189 Tabel 162. D
an Desa Bantarka tahun 2008
Bulan 2008 Jenis Kelamin
ata Kemati ret
Umur L P
Januari 2
1 bulan, 90 tahun Februari
Maret 2 1
hari
Desember 1 6
bulan 75, 69 tahun, 1
April 1 80
tahun Mei 1
70 tahun
Juni 2 4
80,85,75,85 tahun
Juli 1 53
tahun Agustus 4
1 41,25,60
tahun September 1
1 75,75
tahun Oktober 1
75 tahun
Nopember 1 68
tahun Total 16
8 1181,586
Sumber: Data Desa Bantarkaret
Berdasarkan data yang diperoleh di Desa Bantarkaret, maka diperoleh umur rata-rata harapan hidup di Desa Bantarkaret pada tahun 2009 adalah sebesar
62,19 tahun. Berdasarkan data kematian dari kedua Desa tempa rata-rata umur harapan hidup untuk di kedua Desa tersebut adalah
5.6. Kerugian yang Akan Ditimbulkan dari Penggun n Bahan B
a di Lokasi Pe
an
Penggunaan bahan-bahan berbahaya di lokasi penelitian akan menimbulka
sendiri yang menggunakan bahan berbahaya tersebut, ma
-orang yang ting di sekitar lingkungan te
han- igunakan. Salah satu bahan berbahaya yang digunakan
dilokas
di
disembuhkan, dan terutama penyakit-penyakit yang menyerang saraf pusat. t penelitian, maka
55,75 tahun.
aa erbahay
neliti
n kerugian baik bagi diri upun orang
gal mpat ba
bahan berbahaya tersebut d i penelitian adalah merkuri. Zat berbahaya tersebut digunakan dalam
proses pengolahan emas oleh para penambang liar. Pencemaran merkuri ke alam dalam jumlah yang melebihi ambang batas akan sangat merugikan baik terhadap
kesehatan, maupun terhadap keuangan. Merkuri telah meracuni warga Kumamoto Jepang yang mengakibatkan penyakit-penyakit yang tidak dapat
190 Banyak
ncana besar tersebut yang membuang limbahnya yaitu merkur
warga Kumamoto yang meninggal akibat keracunan merkuri, dan tidak sedikit korban yang mengalami penyakit-penyakit aneh akibat terkontaminasi
merkuri terlalu banyak. Kumamoto adalah salah satu distrik di Jepang yang memiliki kepadatan
penduduk sebesar 249 jiwaKm
2
, distrik ini pada tahun 1959 dihebohkan dengan ditemukannya penyakit aneh yang menyerang sistem syaraf, penyakit yang
muncul 24 tahun setelah perusahaan Chisso didirikan dan mulai berproduksi. Berbagai penelitian telah dilakukan oleh pemerintah di distrik Kumamoto ini
mengenai penyakit aneh tersebut, berdasarkan hasil penelitian dibuktikan bahwa penyakit tersebut berasal dari adanya kontaminasi merkuri terhadap hasil laut
yang yang dikonsumsi oleh mayoritas masyarakat di distrik ini. Setelah dilakukan banyak penelitian, diketahui bahwa sebuah perusahaan bahan kimia adalah
penyebab terjadinya be i ke dalam laut dengan jumlah buangan merkuri sebanyak 5,5-16,7 ton per
tahunnya. Maka dari itu para masyarakat yang menjadi korban pencemaran merkuri tersebut melakukan penuntutan terhadap perusahaan itu untuk
memberikan kompensasi akibat pencemaran yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.
Perjuangan yang cukup panjang telah dilakukan oleh para korban dan keluarganya, hingga satu per satu korban telah meninggal, akhirnya pada tahun
2004, para korban yang berjuang terus mendapatkan buah hasil perjuangan mereka, mereka mendapatkan dana kompensasi sebesar 1.932.432,43 yen pada
tahun 2004, yang jika dikonversi ke nilai sekarang dalam rupiah adalah sebesar Rp 206.753.412,- per satu orang korban.
191 alah merkuri. Berdasarkan hasil penelitian jumlah buangan merkuri per
tahunn
g terjadi di Minamata dan kepadatan pendud
Tahun 1980 1985
1990 1993
Ketiga Desa tempat diadakan penelitian adalah lokasi pertambangan PT.Antam, Tbk yang juga merupakan lokasi dari pertambangan emas liar, dimana
dalam kegiatannya menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang salah satunya ad
ya untuk ketiga Desa tempat penelitian adalah sebanyak 5,5 ton. Kepadatan penduduk untuk ketiga desa ini adalah sebanyak 628 jiwa per Km
2
, dimana pertambangan liar ini diasumsikan mulai bersamaan dengan mulai berproduksinya
PT. Antam, Tbk yaitu pada tahun 1994, maka penggunaan merkuri oleh para penambang liar telah berlangsung selama kurang lebih 15 tahun. Dengan jumlah
buangan yang hampir sama dengan yan uk yang lebih padat, maka dampak akibat penggunaan merkuri ini akan
terlihat kurang lebih 9-15 tahun yang akan datng di ketiga desa ini. Kerugian yang mungkin akan dialami oleh para korban di ketiga desa
tempat penelitian adalah sebesar Rp 78.231.729,25,- per satu orang korban untuk nilai saat ini, yang diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi terhadap data
pendapatan per kapita di Kumamoto dan membandingkannya dengan pendapatan per kapita Kabupaten Bogor yang menggunakan harga konstan tahun 2006 Rp
6.642.355,-. Tabel 163. Pendapatan Per Kapita Kumamoto Perfektur
Pendapatan Per Kapita Yen 1.470.000
1.854.000 2.401.000
2.442.000 Sumber: Economic Planning Agency, Annual Report On Perfectural Economies
Selain biaya yang akan dikeluarkan nanti, para responden pun akan terus mengeluarkan biaya kesehatan setiap tahunnya untuk mengobati gejala-gejala
penyakit akibat penggunaan bahan kimia berbahaya, yang berdasarkan hasil
192 penelitian diperoleh bahwa untuk Desa Cisarua rata-rata respondennya
mengeluarkan biaya kesehatan sebesar Rp 140.349,-tahunnya, Desa Malasari sebesar Rp 192.833,-tahunnya, dan Desa Bantarkaret sebesar Rp 171.800,- per
tahunnya.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Proses pengolahan emas yang dilakukan oleh para gurandil tidak memenuhi prosedur yang benar, karena mereka menggunakan bahan kimia berbahaya
dalam melakukan proses pengolahan bijih emas yang mereka peroleh dengan cara menambang secara liar. Setelah mereka melakukan pengolahan tersebut
mereka tidak mengolah limbah yang dihasilkan secara benar, mereka hanya menampung limbah tersebut atau membuangnya ke tanah kosong, sawah,
selokan, dan sungai, atau sekedar menjadikannya bentengan di halaman rumah mereka.
2. Kegiatan produksi yang dilakukan oleh para penambang liar mengalami fluktuasi yang terkadang menurun namun terkadang kembali meningkat,
sebagai akibat pengawasan yang semakin ketat dari pihak Antam dimana lubang-lubang tempat para gurandil mengambil bijih emas akhir-akhir ini
sering diledakkan oleh pihak keamanan PT. Antam, Tbk yang mengakibatkan para gurandil takut untuk mengambil bijih emas. Namun jika para gurandil
memiliki uang untuk membayar para petugas keamanan tersebut, maka mereka akan aman untuk melakukan pekerjaanya mengambil emas di lubang-
lubang yang tersedia. 3. Penggunaan bahan berbahaya hingga saat ini cukup banyak yaitu: