA, musik, seni, pasir dan air, membaca dan menulis.
41
Dalam pelaksanaannya model pembelajaran area dibagi menjadi empat tahap pembelajaran, yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat, kegiatan akhir.
1 Kegiatan awal yang dilaksanakan untuk melatih pembiasaan anak sebelum memulai suatu kegiatan harus diawali dengan berdoa terlebih dahulu, memberi
salam, dan bernyanyi. Setelah itu dapat dilanjutkan dengan bercerita tentang pengalaman sehari-hari dari masing-masing anak serta 34 anak bertanya tentang
cerita yang telah disampaikan oleh teman-temannya, membicarakan temasub tema, melakuan kegitan fisikmotorik yang dapat dilakukan di dalam atau luar
kelas. 2 Kegiatan Inti, guru bersama peserta didik membicarakan tugas-tugas di area yang akan diprogramkan. Guru menjelaskan kegiatan-kegiatan di dalam area
yang diprogramkan. Setelah itu peserta didik dibebaskan memilih area yang disukainya. Area yang dibuka setiap hari disesuaikan dengan apa yang akan
dikembangkan dari diri anak. Anak bebas berpindah area sesuai dengan minat dan keinginannya.3 Istirahat bertujuan untuk menanamkan pembiasaan yang baik,
yaitu: cuci tangan sebelum makan, berdoa sebelum dan sesudah makan, tata tertib makan yang baik, serta menumbuhkan rasa sosial antar anak berbagi makanan
dengan teman sebaya. Setelah kegiatan makan anak selesai, waktu yang tersisa dapat digunakan anak untuk bermain. 4 Kegiatan Akhir dilaksanakan secara
klasikal misalnya dengan bernyanyi, bertepuk tangan, bercerita, dan dilanjutkan dengan diskusi membahas kegiatan satu hari yang telah dilakukan serta
menginformasikan kegiatan esok hari. Setelah itu berdoa, salam, dan pulang.
42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pelaksanaan
model pembelajaran area di TK Negeri Pembina Yogyakarta dalam mengembangkan keterampilan motorik halus beserta kendala yang dialami.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang
tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat yang sedang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang Sumanto, 1990: 47. Pendekatan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hal tersebut karena permasalahan
yang dibahas seputar mendeskripsikan, menguraikan, dan menggambarkan pelaksanaan model pembelajaran area dalam
mengembangkan keterampilan motorik halus di TK Negeri Pembina Yogyakarta. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer
dan sekunder. Data primer meliputi hasil observasi dan wawancara dengan pendidik, dan peserta didik di TK Negeri Pembina Yogyakarta. Sedangkan data
sekunder meliputi hasil catatan lapangan dan dokumentasi yang didapatkan peneliti selama observasi.