Posisi B berbatasan langsung dengan posisi A yang terletak pada pinggir pantai. Posisi B merupakan posisi transisi dari posisi A. Zonasi ini disusun oleh
Sonneratiaceae. Posisi C dipengaruhi oleh NH
4 +
dan BOD. Posisi ini disusun oleh Rhizophoraceae. Peningkatan NH4+ dan BOD berpengaruh positif terhadap
terbentuknya zonasi Rhizophoraceae. Posisi D dipengaruhi oleh P-tersedia, N-total dan NH
4 +
. Rendahnya N- total dan NH
4 +
pada posisi ini disebabkan posisi ini merupakan posisi yang disusun oleh mangrove campuran, yang merupakan asosiasi antara
Rhizophoraceae dan Euphorbiaceae, dimana sumbangan bahan organik dari serasah jumlahnya sedikit. Sedangkan rendahnya kandungan P-tersedia
disebabkan oleh tidak seringnya posisi ini terjangkau oleh pasang surut air laut. Dengan demikian maka peningkatan P-tersedia, N-total dan NH
4 +
berpengaruh positif terhadap terbentuknya posisi Rhizophoraceae dan Euphorbiaceae.
5.12. Analisa Citra
5.12.1. Jenis Tutupan Lahan
Penutupan lahan merupakan istilah yang berkaitan dengan jenis kenampakan vegetasi dan penggunaan ruang yang ada di permukaan bumi.
Menurut Lo 1995, satu faktor penting untuk menentukan kesuksesan pemetaan penutupan lahan terletak pada skema pemilihan klasifikasi yang tepat dirancang
untuk suatu tujuan tertentu. Skema klasifikasi yang baik harus sederhana di dalam menjelaskan setiap kategori penutupan lahan.
Jenis tutupan lahan mangrove di wilayah Kabupaten Aceh Timur berdasarkan interprestasi citra maupun secara terestris dapat diklasifikasikan
menjadi tiga tipe tutupan lahan yaitu hutan kawasan berhutan, tambak tumpangsari, perkebunan dan pemukimanindustri tambak non-tumpangsari,
sawah dan tanah kosong. Proses klasifikasi dilakukan berdasarkan data citra Landsat ETM Land Satelite Enhanched Thematic Mapper serta data pendukung
dari lapangan. Klasifikasi dilakukan dua tahap, yaitu klasifikasi tak terbimbing unsupervised classification dan klasifikasi terbimbing supervised classification.
Klasifikasi tak terbimbing dilakukan sebelum kegiatan cek lapangan ground check dilaksanakan. Peta hasil klasifikasi ini selanjutnya dijadikan pedoman
dalam kegiatan cek lapangan. Klasifikasi terbimbing supervised classification
menggunakan training area berdasarkan titik GPS. Pengambilan titik-titik didasarkan pada tipe penutupan lahan yang terdapat pada lahan mangrove
Kabupaten Aceh Timur. Pemilihan kelompok atau kelas-kelas informasi dilakukan dengan
membuat daerah contoh yang mewakili tiap kategori dari tiga klasifikasi yang telah ditentukan sebelumnya. Interpretasi citra dilakukan secara visual. Piksel-
piksel yang telah diketahui jenis tutupannya di lapangan dikelompokkan sesuai kelas klasifikasinya. Tiap piksel pada serangkaian data citra dibandingkan
terhadap tiap kategori. Perbandingan tersebut dikerjakan secara numerik dengan menggunakan satu diantara berbagai strategi yang berbeda-beda untuk
memudahkan interpreter dalam memisahkan piksel yang mempunyai nilai kategori yang berbeda. Piksel-piksel tersebut kemudian diberi nama pada atribut
sesuai dengan nama kategori yang mewakilinya. Pengujian antar contoh kelas perlu dilakukan untuk menghindari pengulangan tiap piksel yang mempunyai nilai
yang sama. Setelah semua kategori telah terwakili oleh daerah contoh maka dihasilkan data statistik yang akan digunakan untuk proses penghitungan
komputer untuk menentukan kelas klasifikasi seluruh daerah penelitian. Apabila daerah contoh telah mewakili seluruh kelas klasifikasi, proses klasifikasi akan
berjalan dengan lancar. Kunci keberhasilan tersebut adalah rincian dari kategori tutupan yang dapat dipisahkan secara spektral. Hasil akhir dari proses klasifikasi
citra untuk lahan mangrove Kabupaten Aceh Timur diperoleh data luasan per penutupan lahan.
Berikut ini akan disajikan tipe tutupan lahan Kabupaten Aceh Timur tahun 2005 berikut dengan luasnya. Untuk memudahkan dalam melakukan analisis,
maka data disajikan dalam bentuk tabel seperti Tabel 31. Peta Jenis tutupan lahan mangrove dan batasan hutan di wilayah Kabupaten Aceh Timur disajikan
pada Gambar 27 dan 28. Berdasarkan interpretasi citra Landsat 7 ETM+ tahun 2005, tipe penutupan lahan yang terluas adalah tambak tumpangsari dan
perkebunan yang terdiri dari hutan mangrove bercampur dengan tegakan hutan lain dan hutan mangrove yang bercampur dengan tambak. Betapa tidak,
penutupan lahan tambak tumpangsari dan perkebunan yang terdiri dari hutan mangrove bercampur dengan tegakan hutan lain dan hutan mangrove yang
bercampur dengan tambak merupakan penutupan lahan yang memiliki luas yang terbesar di seluruh kecamatan. Adapun luasnya adalah, 46.260 ha yang
menempati 64,15 dari luas total kawasan lahan hutan mangrove. Kecamatan
yang memiliki luas tambak tumpangsari dan perkebunan dalam jumlah yang besar lebih dari 5.000 ha, adalah Pante Bidari dan Sungai Raya. Adapun luas
penutupan lahannya adalah 17.551 ha dan 6.312 ha. Hal ini berarti Kecamatan Pante Bidari dan Sungai Raya menyumbang sebagian besar dari luas total
tambak tumpangsari dan perkebunan yang terdapat di lahan hutan mangrove Kabupaten Aceh Timur. Kecamatan lain mempunyai luas penutupan lahan dalam
jumlah yang kecil dan merata. Adapun kisarannya adalah dibawah 4.000 ha. Tabel 31. Luas setiap jenis tutupan lahan mangrove di Kabupaten Aceh Timur
Tahun 2006.
No Kecamatan Kategori Jenis Tutupan Lahan ha
Jumlah ha
Hutan kawasan
berhutan Tambak
tumpangsari, perkebunan.
Pemukiman industri
tambak non- tumpangsari,
sawah, tanah kosong
1 Banda Alam
1.622 13
1.635 2
Bireum Bayeun 4.848
2.465 7.314
3 Darul Aman
1.154 858
2.012 4
Idi Rayeuk 1.972
80 2.052
5 Julok
1.241 1.735
2.976 6
Nurusalam 596
2.331 2.927
7 Pante Bidari
1.087 17.551
8.079 26.717
8 Peudawa
102 102
9 Peureulak
2.605 828
3.434 10
Peureulak Barat 775
266 1.041
11 Peureulak Timur
53 2.076
610 2.740
12 Rantau Selamat
1.190 3.385
4.575 13
Ranto Peureulak 2.228
2.228 14
Simpang Ulim 292
2.155 2.394
4.842 15
Sungai Raya 537
6.312 662
7.511
Jumlah 8.008
46.240 17.859
72.107
Gambar 27. Peta Jenis Tutupan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Timur Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Gambar 28. Peta Landsystem Kabupaten Aceh Timur Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Gambar 28. Peta Batas Hutan Mangrove Kabupaten Aceh Timur Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Tipe tutupan lahan yang memiliki wilayah terluas kedua adalah pemukimanindustri tambak non-tumpangsari, sawah, tanah kosong. Adapun
luasnya adalah 17.859 ha atau bila dipersentasekan adalah sebesar 24,76 . Kecamatan yang memiliki luas penutupan lahan pemukimanindustri yang
terbesar adalah Pante Bidari. Adapun luas penutupan lahannya adalah 8.079 ha. Hal ini berarti Kecamatan Pante Bidari menyumbang sebagian besar dari
luas total pemukimanindustri yang terdapat di lahan hutan mangrove Kabupaten Aceh Timur. Kecamatan lain mempunyai luas penutupan lahan dalam jumlah
yang kecil dan merata. Adapun kisarannya adalah dibawah 3.000 ha. Hutan kawasan berhutan merupakan tipe tutupan lahan yang memiliki
luas penutupan lahan yang terkecil yang terdapat di lahan hutan mangrove Kabupaten Aceh Timur tahun 2005. Adapun luasnya adalah 8.008 ha atau bila
dipersentasekan sebesar 11,10 . Kecamatan yang memiliki luas penutupan lahan Hutan kawasan berhutan yang terbesar adalah Bireum Bayeun dengan
luas 4.848 ha, Rantau Selamat dengan luas 1,190 ha dan Pante Bidari dengan luas 1.087 ha.
5.12.2. Kerapatan Tajuk