Tabel 22. Uji beda rata-rata salinitas
Stasiun Posisi
A Depan
B Tengah
C Belakang
D Transisi
I Nurussalam 11.78 a
10.29 bc 8.14d
10.48 b II Darul Aman
11.78 a 10.29 bc
8.14d 10.48 b
III Idi Rayeuk 10.15bc
8.96c 7.68d
5.88e BNJ 5
0.75 Keterangan : angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata pada taraf uji BNJ 5. Tabel 22 menunjukkan bahwa stasiun I dan II posisi A mempunyai rata-
rata salinitas paling tinggi dan berbeda nyata dengan stasiun I dan II posisi B, C dan D dan stasiun III posisi A, B, C dan D.
Tingginya salinitas pada stasiun I dan II posisi A disebabkan letak stasiun ini paling dekat dengan datangnya air laut pada waktu pasang surut terjadi.
Sebaliknya posisi D pada semua stasiun penelitian merupakan posisi paling belakang dan terjauh dari laut. Meskipun begitu pengaruh pasang surut air laut
masih ada. Mangrove hidup pada kisaran salinitas 5 – 30
0.
Salinitas berperan penting dalam distribusi dari jenis, pertumbuhan dan produktivitas dari hutan
mangrove Twiley and Cha, 1958. Mangrove secara umum dapat hidup pada daerah yang mempunyai kadar salinitas yang tinggi dibandingkan tanaman non
mangrove, tetapi toleransi juga berbeda diantara jenis mangrove. Sebagai contoh R. Mucronata semaian bibit melakukan secara lebih baik pada kadar salinitas
30
0,
tetapi R. apiculata melakukan secara lebih baik pada salinitas 15 Kathiresan and Thangam, 1990. Sonneratia alba berkembang dalam perairan
antara 2 - 18
tetapi Sonneratia lanceolata hanya berkembang pada kisaran salinitas sampai 2
Pidsley and Ball, 1995.
5.6. Sintesis Hubungan Sifat-sifat Kimia Tanah dengan Ekosistem Mangrove
Pengujian statistik selanjutnya yang dilakukan dengan stepwise regression Lampiran 21, dimaksudkan untuk menetapkan sifat-sifat kimia tanah
yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove pada masing-masing posisi. Jumlah pohon merupakan parameter vegetasi yang digunakan untuk pengujian
pertumbuhan. Hasil pengujian disajikan pada uraian berikut.
Sifat-sifat kimia tanah yang mempengaruhi pembentukan posisi mangrove di daerah penelitian adalah Mg-dd, N-total dan P-tersedia. Sifat kimia tanah yang
mempengaruhi terbentuknya posisi A ádalah Mg-dd dalam persamaan regresi posisi A = -22,03 + 3,8 Mg-dd dengan R
2
= 0,441. Dengan demikian maka peningkatan Mg-dd berpengaruh positif terhadap terbentuknya posisi A.
Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa tidak ada sifat kimia tanah yang secara nyata mempengaruhi terbentuknya posisi B dan C.
Sifat tanah yang mempengaruhi terbentuknya posisi D ádalah kandungan P-tersedia dan N-total dalam persamaan regresi posisi D = -10,612 + 1,91 P-
tersedia + 67 N-total dengan R
2
= 0,394. Meningkatnya P-tersedia dan N-total pada posisi ini akan berpengaruh baik terhadap perkembangan posisi D.
5.7. Hubungan antara Sifat Fisika Tanah dengan Ekosistem Mangrove.
Analisis dilakukan terhadap sifat tekstur tanah. Sifat-sifat tanah tersebut meliputi persen pasir, persen liat dan persen debu. Hasil pengukuran parameter
sifat fisika tanah disajikan pada Lampiran 11.
5.7.1. Persen Pasir
Gambar 19 menunjukkan grafik nilai rata-rata persen pasir pada masing- masing stasiun dan posisi penelitian. Hasil analisis sidik ragam Lampiran 12
menunjukkan bahwa stasiun penelitian dan interaksi antara stasiun penelitian dan posisi berbeda sangat nyata dalam hal nilai persen pasir. Sedangkan posisi
tidak berbeda nyata dalam hal nilai persen pasir.
Gambar 19. Nilai rata-rata persen pasir pada masing-masing stasiun dan posisi penelitian.
