Tabel 13. Lanjutan
Stasiun III Idi Rayeuk Posisi No.
Nama Jenis INP
A Depan
1 Rhizophoraceae
38,07 2
Sonneratiaceae 36,92
B Tengah
1 Rhizophoraceae
39,21 2
Sonneratiaceae 29,23
C Belakang
1 Sonneratiaceae
58,75 2
Rhizophoraceae 16,24
D Transisi
1 Rhizophoraceae
52,46 2
Sonneratiaceae 22,54
Jumlah 300
Berdasarkan Tabel 12 dan 13 diatas dapat diketahui bahwa jenis mangrove yang dominan di ketiga stasiun penelitian baik dalam srata pohon
maupun belta adalah famili Rhizophoraceae, Sonneratiaceae dan Euphorbiaceae. Secara umum komunitas hutan, termasuk hutan mangrove
memiliki karakteristik fisiognomi yaitu dinamakan sesuai dengan jenis yang dominan berada di suatu kawasan. Misalnya di suatu kawasan berhutan
mangrove yang dominan adalah jenis Rhizophora spp, maka hutan tersebut dinamakan hutan mangrove Rhizophora.
5.4. Sintesis Hubungan Indeks Nilai Penting Mangrove dengan Stasiun
Penelitian dan Posisi Pengambilan Sampel.
Untuk mengetahui keadaan penguasaan spesies vegetasi dalam suatu masyarakat tumbuhan di habitatnya, dipergunakan Indeks Nilai Penting INP.
Semakin tinggi nilai INP suatu spesies maka semakin besar peran spesies tersebut dalam komunitasnya.
Indeks Nilai Penting tertinggi mangrove pada stasiun I Nurussalam, stasiun III Idi Rayeuk posisi A Depan, B Tengah dan
D Transisi, stasiun II Darul Aman posisi A Depan, C Belakang dan D Transisi untuk srata pohon dan belta adalah famili Rhizophoraceae. Sedangkan
untuk stasiun I Nurussalam, stasiun III Idi Rayeuk posisi C Belakang, stasiun II Darul Aman posisi B Tengah untuk srata pohon dan belta adalah famili
Sonneratiaceae.
Tabel 14. Indeks Nilai Penting tertinggi famili mangrove srata pohon dan belta pada masing-masing posisi di ketiga stasiun penelitian.
Stasiun Posisi
Srata Pohon Srata Belta
Famili
I Nurussalam A Depan
Rhizophoraceae Rhizophoraceae
B Tengah Rhizophoraceae
Rhizophoraceae C
Belakang Sonneratiaceae Sonneratiaceae
D Transisi Rhizophoraceae
Rhizophoraceae II Darul Aman
A Depan Rhizophoraceae
Rhizophoraceae B
Tengah Sonneratiaceae Sonneratiaceae
C Belakang Rhizophoraceae
Rhizophoraceae D
Transisi Rhizophoraceae Rhizophoraceae
III Idi Rayeuk A Depan
Rhizophoraceae Rhizophoraceae
B Tengah Rhizophoraceae
Rhizophoraceae C
Belakang Sonneratiaceae Sonneratiaceae
D Transisi Rhizophoraceae
Rhizophoraceae
Berdasarkan analisis vegetasi pada srata pohon dan belta hanya terdapat tiga famili yaitu Rhizophoraceae, Sonneratiaceae dan Euphorbiaceae. Famili
Rhizophoraceae paling mendominasi dalam hutan mangrove tersebut. Dalam pengkajian suatu vegetasi, kerapatan populasi seringkali merupakan ciri populasi
yang pertama kali mendapatkan perhatian. Pengaruh suatu populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya bergantung kepada spesies dari organisasi
yang terlibat tetapi bergantung juga pada jumlah atau kerapatan populasi Odum, 1993. Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa pada pertumbuhan srata pohon dan
belta, Rhizophoraceae memberikan pengaruh yang besar terhadap
komunitasnya jika dibandingkan Sonneratiaceae dan Euphorbiaceae. Kerapatan vegetasi srata pohon ini dapat dikatakan rendah karena jumlah spesies sangat
sedikit. Demikian halnya dengan frekuensi relatif, nilai frekuensi relatif yang besar pada Rhizophoraceae menunjukkan bahwa famili ini memiliki penyebaran yang
