Jumlah Penderita Malaria Metode Analisis Data

Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan pada Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008 N o Puskesmas Me dis Perawat dan Bidan Farmasi Gizi Teknisi Medis Sanitasi Kesmas jumlah 1 Teluk Dalam 5 47 2 - 1 1 5 61 2 Lagundri 1 25 - - - - - 26 3 Hilisimaetano 1 12 - - - - 1 14 4 Amandaraya - 18 - - - - - 18 5 Lolowau - 27 - 1 - - 1 29 6 Tuhemberua - 19 - - - - - 19 7 Lahusa 1 28 - - - - 1 30 8 Gomo 1 16 - - - - 1 18 9 Pulau Tello 1 30 - - - - - 31 10 Hibala - 12 - - - 1 - 13 11 Hilizalo’otano - 7 - - - - - 7 12 Ulususua - 4 - - - - - 4 13 Tetegawai 1 4 - - - - - 5 14 Fanedanu - 3 - - - - - 3 15 Lawindra - 2 - - - - - 2 16 Sifaoroasi Mola - 2 - - - - - 2 17 Golambanua i 1 3 - - - - - 4 18 Baluta - 2 - - - - - 2 19 Bawomataluo - 7 - - - - - 7 20 Hilisataro - 10 - - - - - 10 21 Togizita - 6 - - - - - 6 Jumlah 12 282 2 1 1 2 9 301 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008.

4.1.4 Jumlah Penderita Malaria

Dalam dokumen Rencana Strategik RENSTRA Dinas Kesehatan Kabupaten Nias Selatan tahun 2006-2011, kondisi geografis menjadi salah satu ancaman, khususnya pasca bencana alam gempa bumi. Bencana alam gempa bumi telah merusak banyak sarana dan prasarana. Bahkan banyak pemukiman yang ditinggalkan sehingga menjadi daerah yang potensial untuk menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk malaria. Hal ini juga telah meningkatkan jumlah penderita malaria pasca gempa bumi yaitu, dari 10.133 kasus 3,63 pada tahun 2004 sebelum bencana Universitas Sumatera Utara gempa bumi menjadi 30.125 10,69 pada tahun 2005 setelah bencana gempa bumi. Presentasi penderita penyakit malaria tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Amandraya yaitu, 15.453 penderita dan terendah di wilayah kerja Puskesmas Sifaoroasi Mola yaitu, 567 penderita, dan seluruh penderita telah memperoleh pengobatan. Namun, jika dilihat persentasi penderita yang dinyatakan positip menderita malaria sebesar 5, 017. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan petugas P2PM puskesmas untuk melakukan pemeriksaan secara laboratorium terhadap sediaan darah. Sebagian besar petugas P2PM puskesmas berasal dari tenaga kesehatan yang tidak diproyeksikan sebagai petugas P2PM malaria saja. Petugas P2PM malaria di Kabupaten Nias Selatan sebagian besar berasal dari perawat dan bidan yang tidak dibekali kemampuan pemeriksaan darah pada masa pendidikan. Hal ini menyebabkan rendahnya persentasi penderita yang dilakukan pemeriksaan darah, namun mampu melakukan pengobatan terhadap penderita karena perawat dan bidan merupakan petugas kesehatan yang bergerak dalam pelayanan pengobatan kuratif. Sehingga cakupan pengobatan penderita malaria mencapai persentasi 100, atau sesuai dengan standar nasional yaitu 100 penderita malaria harus diobati. Untuk lebih lengkapnya hasil penelitian tentang jumlah penderita malaria disajikan dalam tabel 4.3 di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Presentasi Penderita Malaria yang Diobati di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008 No Puskesmas Klinis Positif Positif Diobati Diobati 1 Teluk Dalam 1.099 17 6.465 1.099 100 2 Lagundri 403 11 3.664 403 100 3 Hilisimaetano 664 27 2.459 664 100 4 Amandraya 2.936 19 15.453 2.936 100 5 Lolowau 1.363 19 7.174 1.363 100 6 Tuhemberua 690 107 645 690 100 7 Lahusa 1.471 21 7.005 1.471 100 8 Gomo 1.201 13 9.238 1.201 100 9 Pulau Tello 1.760 27 6.519 1.760 100 10 Hibala 2.907 23 12.639 2.907 100 11 Hilizalo’otano 67 2 3.350 67 100 12 Ulususua 51 4 1.275 51 100 13 Tetegawai 35 2 1.750 35 100 14 Fanedanu 78 3 2.600 78 100 15 Lawindra 27 1 2.700 27 100 16 Sifaoroasi Mola 17 3 567 17 100 17 Golambanua i 132 4 3.300 132 100 18 Baluta 292 7 4.171 292 100 19 Bawomataluo 48 5 960 48 100 20 Hilisataro 101 3 3.367 101 100 21 Togizita 201 2 10.050 201 100 15.543 320 5.017 15.543 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008. 4.2 Analisis Univariat 4.2.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kompetensi Kerja Petugas