20 40
60 80
IA IB
IC ID
IIA IIB
IIC IID IIIA IIIB IIIC IIID
Stasiun dan Posisi Pa
si r
Tabel 23 menunjukkan bahwa stasiun I posisi C mempunyai rata-rata pasir paling tinggi dan berbeda nyata dengan stasiun II dan III posisi A, B, C dan
D, stasiun I posisi A, B dan D. Tabel 23. Uji beda rata-rata persen pasir
Stasiun Posisi
A Depan
B Tengah
C Belakang
D Transisi
I Nurussalam 62.10 b
62.73 b 73.07 a
43.64 cd II Darul Aman
25.46 e 46.93 cd
32.59 d 24.20 e
III Idi Rayeuk 26.12 d
26.05 d 40.35 cd
49.29 c BNJ 5
6.54 Keterangan : angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata pada taraf uji BNJ 5. Nilai rata-rata persen pasir tertinggi terdapat pada stasiun I posisi C
sebesar 73,07 dan terendah pada stasiun II posisi D sebesar 24,20 . Hasil uji lanjut hubungan stasiun penelitian dan posisi mangrove terhadap persen pasir
disajikan pada Tabel 23. Tingginya persen pasir akan menyebabkan rendahnya KTK tanah dan
besarnya kehilangan air melalui tanah, khusunya posisi mangrove yang jarang bervegetasi. Selain itu tingginya kandungan pasir juga akan menyebabkan
tingginya laju abrasi pantai, sehingga akan menyebabkan terbawanya unsur hara yang terdapat pada sedimen tanah yang sangat diperlukan oleh ekosistem
mangrove.
5.7.2. Persen Debu
Gambar 20 menunjukkan grafik nilai rata-rata persen debu pada masing- masing stasiun dan posisi penelitian. Hasil analisis sidik ragam Lampiran 13
menunjukkan bahwa stasiun penelitian dan interaksi antara stasiun penelitian dan posisi berbeda sangat nyata dalam hal nilai persen debu. Sedangkan posisi
tidak berbeda nyata dalam hal nilai persen debu.
Gambar 20. Nilai rata-rata persen debu pada masing-masing stasiun dan posisi penelitian.
Nilai rata-rata persen debu tertinggi terdapat pada stasiun II posisi A sebesar 49.87
dan terendah pada stasiun I posisi C sebesar 22,58 . Hasil uji
lanjut hubungan stasiun penelitian dan posisi mangrove terhadap persen debu disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24. Uji beda rata-rata persen debu
Stasiun Posisi
A Depan
B Tengah
C Belakang
D Transisi
I Nurussalam 22.76 e
23.57 e 22.58 e
35.15 c II Darul Aman
49.87 a 34.90 c
40.62 b 47.43 a
III Idi Rayeuk 43.10 b
49.79 a 36.07 c
30.35 d BNJ 5
3.79 Keterangan : angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata pada taraf uji BNJ 5. Tabel 24 menunjukkan bahwa stasiun II posisi A mempunyai rata-rata
debu paling tinggi namun tidak berbeda nyata dengan stasiun II posisi D dan stasiun III posisi B. namun berbeda nyata dengan stasiun I posisi A, B, C dan D,
stasiun II B dan C, stasiun III posisi A, C dan D.
5.7.3. Persen Liat
Gambar 21 menunjukkan grafik nilai rata-rata persen liat pada masing- masing stasiun dan posisi penelitian. Hasil analisis sidik ragam Lampiran 14
menunjukkan bahwa stasiun penelitian dan interaksi antara stasiun penelitian dan posisi berbeda sangat nyata dalam hal nilai persen liat. Sedangkan posisi
tidak berbeda nyata dalam hal nilai persen liat.
10 20
30 40
50 60
IA IB
IC ID
IIA IIB
IIC IID IIIA IIIB IIIC IIID
Stasiun dan Posisi D
e bu
Gambar 21. Nilai rata-rata persen liat pada masing-masing Stasiun dan posisi penelitian.
Nilai rata-rata persen liat tertinggi terdapat pada stasiun III posisi A sebesar 30,79 dan terendah pada stasiun I posisi C sebesar 4,36 . Hasil uji
lanjut hubungan stasiun penelitian dan posisi mangrove terhadap persen liat
disajikan Tabel 25. Tabel 25. Uji beda rata-rata persen liat
Stasiun Posisi
A Depan
B Tengah
C Belakang
D Transisi
I Nurussalam 15.14 d
13.70 d 4.36 e
21.21 bc II Darul Aman
24.68 b 18.27 c
26.79 ab 28.38 a
III Idi Rayeuk 30.79 a
24.18 b 23.58 b
20.36 c BNJ 5
2.83 Keterangan : angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata pada taraf uji BNJ 5. Tabel 25 menunjukkan bahwa stasiun III posisi A mempunyai rata-rata liat
paling tinggi namun tidak berbeda nyata dengan stasiun II posisi C dan D. sedangkan stasiun III posisi A berbeda nyata dengan stasiun I posisi A, B, C dan
D, stasiun II posisi A dan B, stasiun III posisi B, C dan D. Menurut Tee dalam Mansur 1997, tekstur tanah sangat mempengaruhi jenis tumbuhan yang hidup
diatasnya. Rhizophora, Avicennia dan Bruguiera umumnya tumbuh pada tanah dengan kadar fraksi liat di atas 65. Substrat yang menghampari lahan
mangrove bekas tambak di lokasi penelitian memiliki kadar fraksi liat kurang dari 65 yang ternyata berbeda dengan kisaran tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, kadar fraksi liat pada lahan mangrove di ketiga stasiun penelitian tidak memenuhi kadar yang umumnya ditumbuhi oleh
5 10
15 20
25 30
35
IA IB
IC ID
IIA IIB
IIC IID IIIA IIIB IIIC IIID
Stasiun dan Posisi Lia
t
vegetasi mangrove tersebut di atas. Hal ini dapat mengindikasikan adanya degradasi kemampuan substrat atau habitat mangrove untuk menopang
terjadinya proses regenerasi alami vegetasi mangrove secara berkelanjutan atau bahkan proses regenerasi alami vegetasi mangrove berlangsung dalam waktu
yang lama melewati kisaran waktu 15 - 20 tahun yang lazim dibutuhkan pada umumnya oleh semua habitat mangrove dapat memulihkan kondisinya secara
alami.
