Desa Cisarua Kondisi Kesehatan Masyarakat di Lokasi Penelitian

175 esar 38,47 persen atau ebanyak 39 orang responden menyatakan bahwa penyakit yang biasa diderita leh para penambang liar dan para pengolah, penyakit-penyakit tersebut adalah ginan, keram, tangan menjad den sendiri sebesar 64,42 persen atau 66 orang responden menyat

5.4 Kondisi Kesehatan Masyarakat di Lokasi Penelitian

Kondisi kesehatan masyarakat di tiga desa perlu diteliti karena melihat kondisi daerah tersebut dimana sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai penambang liar yang mengolah hasil tambangnya menggunakan zat-zat yang berbahaya, terutama adalah merkuri. Berdasarkan hasil penelitian terhadap responden akan dijelaskan dibawah ini.

5.4.1. Desa Cisarua

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa seb s o gatal-gatal, masuk angin, sakit perut, sakit kepala, kedin i kebal, flu, sakit badan, sesak nafas, tremor, stroke, kecapean, dan rematik. Penyakit-penyakit tersebut adalah yang diketahui oleh responden biasa diderita olah para penambang liar dan pengolah lainnya. Sedangkan sebanyak 65 orang responden tidak mengetahui penyakit yang diderita oleh rekan satu profesinya. Untuk respon akan menderita suatu penyakit tertentu. Penyakit-penyakit tersebut adalah gatal-gatal yang diduga oleh responden disebabkan oleh kuman didalam lubang tempat pengambilan bijih emas, dan akibat melakukan pengolahan dengan menggunakan sianida, sakit kepala, sakit perut, meriang, bisul, sakit badan, sulit tidur, demam, maag, masuk angin, mata perih, flu, gangguan penglihatan, rematik, diare, panas dalam, encok tangan, sesak nafas, anemia, dan batuk. Jenis-jenis 176 yatakan tidak ada keluhan penyakit apapun. Tabel 1 Perlakuan Jumlah penyakit tersebut yang dinyatakan responden yang mereka derita selama ini. Dan sisanya men 44. Perlakuan Terhadap Penyakit yang Diderita Berobat 53,61 52 Tidak Berobat 46,39 45 Total 100 97 Sumber: Data primer Tempat Berobat Jumlah Tabel 145. Tempat Berobat Puskesmas 78,85 42 Dokter RS 21,15 11 Total 100 53 Sumber: Data primer Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 53,61 persen atau sebanyak 52 responden menyatakan bahwa mereka berobat ketika mereka sakit, dan dari 52 erobat ke puskesmas dan sisanya sebanyak 11 orang erobat ke rumah sakit atau dokter. Dan dari 42 orang yang pergi ke pus s, sebanyak 19 orang berobat ke puskesmas nanggung Dr. Edwin. Untuk responden yang tidak berobat, mereka lebih memilih untuk m rung karena mereka m yatakan b reka tidak memiliki uang untuk berobat, jarak puskesmas jauh dari rumah m a, dan kup untuk meminum obat warung. Tabel 1 Biaya berobattahun Jumlah orang responden tersebut sebanyak 42 orang pergi b pergi b kesma eminum obat wa en ahwa me erek mereka berpikir cu 46. Biaya Berobat Per Tahun Rp 19.000-Rp 94.000 46,51 20 Rp 94.001-Rp 169.001 20,93 9 Rp 244.003-Rp 319.003 9,30 4 Rp 394.005-Rp 469.005 2,33 1 Total 100 43 Rp 169.002-Rp 244.002 13,95 6 Rp 319.004-Rp 394.004 4,65 2 Rp 469.006-Rp 544.006 2,33 1 Sumber: Data primer 177 litian sebesar 46,51 persen berobat sebesar Rp 19.000-Rp 94.000,- per tahunnya. Hal ini dikarenakan frekuensi berobat yang ti ring dala urun waktu satu tahun dan biaya berobat yang tidak mahal untuk satu kali berobatnya. Sedangkan sebesar 2,33 persen responden mengeluarkan biaya sebesar Rp 394.005-Rp 544.006,- untuk kurun waktu satu tahun berobat. Hal ini dikarenakan kup sering untuk berobat dalam satu tahun dan biaya berobat yang c Sumber air RT Jumlah Untuk biaya berobat ke dokter dalam satu tahun para responden mengeluarkan biaya yang bervariasi tergantung kemana mereka berobat dan penyakit yang mereka derita. Berdasarkan hasil pene responden mengeluarkan biaya untuk dak se m k frekuensi yang cu ukup mahal. Tetapi terdapat empat orang responden yang mengeluarkan biaya berobat sebesar Rp 1.440.000-Rp 4.800.000,- per satu tahunnya. Hal ini dikarenakan frekuensi berobat sebanyak 24-48 kali dalam satu tahun dan biaya berobat yang cukup mahal ketika mereka berobat pada dokter atau rumah sakit. Tabel 147. Sumber Air Untuk Keperluan Rumah Tangga Sumur 62,03 49 Mata air 30,38 24 PAM 2,53 2 Sumur+Air mineral 5,06 4 Total 100 79 Sumber: Data primer seperti mandi, mencuci, masak dan minum berasal dari berbagai macam sumber Sumber air yang digunakan oleh responden untuk keperluan rumah tangga air. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebesar 62,03 persen responden memiliki sumur sebagai sumber air untuk kebutuhan rumah tangganya, sedangkan sebesar 2,53 persen responden mendapatkan air untuk keperluan rumah tangganya dari PAM Perusahaa ebesar 30,38 persen responden m an sumber air mereka dari di gunung, dan sebesar ersen r nden n Air Minum, s endapatk mata air 5,06 p espo 178 mendapatkan sumber air untuk keperluan rumah tangga ur, namun untuk minum mereka gunakan air mineral. Menurut responden, sebelum adanya tambang emas mereka tidak perlu sulit untuk mendapatkan air hingga mencari mata air di gunung, mereka bisa menggunakan air di sungai yang airnya sangat jernih. Namun setelah adanya tambang emas air sungai menjadi tercemar dan ikan sudah tidak dapat ditemukan lagi di dalam sungai, sehingga mereka tidak berani untuk menggunakan air sungai lagi. Namun masih terdapat beberapa orang penduduk yang menggunakan air sungai untuk mandi, mengairi sawah, bahkan menangkap ikan untuk dimakan. Tabel 148. Pengetahuan Akan Bahaya Merkuri mereka dari sum Pengetahuan Bahaya Merkuri Jumlah Tahu 68,27 71 Tidak Tahu 31,73 33 Total 100 104 Sumber: Data primer Merkuri merupakan zat yang sangat berbahaya dan memiliki dampak yang sangat besar walaupun tidak langsung terlihat, tetapi terakumulasi berdasarkan waktu. Berdasarkan hasil penelitian sebbesar 68,27 persen atau sebanyak 71 orang tahu akan bahaya merkuri. Mereka mengetahuinya baik dari teman, masyarakat sekitar, pemerintah, PT. Antam, Penyuluhan dari LSM, dan dari berita-berita baik cetak maupun elektronik. Namun 33 orang responden sisanya masih tidak tahu ma ini mereka gunakan untuk mendapatkan em

