Batik Bokong Semar dengan Warna Coklat, Ungu dan Merah muda
utama adalah tidak menyombongkan diri walaupun berderajat tinggi seorang Dewa dan mempunyai kelebihan yang sangat mumpuni kesaktiannya ilmunya.
Dalam pembuatan batik di Indramayu memang tak banyak motif yang memiliki makna dalam setiap motifnya, namun motif bokong semar di masa
dahulu memiliki pemaknaan simbolis dalam kehidupan masyarakatnya. Dalam motif ini terkandung makna pada bentuk bokong semar yang besar tersebut
merupakan perlambangan bahwa semar menelan kesombongannya dengan maksud bahwa setiap perlakuan dalam mengambil keputusan harus dipikirkan
matang-matang agar tak menyesal di akhir nantinya. Seperti yang dijelaskan Ki Dalang H. Suparma wawancara pada tanggal 30 Juli 2015, dalam pesan wayang
semar yang selalu diperankan dalam bahasa Indramayu “Sing nandur bakal
ngunduh, Sing gawe bakal nganggo, sing hutang kudu bayar” yang artinya “Yang menanam akan menerima hasilnya, yang membuat akan memakainya, yang
hutang harus membayarnya”. Maksud dari makna tersebut ialah siapa orang yang menanam akan memetik buahnya, yang artinya siapa yang menanam amal baik di
dunia maka akan memetik hasilnya baik pula nantinya. Menyingkirkan semua keduniaan yang bersifat fanahsementara dan tidak untuk selamanya. Hal inilah
alasan dalam bentuk motif bokong semar yang diciptakan. Pada motif penunjang seperti motif kembang tiba, gunungan kembang dan
tumpal rucuk merupakan suatu visualisasi dari kecintaan dan keagungan masyarakat Indramayu terhadap alam sekitar. Kembang berarti bunga yang
memiliki makna suatu keindahan, keagungan dan menarik. Menurut Rens Heringa dalam Dekranasda 2014: 17 menjelaskan bahwa, arti dari tumpal ialah pertama,
dijadikan perlambang pegunungan yang menjulang disisi utara, selanjutnya segitiga atau tepatnya hiasan didalam segitiga yaitu sebuah pohon kecil yang
merupakan visualisasi pohon-pohon kelapa yang menjulang, menjaga ujung-ujung persawahan.