Model Pembelajaran Area Sebagai Pengembangan Motorik Halus Peserta

19 i. Portofolio: merupakan kumpulan dari berbagai catatan guru tentang beberapa aspek perkembangan peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Penilaian ini ditujukan untuk menilai berbagai aspek perkembangan yang ada pada peserta didik. Aspek-aspek yang dinilai meliputi nilai-nilai agama dan moral, perkembangan motorik, kognitif, bahasa serta sosial emosional.

5. Model Pembelajaran Area Sebagai Pengembangan Motorik Halus Peserta

Didik di TK Negeri Pembina Model pembelajaran area merupakan suatu model pembelajaran yang dilaksankan di Taman Kanak-kanak. Model pembelajaran ini sangat efektif dalam memfasilitasi perkembangan individu peserta didik. Model pembelajaran area memberikan kesempatan dan kebebasan terhadap anak untuk belajar dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Pembelajaran dengan model pembelajaran area dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik peserta didik, menghormati keberagaman budaya, dan menekankan pada pengalaman belajar anak Depdiknas, 2008: 38. Model pembelajaran area bertujuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang membangun suatu landasan bagi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Model pembelajaran area memiliki keyakinan bahwa anak-anak dapat tumbuh dengan baik apabila mereka dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran dan mendorong anak untuk bereksplorasi, bereksperimen, mempelopori, dan menciptakan Children Resources International, 2000: 6. Konsep tersebut tentunya sejalan dengan konsep pengembangan keterampilan 20 motorik halus peserta didik, dimana dalam mengembangkan keterampilan motorik halus pengalaman atau kesempatan praktek sangat diperlukan dalam rangka optimalisasi proses perkembangan. Menurut Schmidt Richard Decaprio, 2013: 17 pembelajaran motorik adalah serangkaian proses pembelajaran yang berhubungan dengan praktik atau pengalaman yang mengarah pada perubahan relatif permanen dalam menggapai sesuatu. Yudha dan Rudyanto 2005: 118 mengungkapkan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak dalam beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus kecil seperti menulis, meremas, mengenggem, menggambar, menyusun balok, dan memasukkan kelereng. Sumantri 2005: 145 mengemukakan bahwa kordinasi antara tangan dan mata dapat dikembangkan melalui kegiatan permainan membentukmemanipulasi tanah liat, memalu, menggambar, mewarnai, menempel, dan menggunting atau memotong, serta meronce. Slamet Suyanto 2005: 50 mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran seperti melipat, mengelem, dan menggunting kertas dapat melatih motorik halus anak. Kegiatan-kegiatan yang disebutkan oleh para ahli tersebut terdapat pada area-area yang ada didalam model pembelajaran area. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran area dapat digunakan untuk memfasilitasi perkembangan keterampilan motorik halus pada diri peserta didik.Dalam memfasilitasi perkembangan keterampilan motorik halus anak pembelajaran area memiliki 10 area yang dapat dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan anak guna mengoptimalkan perkembangan motorik halus anak, yaitu: area agama, balok, bahasa, drama, matematika, IPA, musik, seni, pasir dan air, membaca dan 21 menulis. Peserta didik dibebaskan untuk memilih area mana yang akan dimasuki sesuai dengan minatnya. Kebebasan memilih sesuai dengan minat akan menimbulkan rasa nyaman dan senang untuk peserta didik sehingga mendorong peserta didik untuk aktif melakukan kegiatannya sendiri tanpa perlu perintah dari pendidik.

B. Perkembangan Motorik Anak Usia Dini