5.4.2 Desa Malasa

Dokumen yang terkait

Risiko keracunan Merkuri (Hg) pada pekerja Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di desa Cisarua Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2013

3 46 164

Peranserta Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 87

Peranan hutan dalam kehidupan rumah tangga masyarakat desa hutan (Studi kasus kampung Nyungcung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 15 98

Analisis Buangan Berbahaya Pertambangan Emas di Gunung Pongkor (Studi Kasus : Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor )

11 48 219

Pola Kesempatan Kerja di Daerah Pertambangan Emas Gunung Pongkor ( Studi Kasus : Desa Bantar Karet, Desa Cisarua, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor )

0 4 10

Rehabilitasi lahan kritis di sekitar tambang emas Di gunung pongkor melalui kemitraaan dengan Masyarakat di kecamatan nanggung kabupaten bogor

0 2 2

Penanaman tanaman penutup tanah Untuk rehabilitasi lahan kritis di sekitar tambang Emas di gunung pongkor melalui kemitraan dengan Masyarakat di kecamatan nanggung kabupaten bogor

3 16 108

Dampak Industri Pertambangan Emas Tanpa Izin terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Gurandil (Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

1 7 89

Penyebaran Spasial Keanekaragaman Tumbuhan Pangan dan Obat di Kampung Nyungcung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Bogor.

4 71 91

ANALISIS ASUPAN MAKANAN DAN ESTIMASI RISIKO KESEHATAN PENDUDUK DI KAWASAN PERTAMBANGAN EMAS TRADISIONAL - GUNUNG PONGKOR, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

0 0 10