5.8. Sintesis Hubungan Sifat-sifat Físika dengan Ekosistem Mangrove
Pengujian statistik selanjutnya yang dilakukan dengan stepwise regression Lampiran 22, dimaksudkan untuk menetapkan sifat-sifat físika tanah
yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove pada masing-masing posisi. Jumlah pohon merupakan parameter vegetasi yang digunakan untuk pengujian
pertumbuhan. Hasil pengujian disajikan pada uraian berikut. Sifat-sifat físika tanah yang mempengaruhi pembentukan posisi di daerah
penelitian adalah kandungan persen debu dan liat. Sifat físika tanah yang mempengaruhi terbentuknya posisi A ádalah persen debu dan liat dalam
persamaan regresi posisi A = 0,076 + 0,65 debu – 0,51 liat dengan R
2
= 0,715. Dengan demikian maka peningkatan persen debu dan penurunan persen liat
pada posisi ini berpengaruh positif terhadap terbentuknya posisi A. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa tidak ada sifat físika tanah yang secara
nyata mempengaruhi terbentuknya posisi B, C dan D. Dahuri dkk 1996 menyatakan bahwa mangrove dapat hidup pada
berbagai substrat seperti tanah berpasir, lempung dan berbatu. Sumber lumpur yang baik pada hutan mangrove adalah tanah vulkanis. Hal ini dapat dipahami
bahwa secara umum substratsedimen yang menghampari hutan mangrove didominasi oleh kelompok sedimen piroklastik atau sedimen vulkanik yang
merupakan hasil dari aktivitas gunung berapi dengan warna sedimen hitam dan abu-abu. Sedangkan sedimen biogenous yang berwarna putih berupa pecahan
karang dan cangkang moluska. Berkenaan dengan pengangkutan dan pengendapan sedimen, Selley
1988 menyatakan bahwa secara umum proses pengendapan sedimen dapat digunakan untuk memahami baik transportasi maupun pengendapan sedimen
termasuk peran air, angin es dan gravitasi. Menurut Black 1985, partikel yang berukuran lebih besar memiliki berat yang lebih besar dibandingkan dengan
partikel yang berukuran kecil, dimana pergerakan air yang sangat lambat hanya dapat mengangkut sedimen yang berukuran kecil atau halus. Sama halnya
dengan partikel yang terendap dengan cara tersuspensi merupakan fungsi dari ukuran partikel dan kecepatan air pada saat partikel-partikel tersebut tersuspensi.
Pasir lebih dahulu terendap sedangkan debu ditransportasaikan lebih jauh sebelum terendap dan debu yang sangat halus akan tersuspensi sampai dengan
jangka waktu tertentu sebelum diendapkan. Triatmodjo 1999 menginformasikan bahwa substratsedimen yang
berada di daerah pantai perairan pantai, muara sungai, estuari, teluk adalah sedimen kohesif dengan diameter butiran sangat kecil, yaitu dalam beberapa
mikron. Sifat-sifat sedimen lebih tergantung pada gaya-gaya permukaan gaya tarik dan gaya tolak daripada gaya berat. Lebih lanjut diinformasikan bahwa
pantai berlumpur terjadi di daerah pantai dimana terdapat banyak muara sungai yang membawa sedimen suspensi dalam jumlah besar ke laut. Selain itu kondisi
gelombang di pantai tersebut relatif tenang sehingga tidak mampu membawa sedimen ke perairan laut lepas. Sedimen yang tersuspensi dapat menyebar
pada suatu daerah pantai yang luas sehingga membentuk pantai yang luas, datar dan dangkal.
5.9. Hubungan antara Sifat-sifat Kimia Air dengan Ekosistem Mangrove.