Desa Malasa Kondisi Kesehatan Masyarakat di Lokasi Penelitian

178 mendapatkan sumber air untuk keperluan rumah tangga ur, namun untuk minum mereka gunakan air mineral. Menurut responden, sebelum adanya tambang emas mereka tidak perlu sulit untuk mendapatkan air hingga mencari mata air di gunung, mereka bisa menggunakan air di sungai yang airnya sangat jernih. Namun setelah adanya tambang emas air sungai menjadi tercemar dan ikan sudah tidak dapat ditemukan lagi di dalam sungai, sehingga mereka tidak berani untuk menggunakan air sungai lagi. Namun masih terdapat beberapa orang penduduk yang menggunakan air sungai untuk mandi, mengairi sawah, bahkan menangkap ikan untuk dimakan. Tabel 148. Pengetahuan Akan Bahaya Merkuri mereka dari sum Pengetahuan Bahaya Merkuri Jumlah Tahu 68,27 71 Tidak Tahu 31,73 33 Total 100 104 Sumber: Data primer Merkuri merupakan zat yang sangat berbahaya dan memiliki dampak yang sangat besar walaupun tidak langsung terlihat, tetapi terakumulasi berdasarkan waktu. Berdasarkan hasil penelitian sebbesar 68,27 persen atau sebanyak 71 orang tahu akan bahaya merkuri. Mereka mengetahuinya baik dari teman, masyarakat sekitar, pemerintah, PT. Antam, Penyuluhan dari LSM, dan dari berita-berita baik cetak maupun elektronik. Namun 33 orang responden sisanya masih tidak tahu ma ini mereka gunakan untuk mendapatkan em

