BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Proses pengolahan emas yang dilakukan oleh para gurandil tidak memenuhi prosedur yang benar, karena mereka menggunakan bahan kimia berbahaya
dalam melakukan proses pengolahan bijih emas yang mereka peroleh dengan cara menambang secara liar. Setelah mereka melakukan pengolahan tersebut
mereka tidak mengolah limbah yang dihasilkan secara benar, mereka hanya menampung limbah tersebut atau membuangnya ke tanah kosong, sawah,
selokan, dan sungai, atau sekedar menjadikannya bentengan di halaman rumah mereka.
2. Kegiatan produksi yang dilakukan oleh para penambang liar mengalami fluktuasi yang terkadang menurun namun terkadang kembali meningkat,
sebagai akibat pengawasan yang semakin ketat dari pihak Antam dimana lubang-lubang tempat para gurandil mengambil bijih emas akhir-akhir ini
sering diledakkan oleh pihak keamanan PT. Antam, Tbk yang mengakibatkan para gurandil takut untuk mengambil bijih emas. Namun jika para gurandil
memiliki uang untuk membayar para petugas keamanan tersebut, maka mereka akan aman untuk melakukan pekerjaanya mengambil emas di lubang-
lubang yang tersedia. 3. Penggunaan bahan berbahaya hingga saat ini cukup banyak yaitu:
194 • Merkuri adalah logam yang pada suhu kamar berbentuk cair dengan warna
keperakan, dan merupakan zat yang berbahaya, bila terkontaminasi akan merusak sistem syaraf pusat otak. Merkuri di tempat penelitian digunakan
sebanyak 5,5 ton per tahunnya dengan kepadatan penduduk untuk ketiga desa tersebut adalah 628Km
2
. Jika dibandingkan dengan tragedi Minamata, dapat disimpulkan bahwa akan terjadi tragedi yang lebih parah di ketiga desa dan
sekitarnya, karena jumlah buangan yang hampir sama, sedangkan kepadatan penduduk di ketiga desa lebih padat kepadatan penduduk di Minamata 249
Km
2
. • Sianida adalah senyawa kimia yang dapat terbentuk secara alami maupun
dibuat oleh manusia dengan bentuk padat, cair, dan gas, dan memiliki sifat racun yang sangat kuat dan bekerja dengan cepat. Jumlah penggunaan Sianida
untuk ketiga desa tersebut adalah 530,520 ton per tahunnya. Dengan dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan Sianida adalah iritasi pada kulit dan mata
yang akan dirasakan setelah 30-60 menit paparan Sianida terjadi. Dan jika masuk kedalam saluran pencernaan maka akan dengan mudah masuk kedalam
darah yang akan menginaktifkan beberapa enzim, yang selanjutnya akan menimbulkan kematian.
• Soda api adalah senyawa kimia yang berbentuk padatan serbuk berwarna putih yang dapat menyerap carbondioksida dari udara, dan bersifat korosif dengan
air. Soda api berdasarkan penelitian digunakan sebanyak 284,7 ton per tahunnya untuk ketiga desa, yang penggunaanya akan menimbulkan dampak
gatal-gatal dan iritasi.
195 • Air keras adalah senyawa anorganik yang berbentuk cairan dan tidak
berwarna, memiliki aroma yang kuat, mudah larut dalam air, dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit yang digunakan oleh responden untuk
memurnikan emas. Penggunaan air keras untuk ketiga desa tempat penelitian berdasarkan data hasil wawancara yang tersedia dari 7 orang responden yang
menggunakan air keras dan perhitungan adalah sebanyak 3000 Ltr air keras per tahun.
• Pijer merupakan senyawa kimia yang berbentuk kristal lunak yang mengandung unsur boron, berwarna dan mudah larut dalam air. Dampak
penggunaan pijer ini adalah membuat tidak nafsu makan, sakit kepala, sakit ginjal, koma, bahkan kematian. Pada anak kecil 5 gram pijer didalam tubuh
akan menyebabkan kematian dan untuk orang dewasa 10-20 gram pijer akan menyebabkan kematian. Penggunaan pijer untuk ketiga desa berdasarkan data
hasil wawancara yang tersedia dari 9 orang responden yang menggunakan pijer adalah sebanyak 756 Kg per tahun.
4. Kondisi kesehatan masyarakat di ketiga Desa tempat penelitian berdasarkan hasil wawancara para responden didapat bahwa penyakit-penyakit yang
diderita oleh para responden penambang adalah gatal-gatal, sakit kepala, sakit perut, tremor, meriang, bisul, sakit badan, sulit tidur, demam, maag, masuk
angin, mata perih, flu, gangguan penglihatan, rematik, diare, panas dalam, encok tangan, sesak nafas, anemia, dan batuk. Berdasarkan data yang berasal
dari Puskesmas Nanggung, daftar penyakit yang diderita oleh penduduk disekitar wilayah Kecamatan Nanggung selama tahun 2006 dan 2008 adalah
penyakit infeksi saluran pernafasan atas, Tukak lambung, Batuk, Dermatitis
196 atau eksim, Tuberkulosis paru klinis, Conjunctivitis. Berdasarkan data
penyakit-penyakit tersebut dapat dilihat dampak akibat penggunaan bahan- bahan kimia berbahaya seperti pijer dan sianida yaitu gatal-gatal dan tremor,
serta dampak penggunaan merkuri yang merupakan gejala awal yaitu sakit kepala yang sering diderita oleh para responden.
5. Umur harapan hidup di kedua desa tempat penelitian yaitu Desa Malasari dan Bantarkaret adalah 55,75 tahun, sedangkan untuk Desa Cisarua data tidak
tersedia. Umur harapan hidup yang tersebut dikarenakan banyak terjadi kematian pada warga yang berumur masih muda akibat kecelakaan kerja.
6. Kerugian yang akan timbul sebagai akibat penggunaan bahan berbahaya terhadap kesehatan masyarakat di ketiga desa tempat penelitian adalah akan
terjadinya dampak terhadap kesehatan dan kerugian material akibat dari penggunaan bahan kimia berbahaya dalam melakukan pengolahan bijih emas.
Pengeluaran biaya kesehatan per tahunnya yang dikeluarkan oleh para responden berdasarkan hasil wawancara adalah untuk Desa Cisarua rata-rata
dikeluarkan Rp 140.349,-, Desa Malasari Rp 192.833,-, dan Desa Bantarkaret sebesar Rp 171.800,- per tahunnya. Jumlah korban yang akan diperkirakan
terkena dampak di ketiga desa ini bila dikonversi dengan jumlah korban di Minamata adalah sebanyak 289 orang dengan kerugian yang kemungkinan
timbul adalah sebesar Rp 78.231.729,25,- per satu orang korban berdasarkan
hasil ekstrapolasi data pendapatan per kapita di Kumamoto Perfektur dengan pendapatan per kapita Kabupaten Bogor tahun 2006 berdasarkan harga
konstan.
197
6.2. Saran