paling luas pada srata pohon dan belta dibandingkan dengan famili lainnya. Keanekaragaman mangrove di daerah penelitian dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor yang paling berpengaruh dalam keanekaragaman adalah faktor-faktor pembatas fisika-kimia dan kompetisi interspesies. Keanekaragaman
spesies cenderung akan rendah dalam ekosistem-ekosistem yang secara fisik terkendalli yakni yang menjadi sasaran faktor pembatas fisika-kimia yang kuat
dan tinggi dalam ekosistem yang diatur secara biologi. Keanekaragaman kecil terdapat pada daerah dengan lingkungan yang ekstrem. Pada ketiga daerah
penelitian terdapat adanya indikasi kerusakan habitat mangrove akibat kegiatan manusia, hal ini diperkuat oleh banyaknya lahan-lahan mangrove di daerah
penelitian yang sudah ditebang dan tidak dimanfaatkan dengan baik terlebih adanya lahan-lahan bekas tambak yang dibiarkan begitu saja. Dengan
memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapat diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi suatu komunitas, makin tinggi organisasi di
dalam suatu komunitas maka keadaannya juga lebih mantap, selain itu dengan keanekaragaman yang stabil, masing-masing jenis akan berkesempatan untuk
dapat melangsungkan daur kehidupan yang lebih teratur, efisien dan produktif. Keseragaman di stasiun I Nurussalam dan II Darul Aman
menunjukkan bahwa komposisi spesies mangrove lebih seragam dibandingkan dengan stasiun III Idi Rayeuk. Hal ini nampak lebih jelas
bahwa di stasiun I Nurussalam dan II Darul Aman sebarannya lebih merata dilihat dari banyaknya spesies yang ditemukan di jalur tersebut bila
dibandingkan dengan stasiun III Idi Rayeuk. Semakin kecil nilai keseragaman akan semakin kecil pula keseragaman suatu populasi, artinya
penyebaran jumlah individu setiap spesies mendominasi populasi tersebut. Semakin besar keseragaman maka populasi menunjukkan keseragaman,
sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah individu setiap spesies dapat dikatakan sama atau tidak jauh berbeda.
Dominasi suatu spesies berbanding terbalik dengan keanekaragaman suatu spesies. Jika keanekaragaman mangrove tinggi maka dominasinya rendah
oleh karena itu keanekaragaman di stasiun I Nurussalam dan II Darul Aman yang tinggi mempunyai dominasi yang rendah bila dibandingkan dengan stasiun
III Idi Rayeuk. Keberadaan hutan mangrove yang ada di lokasi penelitian sangatlah mempunyai fungsi dan manfaat yang besar bagi keberadaan
masyarakat pesisir. Fungsi bioekologi adalah dengan adanya hutan mangrove maka rantai pakan dan keberadaan komponen ekosistem hutan mangrove akan
tetap terjaga. Hasil-hasil lain yang diharapkan dari keberadaan hutan mangrove yang sebagai produsen dalam rantai pakan memberikan kontribusi dalam
mempertahankan keberadaan populasi ekosistem lainnya. Keberadaan fauna akuatik yang terdapat di ekosistem hutan mangrove akan tetap terjaga
kelestariannya. Namun, bila keberadaan hutan mangrove tersebut rusak maka akan terputuslah rantai akan yang ada di ekosistem hutan mangrove tersebut.
Dari segi fungsi fisik maka keberadaan hutan mangrove adalah sebagai perlindungan garis pantai dan pencegah abrasi terhadap garis pantai.
5.5. Hubungan antara Sifat Kimia Tanah dengan Ekosistem Mangrove.