Tabel 15. Uji beda rata-rata C-organik
Stasiun Posisi
A Depan
B Tengah
C Belakang
D Transisi
I Nurussalam 1.46 d
1.36 e 0.81 f
1.94 c II Darul Aman
2.47 a 1.31 de
2.17 b 2.38 a
III Idi Rayeuk 2.18 b
2.05 bc 1.60 cd
1.19 e BNJ 5
0.17 Keterangan : angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata pada taraf uji BNJ 5. Tabel 15 menunjukkan bahwa stasiun III posisi A mempunyai rata-rata
P-tersedia paling tinggi namun tidak berbeda nyata dibandingkan dengan stasiun III posisi B dan D. Sedangkan stasiun III posisi A berbeda nyata dengan stasiun I
dan II posisi A, B, C, D dan stasiun III posisi C Tingginya kandungan C-organik pada stasiun III posisi A, B dan D
disebabkan pada posisi ini vegetasi mangrove yang menyusunnya adalah famili Rhizophoraceae dan famili Soneratiaceae yang kaya akan bahan organik.
Tingginya C-organik di posisi ini juga dipengaruhi oleh akumulasi sedimen dan bahan organik baik dari daratan maupun lautan. Menurut Foth 1978 faktor-
faktor yang mempengaruhi jumlah dan penyebaran bahan organik antara lain mencakup iklim, vegetasi, kondisi drainase, pengerjaan tanah dan tekstur tanah.
Menurut Wiradinata 1992 kandungan C-organik pada kawasan mangrove sangat dipengaruhi oleh kondisi vegetasinya. Hasil penelitian
Wiradinata 1992 menemukan kadar C-organik yang sangat rendah pada posisi Avicennia yang vegetasinya tumbuh jarang.
5.5.2. N-total
Gambar 12 menunjukkan grafik nilai rata-rata N-total pada masing- masing stasiun dan posisi penelitian. Hasil analisis sidik ragam Lampiran 4
menunjukkan bahwa stasiun penelitian, posisi dan interaksi antara stasiun penelitian dan posisi terhadap laut berbeda sangat nyata dalam hal nilai N-total.
Gambar 12. Nilai rata-rata N-total pada masing-masing stasiun dan posisi penelitian
Nilai rata-rata N-total tertinggi terdapat pada Stasiun II posisi D sebesar 0,61
dan terendah pada stasiun I posisi C sebesar 0,08 . Nilai ini termasuk
dalam kriteria sangat rendah sampai sedang. Hasil uji lanjut hubungan stasiun penelitian dan posisi mangrove terhadap nilai N-total disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Uji beda rata-rata N-total
Stasiun Posisi
A Depan
B Tengah
C Belakang
D Transisi
I Nurussalam 0.12 b
0.12 b 0.08 b
0.15 b II Darul Aman
0.16 b 0.16 b
0.14 b 0.61 a
III Idi Rayeuk 0.16 b
0.14 b 0.12 b
0.09 b BNJ 5
0.05 Keterangan : angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata pada taraf uji BNJ 5. Tabel 16 menunjukkan bahwa stasiun II posisi D mempunyai rata-rata N-
total paling tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan Stasiun I dan III Posisi A, B, C, D dan Stasiun II posisi A, B dan C.
Tingginya N-total pada stasiun II posisi D berkorelasi dengan tingginya C-organik pada posisi ini. Serasah mangrove memiliki kontribusi potensi unsur
hara C, N dan P yang lebih besar bila dibandingkan dengan serasah pada posisi yang lain. Hal ini disebabkan oleh tingginya produktivitas serasah di stasiun II
posisi D dibandingkan dengan stasiun dan posisi yang lainnya serta diduga karena substrat mangrove di stasiun II posisi D juga lebih banyak mendapatkan
unsur hara dari kolom air melalui mekanisme pasang yang selanjutnya akan dimanfaatkan oleh tumbuhan mangrove hingga terjadinya guguran serasah.
Eong et al., 1982, menyatakan bahwa unsur-unsur hara yang ada didalam kolom
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7
IA IB
IC ID
IIA IIB
IIC IID IIIA IIIB IIIC IIID
Stasiun dan Posisi N-to
ta l
air juga dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan mangrove melalui penetrasi air laut yang juga mengandung unsur hara di saat pasang.
Ketersediaan unsur N-total sangat terpengaruh oleh kualitas bahan organik yang masuk ke dalam tanah. Jumlah N-total di dalam tanah tinggi
karena tingginya kandungan C-organik yang merupakan sumber N Wiradinata, 1992. Ketersediaan N tanah sangat tergantung dari bahan organik tanah
sebagai sumber utamanya. Tanah-tanah di daerah pantai mempunyai pH yang tinggi, hal ini karena adanya pengaruh dari air laut. Jasad renik yang
menjalankan penyematan N udara dan nitrifikasi bekerja dengan baik dalam suasana basa.
5.5.3. P-tersedia