Topografi dan Klimatologi Tenaga Kesehatan

4.1.3 Topografi dan Klimatologi

Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Nias Selatan 2008, kondisi alam kabupaten Nias Selatan berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan yang yang tingginya bervariasi antara 0-800 m di atas permukaan laut, terdiri dari dataran rendah sampai bergelombang mencapai 24, dan tanah bergelombang sampai berbukit-bukit 28,8 serta dari berbukit sampai pegunungan 51,2 dari keseluruhan luas daratan. Dengan kondisi topografi yang demikian berakibat sulit untuk membuat jalan-jalan lurus dan lebar. Oleh karena itu kota-kota utama terletak di tepi pantai. Sebagaimana daerah katulistiwa lainnya, Kabupaten Nias Selatan memiliki curah hujan yang cukup tinggi, apalagi letaknya berada di bagian Utara Samudera Indonesia. Menurut data dari Badan Meteorologi dan Geofisika BMG Kabupaten Nias, di Pulau Nias rata-rata curah hujan pertahun 3.145,1 mm dan banyaknya hujan dalam setahun 273 hari atau rata-rata 22 hari per bulan. Hal ini mengakibatkan banyaknya curah hujan sehungga udaranya lembab dan basah pada musim hujan dan pada musim kemarau suhu udara tinggi dengan kelembaban tinggi juga. Tinggi curah hujan juga mengakibatkan banyaknya daerah genangan, sehingga memperluas wilayah yang potensial untuk menjadi tempat berkembang biak nyamuk yang menjadi penular penyakit. Hal ini juga mengakibatkan tingginya penderita penyakit malaria di Kabupaten Nias Selatan. Universitas Sumatera Utara

4.1.4 Tenaga Kesehatan

Pada Profil Kesehatan Kabupaten Nias Selatan 2008, jumlah tenaga kesehatan Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Nias Selatan terdiri dari tenaga medis dokter, dokter gigi, dokter spesialis, perawat, bidan, farmasi apoteker dan asisten apoteker, gizi lulusan D1, D3, teknisi medis analis, penata rontgen, penata anestesi, fisioterapi, sanitasi lulusan SPPH, APK dan D3 Kesling, kesehatan masyarakat SKM, MPH. Jika diperhatikan angka-angka dalam tabel 4.2, maka dapat dilihat bahwa perbandingan antara tenaga kesehatan tidak berimbang. Tenaga kesehatan di Kabupaten Nias Selatan di dominasi oleh perawat dan bidan yaitu sebanyak 282 orang, sedangkan tenaga medis dokter, dokter gigi, dokter spesialis hanya berjumlah 12 orang. Perbandingan tersebut akan menjadi lebih besar lagi jika jumlah perawat dan bidan dibandingkan dengan jumlah tenaga kesehatan yang dikategorikan sebagai kesehatan masyarakat SKM, MPH yang hanya berjumlah 9 orang. Penyebaran tenaga kesehatan juga tidak terdistribusi secara merata. Sebagai petugas kesehatan yang salah satu fungsinya adalah melakukan surveilans, Sarjana Kesehatan Masyarakat SKM, lebih banyak berada di Kecamatan Teluk Dalam, yaitu sebanyak 5 orang, sedangkan daerah lain hanya memiliki 1 orang tenaga SKM. Bahkan, terdapat 16 Kecamatan yang tidak memiliki tenaga SKM. Hal ini menyebabkan tugas Puskesmas untuk melakukan surveilans penyakit tidak dapat berjalan dengan baik. Universitas Sumatera Utara Meskipun demikian perbandingan tenaga kesehatan di Kabupaten Nias Selatan dengan jumlah penduduk masih berada di bawah standar perbandingan nasional. Menurut standar nasional, perbandingan perawat dengan jumlah penduduk adalah 117,5 per 100.000 penduduk, perbandingan bidan dengan jumlah penduduk adalah 100 per 100.000 penduduk, perbandingan dokter dengan jumlah penduduk sebesar 40 per 100.000 penduduk, perbandingan ahli kesehatan SKM, MPH dengan jumlah penduduk sebesar 40 per 100.000 penduduk, perbandingan ahli sanitasi dengan jumlah penduduk sebesar 40 per 100.000 penduduk. Sedangkan di Kabupaten Nias Selatan sendiri, jika jumlah perawat dan bidan disatukan maka perbandingannya dengan jumlah penduduk masih sebesar 76,6 per 100.000 penduduk, perbandingan dokter dengan jumlah penduduk adalah 3,2 per 100.000 penduduk, perbandingan ahli kesehatan dengan jumlah penduduk adalah 2,4 per 100.000 penduduk dan perbandingan ahli sanitasi dengan jumlah penduduk adalah sebesar 0,5 per 100.000 penduduk. Rendahnya perbandingan tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk mengakibatkan pelayanan kesehatan tidak berjalan sebagaimana mestinya, khususnya program yang bersifat promotif dan preventif. Demikian juga dengan kegiatan surveilans penyakit tidak akan berjalan dengan baik karena jumlah tenaga ahli kesehatannya yang sangat sedikit. Dampak lain dari rendahnya jumlah ahli kesehatan adalah adanya penugasan tenaga kesehatan yang lain perawat dan bidan menjadi tenaga surveilans, sehingga kurang berkompeten dalam melakukan tugasnya. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 4.2. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan pada Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008 N o Puskesmas Me dis Perawat dan Bidan Farmasi Gizi Teknisi Medis Sanitasi Kesmas jumlah 1 Teluk Dalam 5 47 2 - 1 1 5 61 2 Lagundri 1 25 - - - - - 26 3 Hilisimaetano 1 12 - - - - 1 14 4 Amandaraya - 18 - - - - - 18 5 Lolowau - 27 - 1 - - 1 29 6 Tuhemberua - 19 - - - - - 19 7 Lahusa 1 28 - - - - 1 30 8 Gomo 1 16 - - - - 1 18 9 Pulau Tello 1 30 - - - - - 31 10 Hibala - 12 - - - 1 - 13 11 Hilizalo’otano - 7 - - - - - 7 12 Ulususua - 4 - - - - - 4 13 Tetegawai 1 4 - - - - - 5 14 Fanedanu - 3 - - - - - 3 15 Lawindra - 2 - - - - - 2 16 Sifaoroasi Mola - 2 - - - - - 2 17 Golambanua i 1 3 - - - - - 4 18 Baluta - 2 - - - - - 2 19 Bawomataluo - 7 - - - - - 7 20 Hilisataro - 10 - - - - - 10 21 Togizita - 6 - - - - - 6 Jumlah 12 282 2 1 1 2 9 301 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008.

4.1.4 Jumlah Penderita Malaria