5.4.2 Desa Malasa

Penyakit yang diderita oleh gurandil berdasarkan hasil penelitian dari 75 orang responden, sebesar 92 atau sebanyak 69 orang responden menyatakan tidak tahu penyakit apa saja yang biasa diderita oleh para gurandil. Sedangkan mengenai toksisitas dari merkuri yang sela as. ri 179 65 orang responden menyatakan menderita suatu penyakit, kit, maupun lebih dari satu penyakit. Sebanyak 29 orang respond paru, sakit perut, sulit tidur, sesak nafas, dan tipus. Tabel 1 sebesar 8 responden atau sebanyak 6 orang responden menyatakan bahwa gurandil biasanya menderita penyakit gatal-gatal, masuk angin, maag, sakit kepala, sakit penggang, meriang, dan untuk yang suka ngegebos badannya akan susah untuk gemuk. Untuk para responden berdasarkan hasil penelitian dari 75 orang responden, sebanyak baik satu jenis penya en dari 65 responden yang menyatakan telah menderita penyakit tertentu memiliki hanya satu jenis penyakit, sedangkan sebnayak 36 orang responden dari 65 responden yang menyatakan telah menderita suatu penyakit memiliki lebih dari satu jenis penyakit atau pernah mengalami lebih dari satu jenis penyakit. Adapun penyakit yang diderita oleh 65 orang responden tersebut adalah Flubatuk dan pilek, gatal-gatal, sakit kepala, bisul, rematik, sakit badan, sakit pinggang, masuk angin, meriang, paru- 49. Perlakuan Responden Terhadap Penyakit yang Diderita Perlakuan Jumlah Berobat 53,85 35 Tidak berobat 46,15 30 Total 100 65 Sumber: Data primer diolah Tabel 150. Biaya Berobat Per Tahun Biaya Berobat per Tahun Jumlah Rp 30.000-Rp 172.991 63,33 19 Rp 172.992-Rp 315.983 16,67 5 Rp 458.976-Rp 601.967 6,67 2 Rp 744.960-Rp 887.951 3,33 1 Total 100 30 Rp 315.984-Rp 458.975 10 3 Sumber: Data primer diolah Berdasarkan hasil penelitian dari 75 responden, sebanyak 65 orang menyatakan menderita suatu penyakit, dari 65 orang responden tersebut sebanyak 180 sakit, mereka berobat ke berbagai tempat yaitu sebanyak 3 orang responden berobat ke Dr.Adi di leuwiliang, sebanyak 22 orang berobat ke D win di Kecamatan Nanggung, sebanyak 6 orang responden berobat kepada mantri Yudi di kampong Cisangku, dan orang respon berobat ke pusk umah Sakit batan alterna dangkan sebesar 4 5 persen responden atau sebanyak 30 orang responden hanya membeli obat di warung ketika menderita sakit, dengan alasan tem berobat yang jauh, ut untuk beroba n dan biaya per berobat yang berkisar antara Rp 25.000 35 orang atau sebesar 53,85 langsung berobat ketika menderita r. Ed sisanya yaitu sebanyak 4 den esmas, R dan melakukan pengo tif. Se 6,1 pat tak t, dan tidak punya uang. Untuk biaya berobat, dari 35 orang responden yang berobat, sebesar 63,33 persen responden atau sebanyak 19 orang responden mengeluarkan biaya untuk berobat sebesar Rp 30.000-Rp 172.991 per tahunnya hal ini dikarenakan frekuensi berobat antara 1-5 kali dalam setahun dengan biaya per berobar sebesar Rp 25.000-Rp 40.000. Sedangkan sebesar 3,33 persen responden mengeluarkan biaya berobat sebesar Rp 744.960-Rp 887.951 per tahunnya hal ini disebabkan oleh frekuensi berobat hingga 12 kali per tahunnya dan biaya per satu kali berobat sebesar Rp 70.000. Namun terdapat 5 orang responden yang mengeluarkan biaya berobat diatas Rp 1.000.000,- hal ini dikarenakan frekuensi berobat berkisar antara 12-48 kali dalam setahu -Rp 1.000.000, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih besar dari rata-rata biaya berobat yang dikeluarkan oleh responden lainnya yaitu sebesar Rp 192.833 per tahunnya. 181 Tabel 151. Sumber Air Rumah Tangga Sumber Air Rumah Tangga Jumlah Kamar Mandi Umum 4,76 3 Mata Air 80,95 51 PAM 1,59 1 Sumur 11,11 7 Sungai 1,59 1 Total 100 63 Sumber: Data primer diolah Sumber air yang digunakan responden untuk keperluan rumah tangga berasal dari tempat yang berbeda-beda seperti kamar mandi umum, mat air PAM, sumur, dan sungai. Berdasarkan hasil penelitian sebesar 80,95 persen responden endapatkan sumber air rumah tangga dari mata air, sedangkan sebesar 1,59 ersen responden memperoleh sumber air untuk keperluan rumah tangga dari Tabel ya Merkuri Penge uri Jumla m p PAM dan sungai. 152. Pengetahuan akan Baha tahua Merk n Bahaya h Tahu 86,8 66 4 Tidak Tahu 13,1 10 100 76 6 Total Sumber: Data prime l penelitian dari 76 orang responden, sebesar 86,84 persen respond ari orang lain. Sedangkan sebesar 1,52 persen responden bahaya dari berita, LSM Lembaga Swadaya Masya , orangtua, pamflet, pelajaran di sek h. Sisanya r diolah Berdasarkan hasi en atau sebanyak 66 orang mengetahui bahwa merkuri merupakan zat yang berbahaya, sedangkan sebesar 13,16 persen atau sebanyak 10 orang responden tidak mengetahui bahwa merkuri adalah zat yang berbahaya. Dari 66 orang yang mengetahui bahwa merkuri adalah zat yang berbahaya, sebesar 40,91 persen atau sebanyak 27 orang responden mengetahui bahwa merkuri adalah zat yang berbahaya d mengetahui bahwa merkuri adalah zat yang ber rakat dan ola 182 ari Antam, dinas kesehatan, dokter, penyuluhan, teman, dan tah den atau sebanyak 43 orang responden mengetahui apa saj responden mengetahui d u secara sendirinya. Untuk bahaya yang diakibatkan oleh merkuri, berdasarkan hasil penelitian dari 66 orang responden yang mengetahui bahwa merkuri adalah zat berbahaya, sebesar 34,85 persen atau sebanyak 23 orang tidak mengetahui apakah bahaya yang diakibatkan oleh merkuri, alasan mereka tidak mengetahuinya adalah karena informasi yang diterima oleh mereka tidak lengkap, karena ketika diadakan penyuluhan mereka hanya mengikuti setengah dari acara penyuluhan tersebut, atau ketika mereka membaca pamflet tidak dijelaskan didalam pamflet tersebut apa saja bahaya yang diakibatkan oleh merkuri, sehingga mereka tidak mengetahui apa saja bahaya yang dihasilkan oleh merkuri tersebut. Sedangkan sebesar 65,15 persen respon a bahaya yang dapat ditimbulkan dari interaksi dengan merkuri, bahaya- bahaya yang disebutkan oleh 43 orang responden tersebut adalah batuk, gangguan pernafasan, gatal-gatal, infeksi, sesak nafas, penurunan kecerdasan idiot, bodoh, tremor kejang-kejang, jantung, kanker, rematik, keracunan, kerontokan, paru- paru, lumpuh, sakit perut, sakit kepala, tangan kakurusak, tipus, dan kematian. Dan terdapat satu orang responden yang mengatakan bahwa bahaya yang ditimbulkan oleh merkuri tersebut baru akan dirasakan setelah jangka waktu 30 tahun.

5.4.3. Desa Bantarkaret

Dokumen yang terkait

Risiko keracunan Merkuri (Hg) pada pekerja Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di desa Cisarua Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2013

3 46 164

Peranserta Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 87

Peranan hutan dalam kehidupan rumah tangga masyarakat desa hutan (Studi kasus kampung Nyungcung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 15 98

Analisis Buangan Berbahaya Pertambangan Emas di Gunung Pongkor (Studi Kasus : Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor )

11 48 219

Pola Kesempatan Kerja di Daerah Pertambangan Emas Gunung Pongkor ( Studi Kasus : Desa Bantar Karet, Desa Cisarua, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor )

0 4 10

Rehabilitasi lahan kritis di sekitar tambang emas Di gunung pongkor melalui kemitraaan dengan Masyarakat di kecamatan nanggung kabupaten bogor

0 2 2

Penanaman tanaman penutup tanah Untuk rehabilitasi lahan kritis di sekitar tambang Emas di gunung pongkor melalui kemitraan dengan Masyarakat di kecamatan nanggung kabupaten bogor

3 16 108

Dampak Industri Pertambangan Emas Tanpa Izin terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Gurandil (Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

1 7 89

Penyebaran Spasial Keanekaragaman Tumbuhan Pangan dan Obat di Kampung Nyungcung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Bogor.

4 71 91

ANALISIS ASUPAN MAKANAN DAN ESTIMASI RISIKO KESEHATAN PENDUDUK DI KAWASAN PERTAMBANGAN EMAS TRADISIONAL - GUNUNG PONGKOR, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

0 0 10