66 Peningkatan hasil belajar 69,64 pada pra siklus meningkat menjadi
73,82 di siklus I, dan meningkat lagi menjadi 85 pada siklus II, berdasarkan hasil data tersebut maka penelitian dihentikan pada
siklus II.
B. Pembahasan
Usman Samatowa 2011: 2 IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang bedasarkan hasil percobaan dan
pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Powler dalam Winaputra, 1992: 122 bahwa IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan
eksperimensistematis teratur artinya pengetahuan itu tersususun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling
menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan suatu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau
oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Pada pra siklus hasil belajar siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan yaitu 69,64 karena metode pembelajaran yang digunakan ceramah dan Tanya
jawab sehingga siswa bosan, hafalan tidak memperoleh pengelaman yang konkrit. Siklus I meningkat menjadi 73,82, karena menerapkan metode
pembelajaran inkuiri terbimbing dimana siswa didesain untuk dapat belajar dengan menemukan sendiri jawaban dari materi yang dipelajari melakukan
67 kegiatan percobaanpengamatan.
Menurut Wina Sanjaya 2006: 196, metode pembelajaran inkuiri SPI adalah rangkaian pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukakn
melalui Tanya jawab antara guru dan siswa. Ma slichah Asy’ari 2006: 27
prinsip inkuiri atau penemuan perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam
sekitar penuh dengan fakta tau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu lebih banyak.
Dalam inkuiri terbimbing siswa aktif melakukan percobaanpengamatan sehingga siswa memperoleh pengelaman konkrit. Dengan pengelaman konkrit
siswa mengalami kemajuan, siswa dapat memproses Ilmu Pengetahuan sebagai lebih mudah mempelajari IPA, tetapi masih ada siswa yang masih
belum serius dalam menerima pelajaran maupun melakukan percobaan pengamatan. sehingga siswa paham tentang materi yang dipelajari. Dan hasil
tes dari siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan ≥75.
Setelah itu dilanjukan dengan siklus II dengan menerapkan metode inkuiri terbimbing, kegiatan pembelajaran pun dilakukan secara berkelompok,
disesuaikan dan bimbingan, guru lebih efektif dalam membimbing siswa dalam mengerjakan tugas kelompok. Guru lebih memperhatikan siswa agar
siswa lebih aktif di kelas selama proses pembelajaran dan kegiatan percobaan pengamatan berlangsung secara kelompok. Setelah itu guru mengondisikan
68 pembelajaran agar lebih kondusif, sehingga siswa lebih mudah mempelajari
IPA. Maka hasilnya baik dan memenuhi kriteria keberhasilan yaitu rerata hasil belajar 85.
Penggunaaan metode inkuiri terbimbing yang guru lakukan tentunya lebih memunculkan keaktifan siswa sebab pembelajaran dengan inkuiri
terbimbing, siswa mencari jawaban sendiri sesuai dengan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa untuk mencari tahu
jawaban atas pentanyaan yang diberikan guru. Begitu juga akan muncul keaktifan siswa dalam berdiskusi kelompok, tanya jawab serta dengan
bimbingan guru sangat berarti bagi siswa. Sehingga suasana belajar yang tercipta lebih menyenangkan dan bermakna.
Hasil belajar siswa merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar IPA
pembelajaran tersebut dapat dilihat penilaian evaluasi siswa. Pada siklus II dikatakan bahwa rata-rata hasil belajar siswa meningkat dibandingkan pra
tindakan dan siklus I, peningkatan mencapai 69,64 dan 73,82. Dari data tersebut menunjukan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Ketuntasan
pra tindakan, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yaitu 69,64, 73,82,dan 83,52. Dan ketidaktuntasan siswa pada siklus pra siklus dan
siklus I mengalami peningkatan yaitu 23,52 menjadi 35,29. Peningkatan hasil belajar pada siklus II dipicu oleh penerapan metode
inkuiri terbimbing yang lebih ditingkatkan lagi dalam pembelajaran sehingga lebih bermakna, pengelolaan kelas dengan diskusi kelompok yang lebih kecil
69 lagi dengan 3 atau 4 orang siswa tiap kelompok sesuai dengan kedekatan
pertemanan siswa, melibatkan keaktifan dan kreativitas siswa lebih tinggi dan bimbingan guru secara menyeluruh kepada siswa.
C. Keterbatasan Penelitian