Batik Bokong Semar Warna OranyeJingga, Merah, dan Hijau

penyesalan dan pertobatan harus latah dilakukan sebagai kewaspadaan agar tidak mengulangi dosa yang sama. https:pangudoroso.wordpress.com20130617ki- lurah-semar-bodronoyo-hyang-ismoyo-margo-ewuh diunduh pada tanggal 7 september 2015. Dalam skripsi Dian Pradita Kusuma 2008: 96 menjelaskan bahwa, …bahwa semar wajah semar ialah laki-laki, namun badannya serba bulat, payudara montok, seperti layaknya seorang wanita. Rambutnya putih dan kerut wajahnya menunjukkan bahwa ia sangat tua, namun berkuncung seperti anak-anak. Bibirnya tersenyum mesem-mesem, tetapi mata selalu mengeluarkan air mata ndrejes. Kain poleng bangbintulu aji, dodot poleng yang mirip dengan dipakai Bima menandakan insan yang telah berhasil mengatasi keempat nafsunya dan maampu pergi ke kahyangan dengan raga secara utuh. Menurut Ki Dalang H. Suparma wawancara pada tanggal 30 Juli 2015 mejelaskan, walaupun bentuk wajah dan badannya sangat jelek namun sang Semar merupakan tokoh sebaik-baiknya tokoh dalam pewayangan. Hal ini pula dijelaskan dalam skripsi Dian Pradita Kusuma 2008: 64, bahwa dalam tema lakon Sang Hyang Munged Turun Ampah adalah demi mengutamakan pada dunia setelah mati, dia berupaya ingin mencapai kesempurnaan hidup, yang artinya menyingkirkan semua keduniaan yang bersifat fanah dan hanya sementara, tidak untuk selamanya. Dalam tema lakon ini pula terdapat amanat yaitu siapa orang yang menanam akan memetik buahnya, yang artinya siapa yang menanam amal baik di dunia maka akan memetik hasilnya baik pula nantinya. Sang Hyang Munged atau Semar sebagai contoh tokoh yang tidak sombong adigang- adiguna, walaupun dia mempuyai kelebihan tetapi rela menjadi seorang panakawan yang kehidupannya selalu menerima, sabar tawakal, dan yang paling utama adalah tidak menyombongkan diri walaupun berderajat tinggi seorang Dewa dan mempunyai kelebihan yang sangat mumpuni kesaktiannya ilmunya. Dalam pembuatan batik di Indramayu memang tak banyak motif yang memiliki makna dalam setiap motifnya, namun motif bokong semar di masa dahulu memiliki pemaknaan simbolis dalam kehidupan masyarakatnya. Dalam motif ini terkandung makna pada bentuk bokong semar yang besar tersebut merupakan perlambangan bahwa semar menelan kesombongannya dengan maksud bahwa setiap perlakuan dalam mengambil keputusan harus dipikirkan matang-matang agar tak menyesal di akhir nantinya. Seperti yang dijelaskan Ki Dalang H. Suparma wawancara pada tanggal 30 Juli 2015, dalam pesan wayang semar yang selalu diperankan dalam bahasa Indramayu “Sing nandur bakal ngunduh, Sing gawe bakal nganggo, sing hutang kudu bayar” yang artinya “Yang menanam akan menerima hasilnya, yang membuat akan memakainya, yang hutang harus membayarnya”. Maksud dari makna tersebut ialah siapa orang yang menanam akan memetik buahnya, yang artinya siapa yang menanam amal baik di dunia maka akan memetik hasilnya baik pula nantinya. Menyingkirkan semua keduniaan yang bersifat fanahsementara dan tidak untuk selamanya. Hal inilah alasan dalam bentuk motif bokong semar yang diciptakan. Pada motif penunjang seperti motif kembang tiba, gunungan kembang dan tumpal rucuk merupakan suatu visualisasi dari kecintaan dan keagungan masyarakat Indramayu terhadap alam sekitar. Kembang berarti bunga yang memiliki makna suatu keindahan, keagungan dan menarik. Menurut Rens Heringa dalam Dekranasda 2014: 17 menjelaskan bahwa, arti dari tumpal ialah pertama,